Potret Caluk Trantang, Senjata Tradisional Asal Tuban yang Berjasa Bebaskan Warga dari Kekejaman Penjajah
Awalnya, tugu ini hanya berbentuk kepalan tangan. Beberapa tahun setelah diresmikan, ditambahkan caluk di sela-sela kepalan tangan tersebut.
Dulu tugu ini dibangun di tengah perempatan jalan kampung. Perkembangan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat, membuat perempatan jalan hilang. Kini tugu caluk ada di sudut jalan dan kondisinya masih bagus. Nasib tugu bersejarah itu tak tentu, pasalnya saat ini bangunan tersebut ada di lahan pribadi warga.
Caluk
Caluk merupakan senjata tradisional asal Kabupaten Tuban yang multifungsi. Pada masa penjajahan, caluk menjadi senjata andalan warga Tuban melawan tindakan sewenang-wenang penjajah.
Warga Tuban biasa memakai caluk untuk kepentingan sehari-hari. Senjata tajam tradisional ini banyak digunakan oleh petani Tuban untuk memotong bambu, pohon, hingga membelah kayu.
(Foto: Wordpress)
Unik
Senjata tajam ini bentuknya seperti golok dengan kapak di bagian tengah. Sementara kayu bagian pegangan biasanya diberi ukiran dengan motif tertentu.
berita untuk kamu.
Asal-usul
Senjata tajam ini juga dikenal dengan sebutan Caluk Trantang. Mengutip Instagram @kambangputih_heritage, konon dulu pembuat senjata tajam ini bernama Ki Trantang. Ia tinggal di wilayah Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban.
Versi lain menyebut bahwa nama Trantang berasal dari nama daerah asalnya, yakni Desa Trantang, Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban.
(Foto: Wordpress)
Alat Perjuangan
Pada masa penjajahan, warga Tuban menggunakan caluk untuk melawan para prajurit Belanda. Caluk telah menjadi alat perjuangan rakyat kecil Tuban mempertahankan kampung halaman dan harga dirinya. Demi mengenang perjuangan itu, didirikan
monumen caluk di dekat Jembatan Kepet. Konon, lokasi tersebut merupakan tempat saat warga Tuban membantai prajurit Belanda dengan caluk. Selain itu ada juga monumen caluk di Watumulur, Tuban Kota.
- Rizka Nur Laily M
Di sebuah kampung di Garut, Jawa Barat memperlihatkan sebuah tradisi pernikahan yang unik karena membawa seserahan mulai dari kayu bakar hingga domba.
Baca SelengkapnyaNama Kujang berasal dari Kudihyang, atau asal katanya Kudi dan Hyang dalam bahasa Sunda kuno artinya sakti dan memiliki kekuatan tertentu.
Baca SelengkapnyaSalah satu tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bagi masyarakat Melayu Riau, corak pada tenun Siak tidak hanya menjadi hiasan semata, tetapi juga mengandung makna yang mendalam serta berisi nilai-nilai luhur.
Baca SelengkapnyaTari Landok Sampot lahir dari kebiasaan masyarakat setempat ketika masa penjajahan pada tahun 1800-an.
Baca SelengkapnyaPria tua ini bukanlah orang sembarangan. Dia masih memiliki darah keturunan Kerajaan Majapahit. Pesan leluhurnya juga masih dipegang teguh. Bahkan kakek ini juga masih menjunjung tradisi ageman Jawa Kuno.
Baca SelengkapnyaGulat tradisional ini jadi kesenian unik di Ujungberung, Bandung
Baca SelengkapnyaWalau saling pukul pakai rotan, namun warga di sini tidak saling dendam
Baca SelengkapnyaSeperti namanya, tari ini menggunakan properti mirip dengan tanduk kerbau.
Baca Selengkapnya