Menelaah Rencana Pemulangan Dalang Bom Bali Hambali ke Indonesia
Yusril Ihza Mahendra mengatakan, pihaknya masih mempelajari rencana pemulangan Hambali.

Pemerintah berencana memulangkan gembong teroris Hambali dari penjara Guantanamo, Kuba ke Indonesia. Hambaling disebut otak pelaku peledakan bom Bali tahun 2002 lalu.
Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra mengatakan, pihaknya masih mempelajari rencana pemulangan Hambali. Pemerintah tidak memiliki tenggat mengenai rencana pemulangan pelaku Bom Bali 2002 itu.
Dia mengatakan, Hambali ditahan cukup lama di Guantanamo tanpa menjalani proses persidangan. Menurutnya, pemerintah bertugas untuk memberikan bantuan dan perlindungan terhadap WNI yang memiliki masalah di luar negeri.
"Hambali itu menjadi fokus perhatian kami, karena beliau adalah seorang warga negara Indonesia yang ditahan di tahanan Guantanamo, wilayahnya Kuba, tapi ditahan oleh militer Amerika Serikat sampai sekarang," kata Yusril.
Yusril mengatakan, concern pemerintah harus memberikan bantuan dan perlindungan kepada setiap warga negara Indonesia di luar negeri. Sekalipun, warga tersebut berbeda pandangan.
“Walaupun yang bersangkutan itu melakukan kejahatan di luar negeri, melakukan kesalahan, tetapi bukan itu yang kita persoalkan, tapi adalah warga negara Indonesia yang ada di luar negeri itu tetap harus kita lakukan pembelaan dan perlindungan," ucap Yusril.
Urgensi Pemulangan Hambali

Namun, Pengamat Terorisme, Islah Bahrawi punya pandangan yang berbeda dengan rencana yang diungkap Menko Hukum, HAM, Imigrais dan Pemasyarakatan, Yusril Ihza Mahendra.
Menurut Islah, sebagai orang awam, ukuran kewarnegaraan adalah dokumen identitasnya. Terlebih ketika di luar negeri, tanda kewarnegaraan bisa dilihat dari paspornya.
“Masalahnya ketika ditangkap di Thailand, Hambali pemegang paspor asli Spanyol, bukan Indonesia,” kata Islah dalam akun Twitternya, dikutip Rabu (22/1).
Islah lalu cerita pengalamannya saat berkunjung ke negara Timur Tengah. Menurut dia, ada ratusan orang Indonesia yang bergabung dengan ISIS di Iraq dan Suriah. Setiba di sana, mereka membakar paspor Indonesianya dengan penuh bangga dan sukacita.
“Namun setelah ISIS tumbang, mereka hidup sengsara di kam-kam pengungsian Al-Hol dan Ar-Roj di Suriah. Sekarang mereka memelas agar bisa kembali ke Indonesia,” tegas Islah lagi.
“Mohon maaf bang Yusril, saya baru beberapa bulan lalu dari perbatasan Turki dan Suriah. Meski saya tidak bisa masuk ke kam isolasi Ar-Roj (waktu itu perang Iran-Israel sedang memanas), saya menangkap pesan penyesalan itu dari beberapa orang eksil Suriah yang saya temui di Gaziantep,” tambah dia.
Islah pun ragu apakah Hambali sebagai pelaku terorisme benar-benar Sudah menyesali perbuatannya. Dia pun berharap, pemerintah mengkaji ulang rencana pemulangan Hambali tersebut.
“Apakah Hambali hari ini juga mengalami penyesalan yang sama seperti eks kombatan 1S1S di Suriah? Bisa iya, bisa tidak. Kita harus selalu waspada dengan tetap mengingat kelakar klasik, Belanda tetaplah Belanda,” tutur Islah.
Islah mengatakan, saat ini beban pemerintahan Presiden Prabowo Subianto sudah cukup berat. Sehingga jangan sampai pemulangan Hambali hanya menambah masalah yang tengah dihadapi Presiden Prabowo.
“Maka saya harap, pemerintah Indonesia jangan terlalu gegabah untuk memulangkan mereka,” singkat Islah.
Profil Hambali

Dikutip dari BBC, Hambali adalah sosok yang disebut sebagai 'otak' serangan teror bom di Bali, Oktober 2002, dan beberapa serangan bom lainnya.
Pria kelahiran 1964 asal Cianjur, Jawa Barat, ini diyakini sebagai penghubung Jemaah Islamiyah (JI) dan organisasi teroris Al-Qaeda di Asia Tenggara.
Mereka dikenai tuntutan yang mencakup pembunuhan, konspirasi dan terorisme di penjara Guantanamo. Hambali adalah salah-seorang pimpinan organisasi teroris Jemaah Islamiyah.
Dia ditangkap dalam operasi gabungan CIA-Thailand di Ayutthaya, Thailand, 14 Agustus 2003, ketika dalam pelarian.Hambali baru menghadapi tuntutan pada Juni 2017.
Namun baru menghadapi sidang perdana pada tahun 2021.Sebelumnya sejumlah pejabat di Kementerian Pertahanan AS yang mengawasi kasus-kasus yang muncul di Guantanamo dilaporkan menolak dakwaan itu dengan alasan yang belum pernah diungkap ke publik.
Persidangan atas Hambali dkk digelar di tengah rencana pemerintahan Biden yang mengatakan akan menutup pusat penahanan Guantanamo.
Rekam Jejak Hambali

Selain disebut sebagai perancang serangan bom Bali 2002, Hambali juga dianggap bertanggung jawab dalam serangan serentak beberapa gereja di tujuh kota di Indonesia pada malam Natal, pada akhir tahun 2000.
Riduan Isomuddin, nama lain Hambali, dilaporkan ikut mendanai pula aksi serangan bom di depan rumah Dubes Filipina di Jakarta, 1 Agustus 2000.Bom di Atrium Senen, Jakarta, 1 Agustus 2001, juga diduga melibatkan Hambali.
Pelakunya, Dani, warga Malaysia, adalah anak buah Noerdin M. Top, yang juga bawahan Hambali di JI.Selama masa buron, dan setelah tertangkap, proyek pengeboman yang diduga kuat dirancang oleh Hambali dengan Al-Qaeda dilaksanakan tim yang terdiri orang-orang dekatnya.
Selain Bom Bali 2002, menurut As'ad Said Ali, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara, Hambali berada 'di belakang' bom Marriot (5 Agustus 2003), bom Kedutaan besar Australia (9 September 2004), bom Bali 2 (1 Oktober 2005) dan terakhir bom Marriot-Ritz Carlton (17 Juli 2009).