Rengginang merupakan camilan tradisional yang mungkin bagi sebagian orang dianggap sederhana.

Sejauh ini, dia telah mengabdikan diri untuk meneruskan dan mengembangkan tradisi kerajinan keluarganya.

Cerita pengusaha wedang ronde yang sempat alami bangkrut hingga kini sukses punya puluhan cabang.

Usaha ini bermula dari suami Qori yang memiliki ketertarikan dalam dunia kuliner.

Fitri dan suami memulai usaha peyek belut pada tahun 2005. Saat itu mereka hanya memiliki modal awal sekitar Rp250.000.

Kisah Alvin memang sangat mengaharukan. Perjalanan Alvin yang merupakan anak seorang pemulung hingga menjadi mahasiswa pascasarjana di Universitas Gadjah Mada.

Kisah ini berawal ketika Eko terlilit utang hampir Rp500 juta. Hal tersebut terjadi karena Eko mengalami kegagalan dalam usaha suplai barang ke hotel.

Usahanya dimulai dengan modal kecil, sekitar USD 40 atau sekitar Rp600.000, yang mencakup biaya pembuatan toko daring dan langganan alat desain Canva.

Sang ayah terpaksa pensiun dini, dan menjalankan berbagai bisnis, mulai dari tambak udang sampai jual barang bekas.

Hingga pada akhirnya, Fikrang berhasil melanjutkan pendidikan ke Universitas Hasanuddin dengan mengambil jurusan perikanan.

Setelah terpuruk selama satu tahun karena tuli, ia kemudian bangkit melalui usaha madu. Keterbatasannya mampu ia lawan hingga cuan jutaan rupiah.

Kecintaan Andri terhadap kopi dimulai saat dia menempuh pendidikan di Australia pada tahun 2007.

Dari generasi ke generasi, usaha bubur ini turun-temurun, menjadi bukti ketekunan dan dedikasi keluarga dalam mempertahankan usaha ini.

Situasi sulit tersebut membuat Bayu nekat mengumpulkan keberanian dan bekerja keras untuk menyelesaikan utang keluarga.

Perjalanan bisnisnya yang dimulai pada 2016, berawal dari ketidakpuasan terhadap kualitas kopi yang ada di pasaran.

Selain berjualan di lapak, Ari memanfaatkan platform online sebagai media untuk memasarkan lumpia beef.

Tidak disangka-sangka, peluang datang ketika Bone dan sang istri melihat pedagang sostel (sosis telur) di Banjarnegara.

Biasanya, sekali stok Danang bisa membeli hingga 70 sisir pisang memenuhi kebutuhan produksi selama dua hingga tiga hari.