Tradisi Kuras Sumur Keramat Blandung, Warisan Kerajaan yang Airnya Tak Bisa Mendidih
Merdeka.com - Sinar terik matahari kala itu, tak menyurutkan warga Desa Tegowanuh, Kecamatan Kaloran untuk datang menguras sumur Blandung. Mereka datang berbondong-bondong membawa alat bersih-bersih seperti sapu lidi atau ember kecil. Tanpa komando, sejumlah warga pun membuat rantaian panjang dan mulai membersihkan sumur yang dianggap keramat ini.
Mereka mengambil air sumur yang mulai berwarna keruh secara berantai. Kemudian mengisi kembali sumur Blandung dengan air jernih. Bukan hanya semata-mata membersihkan sumur, namun tradisi kuras sumur ini untuk mewujudkan rasa syukur atas karunia air yang melimpah.
Ritual ini telah dilakukan leluhur sejak lama dan sudah mengakar kuat di Desa Tegowanuh, Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah.
©2021 Merdeka.com/FadkusPepohonan rindang berusia ratusan tahun mengelilingi sumur dengan kedalaman sekitar 2,5 meter ini. Sumur tua ini diperkirakan sudah ada sejak Kerajaan Majapahit Kuno, sekitar abad ke 13 Masehi. Menurut cerita, pembuat sumur ini adalah Joko Kliwon, putra dari Pak Pahing di masa Kerajaan Majapahit Kuno. Joko Kliwon membuat sumur ini agar bisa digunakan untuk warga sekitar.
Uniknya, sumur Blandung ini dibuat di atas bebatuan. Padahal seperti yang diketahui, bebatuan atau wadas tidak bisa digunakan untuk membuat sumur. Namun rupanya, justru galian yang Joko Kliwon buat mengeluarkan banyak air hingga akhirnya terbentuk lah Sumur Blandung yang tak pernah kering hingga saat ini. Bahkan saat musim kemarau, air di Sumur Blandung ini tetap melimpah.
©2021 Merdeka.com/FadkusSumur ini memang bukanlah sumur biasa, bagi warga setempat sumur ini dianggap keramat. Air di sumur ini memiliki keistimewaan tersendiri meski tak bisa dinalar oleh akal sehat. Kabarnya, air dari Sumur Blandung ini jika direbus atau dipanaskan tidak pernah bisa mendidih.
Dilansir dari Notif.id, seorang pengunjung pernah tak percaya dan mencoba membawa pulang air sumur Blandung. Saat dicoba dipanaskan, rupanya air ini benar tak bisa mendidih. Akhirnya pengunjung tersebut menggunakan air ini untuk mandi, namun selang beberapa hari tubuhnya melepuh seperti tersiram air panas.
Air Sumur Blandung juga sering digunakan untuk keperluan mencuci pusaka di malam 1 Suro. Konon, air tersebut memiliki efek yang baik jika digunakan untuk mencuci benda-benda bertuah.
©2021 Merdeka.com/FadkusDi lokasi situs Sumur Blandung, terdapat sejumlah artefak peninggalan kerajaan. Artefak tersebut tertata rapi dan ada yang bertumpuk. Dari sejumlah artefak yang ada, ada artefak yang disebut sebagai Lumpang (Yoni) dan Alu (Lingga).
Pada zaman dahulu, artefak yang ada di Situs Sumur Blandung ini juga digunakan sebagai ritual penyembuhan orang sakit. Seorang penderita setelah meminum air tersebut, penyakitnya akan hilang.
©2021 Merdeka.com/FadkusSumur Blandung sudah bersih usai dikuras, lokasi sekitar sumur pun sudah disapu bersih. Para warga pun kembali berkumpul duduk di sekitar sumur. Terlihat, selembar daun pohon pisang panjang pun digelar di antar warga. Kali ini mereka akan makan bersama sebagai penutup tradisi.
Mereka membawa berbagai bekal makanan dari rumah. Nantinya akan disantap bersama setelah membaca doa, sembari mengucap syukur atas karunia yang ada.Tradisi kuras sumur bukan hanya sebatas tradisi warisan leluhur saja, namun juga menjaga jiwa gotong royong kebersamaan antar warga desa.
(mdk/Tys)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serumbung sumur merupakan alat penjernih air kuno dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813.
Baca SelengkapnyaBerikut contoh pantun lucu yang menghibur dan cocok untuk mencairkan suasana saat berkumpul.
Baca SelengkapnyaSumur air memberikan keberlanjutan pasokan air, terutama saat terjadi gangguan pasokan air dari pihak ketiga.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mereka sudah merasakan dampak kekeringan sejak Mei.
Baca SelengkapnyaTopeng-topeng ini sudah ada sejak zaman Kesultanan Banten ketika menguasai wilayah Sumatra.
Baca SelengkapnyaTradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaDaerah-daerah terluar kerajaan ini punya ciri khusus yang unik
Baca SelengkapnyaKerajaan ini memiliki kekayaan alam dan tanah yang subur serta dikenal sebagai penguasa perairan di bagian utara Selat Malaka.
Baca SelengkapnyaKabupaten Serang memiliki kearifan lokal yang hampir punah bernama Adang.
Baca Selengkapnya