Mengenal Tradisi Toktok, Aduan Sapi Musim Kemarau di Masalembu Sumenep
Tradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.
Tradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.
Salah satu tradisi di masyarakat yang cukup unik yaitu Tradisi Toktok. Tradisi ini berasal dari Masalembu, sebuah kecamatan di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Daerah ini memiliki keberagaman adat istiadat dan budaya. Mengingat masyarakat setempat berasal dari berbagai etnis yaitu suku Jawa, Madura, Bugis, dan Mandar.
Melansir dari Budaya Indonesia, Toktok adalah sebuah kompetisi antara dua sapi yang saling berhadapan (saling beradu). Sapi yang digunakan biasanya sapi jantan. (Foto : Instagram @beduhunsen)
Berbeda dari karapan sapi yang berasal dari Madura, jika karapan sapi mengadu kecepatan sepasang sapi sedangkan Toktok mengadu kekuatan tanduk sapi masing-masing dengan cara berhadapan. Dalam kompetisi ini harus ada pawang ahli. Tidak semua orang bisa menjadi “wasit” dalam tradisi Toktok karena jika bukan ahlinya maka akan berakibat fatal seperti cidera, luka, bahkan hingga menyebabkan kematian.
Pada zaman dahulu, tradisi adu sapi ini dimasukkan dalam agenda kegiatan Agustusan sehingga masyarakat bisa menontonya setahun sekali setiap tanggal 17 Agustus. (Foto : Pixabay)
Tradisi ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu mulai bulan Juni hingga November. Musim Kemarau dipilih karena pada musim tersebut sapi tidak digunakan untuk membajak ladang sehingga masyarakat bisa memanfaatkan untuk melakukan sebuah kompetisi. Lokasi yang digunakan bernama “Jureg” yaitu lahan seluas lapangan bola dengan permukaan yang cekung. Lahan ini dipilih karena memudahkan penonton melihat Toktok.
Pada awalnya tradisi ini mirip dengan karapan sapi yang tujuannya agar para petani bersemangat untuk merawat sapi. Sebab biasanya sebelum sapi diadu akan dirawat dengan baik dengan diberikan makan yang banyak dan jamu. Perawatan yang baik membuat kondisi fisik sapi gemuk dan sehat sehingga bagus digunakan untuk membajak ladang para petani.
Seiring berkembangnya zaman, Toktok bernilai prestis dan ekonomis. Sapi yang biasa bertarung memiliki nilai harga yang mahal. (Foto : Pixabay)
Terdapat hal positif di dalam tradisi ini yaitu sikap toleransi ketika ada banyak orang berkumpul untuk menonton. Mereka menjalin keakraban untuk saling tolong - menolong antar masyarakat (Foto : Pixabay)
Hingga saat ini, tradisi ini masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Sendang, Semarang
Baca SelengkapnyaUpacara ini sebagai wujud dari ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap para leluhur yang dilaksanakan setiap tahun pada hari tertentu.
Baca SelengkapnyaTradisi Kepungan Tumpeng Tawon a dilakukan oleh masyarakat Desa Mangunweni Kebumen.
Baca SelengkapnyaTarian tradisional Ketuk Tilu yang berasal dari Jawa Barat ini ternyata memiliki makna sangat mendalam.
Baca SelengkapnyaMauludan merupakan perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kemuja, Kabupaten Mendo Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Baca SelengkapnyaDalam bahasa Jawa, mlumah berarti terlentang dan murep artinya tengkurap.
Baca SelengkapnyaTradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.
Baca SelengkapnyaMasyarakat di Desa Margopatut Nganjuk memiliki tradisi Ngalor Ngulon terkait dengan syarat seseorang yang akan menikah.
Baca SelengkapnyaTradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah
Baca Selengkapnya