Ini Dia Sosok Penemu Tupperware yang Terinspirasi Kaleng Cat, Kini Ajukan Kebangkrutan
Tupperware sebenarnya merupakan merek ikonik yang telah bertahan lebih dari 70 tahun, telah menjadi bagian penting dalam budaya global.
Tupperware Brands Corp. dan beberapa anak perusahaannya mengajukan bangkrut pada Selasa (18/9). Pengajuan ini didasari menurunnya permintaan atas wadah penyimpanan makanan yang ikonik, sehingga menimbulkan kerugian finansial.
Tupperware sebenarnya merupakan merek ikonik yang telah bertahan lebih dari 70 tahun, telah menjadi bagian penting dalam budaya global.
-
Apa yang menyebabkan Tupperware bangkrut? Perusahaan yang didirikan oleh Earl Tupper pada 1946 ini terpaksa mengambil langkah drastis akibat penurunan permintaan dan ketidakmampuan memenuhi kewajiban keuangannya.
-
Bagaimana Tupperware bangkrut? Perusahaan ini melaporkan kerugian sebesar 28,4 juta dolar AS, dengan penurunan penjualan bersih sebesar 18 persen.
-
Kenapa Tupperware bangkrut? Keputusan ini diambil setelah negosiasi berlarut-larut antara Tupperware dan pemberi pinjamannya terkait utang lebih dari 700 juta dolar AS (sekitar Rp10,7 triliun). Perusahaan yang didirikan oleh Earl Tupper pada 1946 ini terpaksa mengambil langkah drastis akibat penurunan permintaan dan ketidakmampuan memenuhi kewajiban keuangannya.
-
Mengapa Tupperware bangkrut? Tupperware telah berjuang untuk bersaing dengan tren penjualan yang berubah, seperti penjualan online dan meningkatnya popularitas produk yang lebih murah.
-
Siapa pendiri Tupperware? Tupperware didirikan pada tahun 1946 oleh ahli kimia Earl Tupper.
Earl Tupper seorang pendiri Tupperware, merupakan inovator di balik penemuan ini. Pada akhir 1930-an, setelah gagal dalam usaha pertama sebagai ahli bedah pohon, Tupper bekerja di pabrik plastik yang berafiliasi dengan perusahaan kimia besar bernama DuPont.
Saat itu, Tuper diberi kesempatan menggunakan limbah industri berupa polietilena hitam yakni sebuah material yang oleh sebagian orang dianggap tidak berguna. Namun, Tupper melihat potensi besar dalam material ini, dan setelah bereksperimen di dapur rumahnya, dia menemukan cara untuk memurnikan dan membentuknya menjadi plastik yang kuat, lentur, dan tahan lama.
Inovasi terbesar Tupper datang dengan penemuan tutup kedap udara yang terinspirasi dari kaleng cat. Tutup polietilen ini memungkinkan penyimpanan makanan lebih awet dan mencegah tumpahan. Pada tahun 1947, dia mematenkan desainnya, desain inilah yang pada akhirnya menjadi ciri khas dari produk Tupperware.
Untuk memasarkan produknya, Tupper menggandeng Brownie Wise, seorang pramuniaga yang membantu menciptakan metode pemasaran langsung melalui "Pesta Tupperware." Pesta ini menjadi fenomena budaya, mengubah pengalaman berbelanja menjadi acara sosial.
Di setiap pertemuan, Wise mendemonstrasikan kekuatan wadah Tupperware, bahkan sering kali dilakukan dengan melemparkan wadah berisi cairan ke seluruh ruangan tanpa tumpah.
Tupperware juga mendapat pengakuan dalam dunia desain. Produk-produk seperti teko, mangkuk, dan cetakan es Tupperware kini dipajang di Museum of Modern Art (MoMA), sebagai bagian dari pameran desain pertengahan abad yang diakui karena estetika modern dan fungsionalitasnya.
Desain Tupper yang sederhana namun terlihat elegan dianggap sebagai perwujudan cita-cita modernisme, menggabungkan antara bentuk dan fungsi dengan sempurna.
Ajukan Kebangkrutan
Tupperware Brands Corp. dan beberapa anak perusahaannya mengajukan bangkrut pada Selasa (18/9). Pengajuan ini didasari menurunnya permintaan atas wadah penyimpanan makanan yang ikonik, sehingga menimbulkan kerugian finansial.
Dilansir dari Reuters, perusahaan sudah menghadapi kesulitan finansial sejatinya sudah terjadi cukup lama. Namun, hal itu tertolong oleh pandemi Covid-19 yang mendorong permintaan wadah plastik kedap udara warna-warni ini. Setelah pandemi mereda, beban finansial kembali terasa. Lonjakan biaya bahan baku seperti resin plastik, upah tenaga kerja, dan pengiriman semakin menekan margin Tupperware.
"Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan telah sangat terpengaruh oleh lingkungan ekonomimakro yang menantang," ujar Kepala Eksekutif Laurie Goldman dalam siaaran pers.
Bloomberg pernah melaporkan, Tupperware telah berencana untuk mengajukan perlindungan kebangkrutan setelah melanggar ketentuan utangnya dan meminta bantuan penasihat hukum dan keuangan.
Total Aset Tupperware
Perusahaan tersebut mencatatkan aset senilai USD500 juta hingga USD1 miliar dan liabilitas senilai USD1 miliar hingga USD10 miliar, menurut pengajuan kebangkrutan di Pengadilan Kepailitan AS untuk Distrik Delaware, yang menunjukkan jumlah kreditor berada di antara 50.000 hingga 100.000.
Tupperware telah berupaya membalikkan keadaan bisnisnya selama sekitar empat tahun setelah melaporkan penurunan penjualan selama enam kuartal berturut-turut sejak kuartal ketiga tahun 2021, karena inflasi yang tinggi terus melemahkan basis konsumen berpenghasilan rendah dan menengah.
Pada tahun 2023, perusahaan menyelesaikan perjanjian dengan pemberi pinjamannya untuk merestrukturisasi kewajiban utangnya, dan menandatangani bank investasi Moelis & Co untuk membantu mengeksplorasi alternatif strategis.