Analis: Perang tarif operator bisa berujung pada kebangkrutan
Merdeka.com - Analis saham PT Bahana Securities, Leonardo Henry Gavaza CFA mengingatkan agar operator dalam negeri tidak menerapkan perang tarif. Hal ini bisa berujung pada kebangkrutan perusahaan itu sendiri.
Dia mencontohkan, salah satu operator Tanah Air yaitu Indosat mulai mendeklarasikan tarif telepon Rp 1 per detik secara nasional antar operator. Dengan membeli paket tertentu, konsumen juga mendapat bonus kuota internet dan akses bebas kuota WhatsApp, Line, BBM, Path, Twitter, Facebook, Go-Jek, dan Grab.
Menurutnya, jika Indosat terus melakukan perang harga seperti sekarang ini, Leo memastikan profitabilitas perseroan akan semakin terpuruk. Jika profitabilitas terganggu dipastikan akan berdampak serius kepada revenue dan net profit. Revenue dan net profit perseroan akan kembali terseok-seok. Terlebih lagi tarif data yang dijual oleh operator saat ini sudah terbilang sangat murah.
"Jika Telkomsel sampai terpancing untuk menurunkan tarifnya kemungkinan Indosat dan XL bisa mati. Jika Indosat dan XL mati maka dominasi Telkomsel akan semakin kuat lagi yang ujungnya industry telekomunikasi nasional yang terpuruk," ucap Leo di Jakarta, Senin (15/5).
Dia meminta, operator telekomunikasi belajar dari perang tarif yang pernah dilakukan oleh Esia dan Axis. Axis dan Esia melakukan perang harga percakapan telponnya dan internet secara masiv. Akibatnya industri telekomunikasi nasional mengalami tekanan dan mengurangi profitabilitas perusahaan telekomunikasi.
Menurutnya, dalam jangka pendek perang harga seolah-olah akan menguntungkan konsumen. Konsumen akan mendapatkan tarif yang murah. Selain itu rapor management kepada pemegang saham juga tampak kinclong. Ini disebabkan meningkatnya jumlah market share.
"Namun jangka panjang akan merusak industri telekomunikasi. Tak menutup kemungkinan pesaing Indosat juga akan melakukan hal yang sama. Jika ini sampai terjadi maka margin keuntungan akan tergerus dan industri telekomunikasi yang tahun lalu bisa tumbuh 10 persen kemungkinan tahun ini tak akan tercapai. Bahkan bisa mengalami minus."
Dalam penilaian Leo, keberanian Indosat menerapkan tarif telpon Rp 1 per detik antar operator tersebut lantaran margin keuntungan anak usaha Ooredoo itu pada kuartal pertama tahun 2017 yang mengalami kenaikkan. Dengan naiknya margin keuntungan tersebut, Indosat memiliki celah untuk melakukan perang harga.
Seperti diketahui bersama, tarif Rp 1 perdetik antar operator yang diberlakukan sejak pekan lalu merupakan tarif subsidi atau promosi yang diberikan Indosat untuk memanjakan konsumen yang berasal dari operator lain.
Sebelumnya, Chief Economist PT Danareksa Sekuritas, Kahlil Rowter mengatakan, jika para operator telekomunikasi terus menerapkan tarif yang murah dan tidak masuk akal, dipastikan kemampuan penyelenggara jasa telpon tersebut akan tergangu. Mereka tak akan lagi mampu untuk membangun, mengembangkan jaringan dan menjaga kualitas layanan.
Dari data yang dikeluarkan oleh JP Morgan kualitas jaringan yang dimiliki oleh operator yang kerap melakukan perang tarif akan mengalami penurunan. Data itu membuktikan bahwa operator telekomunikasi yang melakukan perang tarif dalam jangka panjang tidak akan mampu menjaga kualitas layanan yang akan diberikan kepada konsumennya. Ujung-ujungnya yang akan dirugikan adalah konsumen dan industri telekomunikasi nasional.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mengenal Hilirisasi: Pengertian, Tujuan, Manfaat, dan Contohnya
Hilirisasi adalah konsep ekonomi yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah dari suatu produk atau komoditas melalui proses pengolahan lanjutan.
Baca SelengkapnyaTepatkah Peringkat Ekonomi Syariah Disebut SGIE? Begini Penjelesannya
SGIE adalah sebuah laporan yang mana dalam laporan tersebut menampilkan peringkat negara-negara yang menerapkan ekonomi syariah.
Baca SelengkapnyaKolaborasi Strategis dalam Tingkatkan Keamanan Data, Ini Contohnya!
Kolaborasi antara perusahaan, lembaga pemerintah, akademisi, dan penyedia solusi teknologi menjadi kunci.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Menhub Pertimbangkan Naikkan Tarif Batas Atas, Siap-Siap Harga Tiket Pesawat Bakal Lebih Mahal
Menurut Menhub Budi, ada empat faktor utama yang membuat batas tarif pesawat melonjak.
Baca SelengkapnyaTernyata, Kenaikan PPN 12 Persen Jadi Tertinggi di Asia Tenggara
Kenaikan PPN dengan menggunakan single tarif dapat menyebabkan semakin menurunnya daya saing industri.
Baca SelengkapnyaContoh Globalisasi Bidang Komunikasi, Ketahui Dampaknya
Perkembangan teknologi dan komunikasi menjadi penggerak utama globalisasi.
Baca SelengkapnyaKoperasi Bermasalah Tak Tertangani, Menkop Teten Tagih Janji DPR Bahas Rancangan Undang-Undang Koperasi
Operasional dan ekosistem kelembagaan koperasi sudah lama tidak dibenahi, meskipun koperasi dianggap sebagai pilar perekonomian nasional.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Soal Suap SAP: Kasus Lama, Skalanya Terlalu Kecil
Budi menjelaskan, hal ini terjadi sebelum nama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) berubah menjadi BAKTI.
Baca SelengkapnyaMenhub Budi Larang Maskapai Naikkan Tarif Lewati Batas Atas di Musim Mudik
Kemenhub telah mensosialisasikan aturan harga batas atas ke seluruh operator jasa angkutan umum.
Baca Selengkapnya