Mengenal Tradisi Perang Pandan di Timur Bali, Rutin Dilaksanakan Meski Sebabkan Luka-Luka
Perang pandan atau mekare-kare adalah tradisi yang digelar oleh masyarakat di Kabupaten Karangasem, Bali.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, tradisi perang pandan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Indra (dewa perang) dan para leluhur.
Perang pandan rutin dilaksanakan setiap tahun pada bulan kelima perhitungan Kalender Khusus Desa Tenganan Pegringsingan. Simak ulasannya:
Tradisi ini disebut sebagai Perang Pandan karena menggunakan pandan berduri sebagai senjata utama.
Pandan yang berduri akan dipotong dengan ukuran yang sama, kemudian diikat layaknya senjata dalam perang.
Peserta perang pandan adalah laki-laki yang hanya mengenakan sarung (kamen), selendang (saput), dan ikat kepala (udeng) tanpa baju.
Mereka hanya membawa pandan sebagai senjata dan perisai dari rotan untuk melindungi diri.
Acara dimulai dengan upacara memohon keselamatan dan ritual menuangkan tuak.
Kemudian, perang pandan dimulai dan diawasi oleh seorang wasit.
Kedua peserta akan saling menyerang menggunakan pandan dengan diiringi alunan tabuhan gamelan.
berita untuk kamu.
Peserta Alami Luka
Setelah mengikuti perang pandan, hampir semua peserta biasanya akan mengalami luka di sekujur tubuhnya akibat terkena duri pandan.
Biasanya, selepas acara tubuh pada peserta akan diolesi ramuan tradisional dari parutan kunyit dan lengkuas dengan ditambah minyak kelapa untuk mengobatinya.
Perang Pandan Bentuk Penghormatan
Tradisi ini adala ritual Sasih Sembah, yaitu ritual terbesar yang dilakukan untuk menghormati Dewa Indra atau Dewa Perang.
Berdasarkan informasi, disebutkan jika masyarakat di Desa Tenganan memiliki kepercayaan yang berbeda dari masyarakat Bali pada umumnya.
Masyarakat di Desa Tenganan menganut agama Hindu Indra.
Pemeluk agama ini tidak membedakan umatnya dalam kasta.
Mereka juga menempatkan Dewa Indra sebagai Dewa tertinggi.
Masyarakat Tenganan percaya bahwa desa yang mereka tempati merupakan hadian dari Dewa Indra.
- Khulafa Pinta Winastya
Dalam tradisi lokal masyarakat Batak, terdapat upacara khusus untuk orang tua sebagai bentuk penghormatan dan balas budi.
Baca SelengkapnyaTarian adu kekuatan dan ketangkasan kaum laki-laki dengan menggunakan senjata berupa rotan sebagai alat pukul dan tameng yang terbuat dari kulit sapi.
Baca SelengkapnyaKetahui manfaat dari tradisi melukat yang kerap diikuti wisatawan saat berlibur ke Pulau Dewata Bali.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Indonesia tumbuh dengan ragam budaya. Setiap budaya memiliki kekhasannya tersendiri. Salah satu ciri khas dari ragam budaya ini adalah kain tradisional.
Baca SelengkapnyaUniknya, tradisi ini hanya satu-satunya di Indonesia. Bahkan etnis Tionghoa di daerah lain tidak ada pelaksanaan tradisi yang serupa.
Baca SelengkapnyaTradisi ini sebagai bentuk keresahan atas keresahan alam yang merajarela
Baca SelengkapnyaSebelum mengenal kalender Masehi, warga Suku Nias sudah memiliki sistem penanggalan sendiri.
Baca SelengkapnyaPanitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.
Baca SelengkapnyaKriya khas Palembang ini menjadi hiasan cantik di peralatan makan dan barang lainnya.
Baca Selengkapnya