Waspadai Dampak LALILULELO yang Bisa Muncul Usai Sembuh dari COVID-19

Merdeka.com - Sejumlah dampak mungkin dialami oleh seseorang usai sembuh dari COVID-19. Gejala ini bisa menyerang berbagai bagian dalam tubuh seseorang termasuk pada saraf.
Dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Universitas Indonesia, dr. Pukovisa Prawirohardjo, Sp.S(K) mengatakan, penurunan fungsi kognitif yang gejalanya mencakup lupa hingga pikiran melambat atau lemot bisa dialami mereka yang sembuh dari COVID-19. Lebih rinci mengenai gejala penurunan fungsi kognitif ini yakni "LALILULELO" yang merupakan kepanjangan dari Labil emosi atau pendiriannya, Linglung, Lupa, Lemot atau pikiran melamban, dan Logika berpikir menurun.
"Terdapat gejala dini pikun atau demensia yang disingkat LALILULELO. Bila menemukan 1 dari 5 gejala ini, segera lakukan pemeriksaan ke dokter," ujarnya beberapa waktu lalu dilansir dari Antara.
Sebuah studi yang dipresentasikan dalam Konferensi Internasional Asosiasi Alzheimer atau Alzheimer's Association International Conference pada 29 Juli 2021 di Denver, Colorado menemukan, banyak penyintas COVID-19 mengalami "kabut otak" dan gangguan kognitif lainnya beberapa bulan setelah pemulihan. Dalam studi itu, para peneliti dari University of Texas Health Science Center di San Antonio Long School of Medicine dan kolega mereka mempelajari kognisi dan indra penciuman pada hampir 300 orang dewasa di Argentina yang mengalami COVID-19.
Mereka mempelajari para partisipan antara tiga dan enam bulan setelah infeksi COVID-19. Hasilnya, lebih dari separuh menunjukkan masalah terus-menerus lupa.
Temuan ini menambah deretan hasil studi terkait gejala long COVID-19 seperti bingung, lupa dan dan tanda-tanda hilangnya ingatan yang mengkhawatirkan lainnya. Sebelumnya, sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal EClinicalMedicine The Lancet pada 22 Juli lalu menunjukkan, penyintas COVID-19 termasuk mereka yang tidak lagi melaporkan gejala memperlihatkan defisit kognitif signifikan.
Kondisi ini dialami baik oleh mereka yang dulu dirawat di rumah sakit maupun yang tidak. Pemeriksaan fisik Pukovisa merekomendasikan pemeriksaan kesehatan pasca COVID-19 bagi yang merasa mengalami gangguan kognitif setelah sembuh dari penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan fisik menyeluruh terutama tekanan darah, sistem pernapasan, indeks massa tubuh, jantung pembuluh darah dan pencernaan, skrining keluhan saraf, skrining kognitif, pemantauan risiko otak sehat dan pemeriksaan darah serta radiologi jika dibutuhkan.
Anda yang ingin melakukan skrining deteksi dini demensia, bisa mengunduh aplikasi EMS (e-Memory Screening). Aplikasi ini dibuat oleh Persatuan Dokter Spesialis Saraf Seluruh Indonesia.
"Tiga fitur utama pada aplikasi ini, diantaranya artikel demensia, AD8-INA skrining, dan daftar rumah sakit serta dokter spesialis neurologi terdekat," kata dia.
Menurut Puvokisa, masyarakat tidak perlu khawatir dan cemas berlebihan. Ahli kesehatan akan membantu menyusun program sesuai dengan masalah kognitif yang ada. Menurut dia, memperbanyak interaksi sosial dan menyusuk aktivitas produktif terjadwal dapat membantu mengatasi gangguan kognitif yang dialami.
Dampak Virus Corona Terhadap Otak dan Saraf
Berdasarkan beberapa penelitian, infeksi virus corona tidak hanya menyerang saluran pernapasan, tapi juga dapat berdampak negatif terhadap saraf dan otak. Sebuah penelitian di Meksiko menunjukkan dari 370 pasien yang dirawat, sekitar 20 persen mengalami gejala neurologis seperti sakit kepala, anosmia, ageusia dan gangguan neurologis lainnya.
Selain itu, penelitian dari Oxford memperlihatkan, dari 236.379 pasien yang didiagnosis COVID-19, sebanyak 33,62 persen-nya mengalami gangguan neurologis dan psikiatris dalam 6 bulan setelahnya. Secara khusus pada saraf, virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 bisa mengenai daerah itu secara langsung dan tak langsung.
"Secara langsung yaitu virus yang berada pada ujung-ujung saraf, misalnya saraf pada hidung, lidah, paru-paru, usus, lalu ke otak. Pada jalur yang tidak langsung, saraf bisa terkena akibat respon tubuh melawan virus, virus di dalam pembuluh darah dan beredar ke seluruh tubuh dan bisa masuk ke otak," ujar dokter spesialis saraf sekaligus Kepala Instalasi Gawat Darurat RSUI, dr. Ramdinal Aviesena Zairinal, Sp.S.
Pada kondisi awal, gangguan saraf bisa berupa sakit kepala, gangguan penciuman dan pengecapan. Sementara pada kondisi lanjut, gangguan saraf bisa berupa stroke, penurunan kesadaran dan kejang. Oleh karena itu, menurut Ramdinal, pasien perlu segera memeriksakan diri ke dokter untuk mencegah komplikasi yang lebih parah.
Ramdinal dan tim pernah melakukan penelitian terkait gangguan saraf pada penderita COVID-19 di RSUI dan RSCM. Mereka menemukan, dari 227 pasien, terdapat beberapa pasien yang mengalami gangguan saraf dengan gejala antara lain: penurunan kesadaran (59 kasus), stroke (58 kasus), pingsan (46 kasus), kejang (28 kasus), sakit kepala (22 kasus), infeksi otak (16 kasus), serta gangguan penciuman atau pengecapan (8 kasus).
Sementara untuk angka kematian selama perawatan di rumah sakit yakni sebesar 48,5 persen atau 110 dari 227 pasien. Hal ini karena pasien yang dirawat kebanyakan bergejala berat dan juga memiliki gangguan saraf berat. Sebenarnya, bukan hanya COVID-19, yang menjadi faktor risiko gangguan kognitif,gaya hidup tak sehat seperti kurang berolahraga, makan makanan yang tidak bergizi seimbang, mengonsumsi alkohol dan merokok juga bisa menjadi penyebab masalah ini. Selain itu, ada faktor risiko lain yakni memiliki masalah medis yang sudah ada sebelumnya terutama berhubungan dengan otak, diabetes, kelainan pembuluh darah, kolesterol tinggi, serta tekanan darah tinggi.
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya


