Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Intip Keunikan Tradisi Pernikahan Cio Tao Khas Cina Benteng Tangerang yang Dipandu Warga Muslim
Tradisi ini jadi budaya yang unik di Tangerang.
Tradisi ini jadi budaya yang unik di Tangerang.
Baru-baru ini tradisi pernikahan Cio Tao khas Cina Benteng, Kota Tangerang, ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kemdikbudristek.
(Foto: YouTube The Story)
Sebelumnya, tradisi ini sudah dianalisis oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) setempat, lewat tim ahli dari kalangan akademisi, antropolog, arsitek, budayawan hingga sejarawan sejak Mei 2023 lalu.
Tradisi ini menjadi salah satu keunikan khas Kota Tangerang lantaran menggambarkan semangat percampuran budaya yang khas. Berikut informasi menariknya.
Cio Tao menjadi adat khas Kota Tangerang dengan melibatkan banyak budaya seperti Tionghoa, Islam sampai warga lokal Sunda dan Betawi.
“Jadi bisa dibilang Cio Tao adalah salah satunya hanya ada di Tangerang se-nasional," kata salah satu tim ahli WBTB Kota Tangerang, Mush'ab Abdu, mengutip laman Pemkot Tangerang, Senin (25/9).
Adapun Cio Tao merupakan tradisi pernikahan khas keturunan Cina Benteng di Kota Tangerang, dan merupakan komunitas Tionghoa yang menetap didekat benteng peninggalan Belanda, kawasan Sungai Cisadane.
(Foto: YouTube The Story)
Terdapat sejumlah prosesi seperti menyisir rambut, saling menyuapi makanan, berdandan dengan pakaian pernikahan khas lalu mencicipi 12 jenis makanan dengan rasa yang berbeda.
“Faktor sosial-budaya Cina Benteng, dan juga keberlangsungan adat yang masih bertahan dan terus dilakukan agar ini lestari,” katanya lagi.
Adapun upacara ini diawali dengan memanjatkan doa restu kepada Tuhan Tian dan para leluhur, agar mendapat kemudahan dan keberkahan dari prosesi yang dilangsungkan.
Untuk menunjangnya, turut dipersembahkan sejumlah makanan seperti buah, manisan, teh, arak tradisional, kopi sampai dupa. Seluruhnya disajikan di meja sembahyang.
Kemudian kedua pengantin akan diarahkan untuk memakan 12 jenis makanan dengan rasa dan bentuk yang berbeda. Beberapa makanan yang disajikan di antaranya asin, gurih, renyah, manis dan lainnya, sebagai simbol banyaknya cobaan yang harus dihadapi.
Adapun bersembahyang di kelenteng menjadi prosesi yang telah dilebur. Ini karena sudah terjadinya percampuran dari budaya serta keyakinan yang berbeda dari pengantinnya.
(Foto: kanal YouTube The Story)
Mengutip jurnal Universitas Sumatra Utara yang ditulis berjudul: Tradisi Cio Tau pada Masyarakat Peranakan Tionghoa di Teluknaga, Tangerang; Kajian Multimodal oleh Feby Yoana Siregar dan Profesor Silvana Sinar, keunikan lain dari tradisi ini adalah terdapatnya pemandu prosesi dari kalangan warga di luar komunitas.
Biasanya pemandu tersebut merupakan seorang wanita bersuku Sunda, dan beragama Islam. Ia mendampingi pernikahan keduanya sampai selesai.
Tradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
Baca SelengkapnyaTradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah
Baca SelengkapnyaPanitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.
Baca SelengkapnyaSemaking bising suaranya, semakin senang warga mendengarnya.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar setahun sekali, tepatnya pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar.
Baca SelengkapnyaArti Assalamualaikum dan Waalaikumsalam penuh makna dan doa.
Baca SelengkapnyaTradisi Menahan Hujan merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban.
Baca SelengkapnyaTradisi dilakukan pada 14 Rabiul Awal di tempat-tempat keramat yang dianggap suci.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Baca Selengkapnya