Bukan Gara-Gara Pajak, Chef Renatta Kasih Paham Alasan Harga Makanan di Restoran Lebih Mahal dari Rumah Makan Biasa
Sebagai profesional di bidang restoran dan kuliner, Chef Renatta menyatakan penggunaan MSG berhubungan dengan harga diri seorang koki.

Profesi chef atau koki memiliki tugas untuk menghadirkan hidangan yang menggugah selera. Restoran-restoran bintang lima atau restoran mewah umumnya mempekerjakan chef profesional yang sudah memiliki reputasi yang sangat baik.
Maka tak heran jika restoran-restoran tersebut menetapkan harga yang mahal untuk setiap menu yang mereka tawarkan. Mereka juga cenderung menggunakan bahan-bahan berkualitas tinggi dan memilih lokasi yang strategis untuk menarik pelanggan.
Selain itu, biaya pajak dan pelayanan di restoran mewah juga cukup signifikan, yang turut mempengaruhi harga menu yang ditawarkan. Namun, ada faktor lain yang turut mempengaruhi harga menu di restoran mahal.
Hal ini diungkapkan Chef Renatta Moeloek dalam sebuah wawancara yang diunggah oleh akun Instagram @rumpi_gosip pada Selasa (1/4/1) lalu. Dalam potongan video wawancara tersebut, Chef Renatta menyatakan restoran biasanya tidak menggunakan micin atau MSG karena ingin menonjolkan cita rasa alami dari bahan-bahan segar yang dipakai.
Tak hanya itu, ini juga berkaitan dengan branding restoran, karena banyak pelanggan beranggapan masakan tanpa MSG lebih sehat dan alami. Sehingga restoran berusaha untuk memenuhi preferensi pasar tersebut.
Sebagai seorang profesional di industri kuliner, Chef Renatta menjelaskan keputusan untuk tidak menggunakan MSG juga berkaitan dengan harga diri seorang chef.
"Secara personal gue gak anti-micin, kalau sekadar masak di rumah, apalagi kalau lagi males masak. Tapi secara profesional, ngapain lu pakai micin! Bukan ego si, tapi lebih ke harga diri buat gue," ujarnya.
Koki Harus Bisa Ciptakan Rasa Gurih Alami

Menurut wanita yang menjadi juri di sebuah program kompetisi memasak di televisi ini, kita mengenal berbagai rasa, mulai dari manis, asin, hingga pahit. Micin sendiri memberikan rasa gurih.
Berbeda dengan rasa manis yang dapat secara instan dari gula atau rasa asin dari garam, rasa gurih dapat dihasilkan dari bahan-bahan alami yang diolah dengan baik saat memasak.
"Tapi gurih itu bisa lu produce sendiri tanpa pakai yang instan, that's the point of cooking. Ada bahan-bahan alami yang punya glutamat, jadi memang sudah gurih dari sananya," kata Chef Renatta.
Dia menjelaskan penggunaan bahan-bahan seperti ikan asin atau tauco dalam masakan sudah cukup untuk memberikan rasa gurih tanpa perlu menambah micin. Hal ini menunjukkan menciptakan rasa gurih secara alami lebih dianjurkan daripada bergantung pada bahan instan.
“Jadi lu harus menciptakan gurih sendiri, bukan instan, butuh waktu, jadi ngapain masih cari micin. Gak asik aja kalau instan,” sambungnya.
Chef Renatta juga menekankan salah satu alasan mengapa harga hidangan di restoran bisa sangat tinggi adalah karena proses pembuatan yang memerlukan usaha dan sumber daya tambahan untuk menghasilkan rasa yang lezat tanpa menggunakan bahan-bahan instan.
"Jadi lu pakai bahan apa aja supaya rasanya jadi balance jadi makanan yang enak," ungkapnya.
Chef Renatta juga menambahkan, "Tapi kalau lu taro micin, jebret kan udah langsung gurih. Terus bedanya di mana dan apa bedanya seorang chef dengan juru masak biasa?".