Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu
Semaking bising suaranya, semakin senang warga mendengarnya.
jawa barat![Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsCover/2023/10/19/1697678507355-p933j.jpeg)
Semaking bising suaranya, semakin senang warga.
![Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/10/19/1697678514459-mwp55g.png)
Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu
![Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/10/19/1697678213199-pznkq.png)
Memasang kincir angin menjadi tradisi masyarakat Sunda saat musim kemarau. Permainan tradisional yang kerap disebut kolecer itu akan dipasang di halaman rumah hingga di pinggir-pinggir jalan desa setempat. Suara nyaring kemudian akan muncul dan menambah kemeriahan kampung.
Dihias Berbagai Model
Merujuk laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Kamis (19/10), warga yang memasang kincir angin berbahan bambu ini akan membuatnya semenarik mungkin.
Pada bagian ujung kincir angin akan diberi hiasan warna-warni dari kertas minyak, kain, maupun bendera.
Hiasan tersebut akan sangat indah jika dipandang dari bawah, dan saat tiang kincir angin memutar dari kanan ke kiri.
Jadi Ciri Khas Perdesaan
Memasang kolecer atau kincir angin sudah menjadi tradisi turun temurun di perdesaan Sunda.
Jika berkesempatan mampir ke wilayah dataran tinggi Sumedang, Garut, Bandung, Tasikmalaya, Ciamis dan sekitarnya, kolecer bisa terlihat bahkan hingga ke atas-atas bukit.
Anak-anak hingga orang dewasa masih memasang kolecer atau kincir angin sampai sekarang setiap musim kemarau sampai musim angin tiba.
![Dipasang di Tiang Bambu](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/10/19/1697678403878-dn3wxj.jpeg)
Dipasang di Tiang Bambu
Kincir angin tersebut umumnya terbuat dari batang pohon bambu yang dibuat menyerupai kipas angin. Setiap kolecer memiliki baling-baling yang bisa memutar cepat sesuai embusan angin.
- Melihat Serunya Karapan Kerbau di Lumajang, Tradisi Jelang Musim Tanam Padi
- Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan
- Manafo, Tradisi Menginang Ala Masyarakat Nias yang Penuh Makna
- Mengenal Tradisi Mauludan, Bentuk Rasa Syukur Masyarakat Bangka Belitung
- Kalah Duel, Seorang Pria di Sambas Bacok Korban Pakai Parang
- Akhir Kasus Siswi SMP Dibully Kakak Kelas di Sumsel, Merembet ke Kepala Sekolah
Bagian kincir yang berada di paling atas bisa memutar ke kiri dan ke kanan mengikuti arah angin.
Kemudian kincir angin akan dipasang di atas tiang bambu setinggi 3 sampai 5 meter, bahkan tak jarang lebih.
Semakin Bising Semakin Disukai
Terdapat hal unik dari tradisi memasang kincir angin, yakni semakin bising suara baling-baling akan semakin digemari dan membuat pemiliknya bangga.
Dalam satu kincir angin biasanya memiliki suara “wuuk” atau yang biasa disebut oleh warga setempat dengan Nyeguk.
Jika diartikan dalam bahasa Indonesia, Nyeguk artinya tekanan angin kuat dari angin yang berperan memutarkan kincir angin sampai berbelok ke kanan dan kiri.
![Pelindung Pertanian](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/10/19/1697678309139-m1j9l.jpeg)
Pelindung Pertanian
Sementara itu, kincir angin juga dipakai kalangan petani Sunda untuk melindungi pertaniannya.
Dikutip dari ANTARA, kincir angin tersebut akan dipasang di area-area yang terdapat kebun palawija dan berfungsi mengusir burung dan pemangsa tanaman lainnya.
Beberapa daerah yang menggunakan kincir angin untuk melindungi pertaniannya adalah Desa Cisayong Kabupaten Tasikmalaya lalu di Kabupaten Subang.
![Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2023/10/19/1697678319811-xh02u.jpeg)