Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, arus modal asing yang keluar dari Indonesia tak akan signifikan selama Bank Sentral AS (The Fed) melakukan pengetatan alias tapering, terutama karena transaksi berjalan yang kuat.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia relatif lebih berdaya tahan dalam menghadapi kebijakan pengurangan pembelian obligasi alias tapering Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed dibandingkan dengan negara lain.

Dampak kebijakan pengurangan likuiditas (tapering off) Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserves (The Fed) tidak akan sebesar kebijakan pengurangan pembelian aset dan surat utang (taper tantrum) pada tahun 2013 baik untuk pasar global, maupun Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, Indonesia tidak akan terlalu terdampak oleh kebijakan The Fed yang akan melakukan tapering dalam waktu dekat. Bahkan dampaknya akan jauh lebih rendah dari yang pernah terjadi di tahun 2013 atau tahun-tahun sebelumnya.

Ekonom UOB, Enrico Tanuwidjaja mengatakan dampak tapering yang mungkin terjadi diperkirakan tidak akan begitu besar dari yang pernah terjadi di tahun 2013. Namun tetap dirasakan beberapa sektor tertentu di Indonesia.

Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, dampak tapering off yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserves (The Fed) masih relatif terbatas. Namun, pihaknya tetap akan mewaspadainya.

BI menjanjikan dalam jangka pendek Bank Indonesia akan mengambil langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Pemerintah menyatakan kenaikan suku bunga The Fed tak akan membuat investasi kabur besar-besaran.

BI bisa segera mengetahui langkah-langkah penyesuaian kebijakan seperti apa yang akan dilakukan.

IHSG diperkirakan akan berada pada rentang support 5.415-5.435 dan resisten 5.452-5.468.