Tradisi Omed-Omedan pun dikenal menjadi ajang cari jodoh yang paling dikenal luas di Indonesia. Diikuti sekaa teruna teruni atau pemuda-pemudi yang berumur 17 hingga 30 tahun yang belum menikah. Dalam tradisi ini mereka akan berpelukan sebagai wujud kasih sayang dan memupuk rasa persaudaraan.

Rumah panggung menjadi jenis rumah yang biasa dijumpai di pelosok pedalaman Indonesia. Namun Rumah Kaki Seribu ini unik, pondasinya tinggi meskipun tinggal di atas pegunungan yang tingginya melebihi Gunung Merapi.

Layaknya rujak buah pada umumnya, rujak Natsepa menggunakan bumbu dasar rujak. Namun yang membuatnya istimewa ialah buah pala dan rempah-rempah yang akan memperkaya cita rasa rujak Natsepa. Terlebih hanya wanitalah yang diperbolehkan menjajakan rujak Natsepa ini.

Masyarakat menjadikan air Jamasan Kereta Keraton Yogyakarta sebagai perantara dalam harapan. Kereta Nyai Jimat sendiri punya sejarah dan legenda yang lekat dengan kedudukan Sang Sultan Keraton Yogyakarta dalam mengemban tahtanya

Rujak Natsepa punya keunikan yang menjadikannya berbeda dari rujak pada umumnya. Sesuai dengan asalnya, bumbu rujak mengandung buah pala yang menjadi kunci kenikmatan menyantap rujak Natsepa khas Maluku Tengah. Nano-nano rasanya juga dikuatkan dengan rempah yang lain daripada yang lain.

Pondrok pesantren yang sejuk dan jauh dari hingar bingar keramaian kota ini menjadi jujugan waria memperdalam ilmu agama islam. Selain, sebagai pesantren, para waria mereka menganggap ponpes ini adalah rumah. Tempat mereka berdialog secara nyaman dengan Sang Pencipta.

Kendaraan dinas Raja pertama Yogyakarta ini masih terbentuk kokoh hingga saat ini. Mengantarkan sang Sultan mengelola masyarakat dan wilayah kerajaannya. Kini Kereta Nyai Jimat tak lagi digunakan, tersimpan dalam Museum yang penuh kenangan. Tiap tahunnya dibersihkan dalam prosesi Jamasan.

Usia tua tak menjadi penghambat kereta-kereta uap di PG Tasikmadu berhenti beroperasi. Lebih dari 1 abad, lokomotif uap ini masih sanggup membawa puluhan kuintal tebu hasil panen, membawanya menuju pengolahan Gula. Keberadaan lokomotif menjadi bukti sejarah industri gula di Nusantara.

Dengan interior dominan berwarna cokelat yang didominasi oleh kayu, pengunjung pun seolah diajak berkelana kembali ke masa lampau. Dimulai dari awal adanya pembuatan jenang hingga perjalanan jenang Kudus dari masa ke masa. Tak hanya tentang jenang saja, namun pengunjung juga diajak melihat Kudus secara keseluruhan.

Raja Mangkunegara Solo punya jiwa wirausaha yang membara. Bukti kesuksesannya ialah dengan adanya Pabrik Gula Tasikmadu yang masih beroperasi hingga kini. Begitupula kereta pengangkut tebunya yang masih perkasa meski berusia 1 abad lamanya.

Mengharumnya nama Bandung sebagai Paris Van Java tidak lepasa dari keberadaan industri tekstilnya yang pernah berjaya. Salah satunya di Majalaya, sebuah kota yang dulunya memasok 40 persen kebutuhan sandang nasional. Namun nasib baik tidak berpihak pada Majalaya.

Kain tenun tradisional Majalaya menjadi identitas kain tenun Jawa Barat. Dahulu, sentra kerajinan tenun ini pernah menjadi pusat tekstil nasional. Perekonomian warganya juga meroket berkat kain tenun Majalaya. Namun, semua tinggal kenangan.

Mereka mengambil air sumur yang mulai berwarna keruh secara berantai. Kemudian mengisi kembali sumur Blandung dengan air jernih. Bukan hanya semata-mata membersihkan sumur, namun tradisi kuras sumur ini untuk mewujudkan rasa syukur atas karunia air yang melimpah.

Suku Bajo juga dikenal sebagai "Orang Laut" atau "Sea Gipsy" ini bak menyatu dengan laut. Mereka memilih tinggal di pesisir laut. Jauh dari kemewahan, rumah mereka nampak sederhana. Beberapa rumah di Desa Bajo Bahari Buton bahkan masih terbuat dari kayu, berlantai bambu dan beratap seng dan rumbia.

Berkat penghargaan dari Specialty Coffee Association of America (SCAA) Expo 2016 di Atlanta, Amerika Serikat, kopi Puntang jadi mendunia. Tak main-main, kopi Gunung Puntang menyabet peringkat pertama dalam kategori rasa. Hingga menjadi kebanggaan warga Bandung.

Tak hanya manusia saja yang bisa menari. Siapa sangka kuda bisa melakukan gerakan berirama begitu indahnya. Inilah kuda penari dari Sumedang yang mendunia. Beragam atraksi juga mampu dilakukan bak Kuda Silat.

Seorang pria paruh baya berjalan di atas jembatan gantung. Kedua tangannya, memegang erat sepeda ontel. Menilik ke bawah jembatan, aliran Sungai Pepe dengan kedalaman sekitar 30 meter mengalir deras. Kanan, kirinya pepohonan dengan jurang. Sekali terperosok, nyawa bisa jadi taruhannya.

Jika berbicara komoditas kopi di Indonesia pasti yang teringat ialah kopi Toraja, kopi Sumba, Kopi Aceh Gayo atau Mandailing. Kali ini dari dataran tinggi Bandung yang punya komoditas Kopi Gunung Puntang yang rasa dan aromanya mendunia.