Edy Rahmayadi Tuduh Ada Mata-Mata di Kampanye Anies, Bahlil: Namanya Acara Terbuka Kan Boleh Saja
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menilai isu dari Edy Rahmayadi soal mata-mata di kampanye Anies hal lumrah.
Baca Selengkapnya


Upaya Mengungkap Penyebab Jatuhnya Dua Pesawat Super Tucano
Kasau telah mengeluarkan surat perintah penyelidikan. Sehingga penyebab jatuhnya pesawat masih diselidiki.
Baca Selengkapnya


Penghormatan untuk Perwira Tinggi Polri, Satu Komjen Didampingi Sang Istri Mantan Presenter TV
Berikut momen Komjen didampingi sang istri mantan presenter TV berikan penghormatan untuk perwira tinggi Polri.
Baca Selengkapnya


Ternyata Satuan Khusus dari Pasukan Elite 3 Matra TNI & Polri Tergabung di Badan ini, Tugas Operasinya Tak Sembarangan
Tak disangka satuan khusus dari Pasukan elite 3 Matra TNI & Polri tergabung dalam Badan ini.
Baca Selengkapnya


Bakal Menikah dengan Pria asal Korea, Intip Potret Prewed Anak Helmy Yahya yang Simple Namun Estetik
Rachell Yahya, putri dari Helmy Yahya, kini merasa begitu bahagia. Hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan setelah melalui sesi prewedding
Baca Selengkapnya

Bahaya Sering Minum Manis bagi Kesehatan, Tingkatkan Risiko Penyakit Jantung
Ada banyak bahaya yang dapat ditimbulkan dari mengonsumsi minuman manis secara berlebihan, dan penting bagi kita untuk memahami risiko-risiko tersebut.
Baca Selengkapnya

7 Tanda Kecemasan yang Bisa Tampak dari Penggunaan Ponsel Sehari-hari
Penggunaan ponsel bisa menjadi penyebab dari sejumlah masalah kesehatan yang kita alami termasuk menjadi tanda kecemasan.
Baca Selengkapnya

Penyakit Pernapasan Misterius Melonjak Drastis di China, Awal Kemunculannya Mirip Covid-19
Munculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca Selengkapnya

Tak Hanya Gen Z, Lansia juga Berpotensi Mengalami Gangguan Mental, Ini Gejalanya
Meskipun tidak ada cara pasti, cara mencegah gangguan mental pada lansia dengan, mengelola stres, menjalani pengobatan secara rutin, & menjaga hubungan sosial.
Baca Selengkapnya

Finlandia, Antara Kebahagiaan dan Realitas Kelam
Meski Finlandia jadi negara paling bahagia enam tahun berturut-turut, ternyata tingkat bunuh diri yang tinggi menjadi sorotan yang tidak bisa diabaikan.
Baca Selengkapnya

KPAI Soroti Kesehatan Mental Anak: 1 Konselor buat 150 Peserta Didik Enggak Manusiawi
KPAI Soroti Kesehatan Mental Anak: 1 Konselor buat 150 Peserta Didik Enggak Manusiawi
Baca Selengkapnya

Penyebab Saraf Kejepit, Gejala, dan Cara Mengatasinya yang Patut Diketahui
Saraf kejepit dapat terjadi di berbagai bagian tubuh dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Baca Selengkapnya