Mengenal Dongkrek, Kesenian Tradisional dari Madiun yang Hampir Punah
Madiun merupakan kota terbesar keempat di Jawa Timur. Sama seperti kota-kota lainnya, Madiun juga memiliki berbagai kesenian tradisional yang sudah ada sejak dulu, salah satunya dongkrek.
Melansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, dongkrek adalah seni pertunjukan rakyat yang hidup dan berkembang di Kota Madiun.
Pada awalnya, dongkrek digunakan sebagai ritual untuk mengusir pagebluk di Desa Mejayan. Meski saat ini sudah menjadi seni pertunjukan, namun di desa tersebut dongkrek masih dianggap sebagai sebuah ritual.
Simak asal usul dan fakta dari kesenian dongkrek khas Madiun yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Asal Usul Dongkrek
Mengutip dari liputan6.com, asal nama dongkrek ini berasal dari suara alat-alat musik yang digunakan. Mulai dari bunyi "dung" yang berasal dari beduk atau kendang. Sedangkan "Krek" dari bunyi berupa kayu persegi yang pada salah satu sisinya terdapat tangkai kayu bergeirigi sehingga menciptakan suara "krek". (Foto: Liputan6.com)
Tolak Bala
Kemunculan dongkrek awalnya sebagai upaya menolak bala atas pagebluk atau wabah penyakit. Saat awal kemunculan pagebluk itu, ada banyak warga Mejayan yang mendadak sakit dan meninggal dunia.
Kemudian, Raden Prawirodipuro mencari solusi untuk mengatasi wabah tersebut. Beliau melakukan semacam meditasi di wilayah Gunung Kudul Caruban. Di sana ia mendapat wangsit untuk menciptakan kesenian untuk mengusir wabah.
Konon wangsit yang ia dapatkan itu menggambarkan para pasukan kerajaan roh halus yang menyerang penduduk Mejayan dan dapat diusir dengan menggiring keluar dari desa.
Maka dari itu, terbentuklah kesenian dongkrek yang bertajuk seni pertunjukan atau tarian yang menggambarkan pengusiran roh-roh halus yang membawa pagebluk atau wabah penyakit tersebut.
Sempat Dilarang
Eksistensi kesenian dongkrek sempat berkurang saat masa penjajahan Belanda. Mereka melarang masyarakat lokal untuk memantaskan dongkrek di panggung terbuka.
Bahkan larangan ini diteruskan pada masa penjajahan Jepang yang menghentikan seluruh aktivitas budaya di Indonesia.
berita untuk kamu.
Kebangkitan Dongkrek hingga Menuju Kepunahan
Pada tahun 1973, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Madiun dan Provinsi Jawa Timur kembali menghidupkan kembali kesenian dongkrek. Pihak pemerintah setempat melakukan rekonstruksi sejarah dan alur kesenian dongkrek dari studi dokumentasi.
Seiring berjalannya waktu, kesenian ini sudah mulai redup dan bahkan diambang kepunahan lantaran generasi muda yang kurang tertarik untuk melestarikan kesenian ini.
- Adrian Juliano
Panitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.
Baca SelengkapnyaTempat mandi ini masih tradisional dan menyatu dengan alam.
Baca SelengkapnyaTradisi Cembengan merupakan tradisi yang diadopsi dari etnis Tionghoa, yaitu Cing Bing.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Walau saling pukul pakai rotan, namun warga di sini tidak saling dendam
Baca SelengkapnyaTradisi ini sebagai bentuk keresahan atas keresahan alam yang merajarela
Baca SelengkapnyaPacu Kude, tradisi balap kuda dalam menyambut hari kemerdekaan yang dilakukan masyarakat Aceh Tengah.
Baca SelengkapnyaTradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah
Baca SelengkapnyaDi Provinsi Jambi terdapat sebuah kesenian tradisional sebagai ungkapan rasa syukur kepada nenek moyang yang telah dilakukan turun-temurun.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Melayu Riau, corak pada tenun Siak tidak hanya menjadi hiasan semata, tetapi juga mengandung makna yang mendalam serta berisi nilai-nilai luhur.
Baca Selengkapnya