Merdeka.com - Rukita, perusahaan coliving di Indonesia, memperkenalkan kampanye anyar bertajuk “Senyaman di Rumah”. Kampanye ini secara khusus dirancang sebagai respons atas persoalan kesehatan mental yang marak terjadi di masa pandemi Covid-19.

Survei Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terhadap 130 negara kala pandemi menyebutkan, sebagian besar negara melaporkan peningkatan akses terhadap layanan kesehatan mental. WHO menyatakan ada sejumlah faktor yang bisa memicu gangguan kesehatan mental, mulai dari kepedihan, isolasi, hingga kehilangan pendapatan dan ketakutan pasca-pandemi.

Bentuk kampanye itu adalah menciptakan hunian yang menyenangkan dan nyaman seperti rumah. Untuk mewujudkan itu, Rukita menggandeng para mitranya yang berbasis teknologi daring untuk menghadirkan beragam nilai tambah bagi para penghuni di era new normal. Misalnya menciptakan suasana hunian yang nyaman dengan menyediakan ruang atau spot khusus untuk bekerja dan menghadirkan fasilitas pendukung serta desain menarik di sekitarnya. Tujuannya supaya aktivitas bekerja dari rumah (WFH) lebih efektif dan menyenangkan

"Salah satu inisiatif terbaru kami, meluncurkan fitur WFH ready. Misalnya sebuah kamar memiliki fasilitas pendukung WFH layak, seperti koneksi internet berkecepatan tinggi, meja dan kursi kerja yang nyaman, lampu meja dengan penerangan yang memadai, rak untuk meletakkan peralatan kantor, hingga mesh board dekoratif yang membuat meja kerja lebih menarik dan tidak monoton,” ujar Thomas, Head of Sales Rukita, dalam keterangan resminya, kemarin.

Menurut Thomas, kamar dengan fitur WFH ready in juga dilengkapi dengan berbagai peralatan pendukung lain, termasuk kabel ekstensi, kantung laundry, dan pernak-pernik. Seperti bantal dekoratif, lukisan, dan sebagainya. Saat ini fitur WFH ready tersedia dan dapat diakses oleh calon penghuni melalui situs resmi Rukita.

Junius, Head of Customer Excellence Rukita, mejelaskan kampanye "Senyaman di Rumah" untuk menciptakan pengalaman tinggal yang lebih menyenangkan sehingga para penghuni tetap nyaman dan sehat baik secara fisik maupun mental, meski mereka jauh dari keluarga. Untuk menciptakan suasana menyenangkan dan interaksi yang tetap hidup selama pandemi, Rukita aktif mengelola komunitas para penghuni, yang disebut “Rukees”, dengan tetap menjalankan protokol kesehatan ketat.

Salah satunya mengadakan kegiatan daring, sehingga para penghuni tidak kesepian karena memiliki komunitas yang menjadi keluarga kedua mereka. Sejumlah kegiatan komunitas ini antara lain, olahraga dan kompetisi game secara daring, serta pembagian takjil yang diantarkan langsung ke kamar para penghuni selama Ramadan.

Selain itu, selama pandemi, Rukita juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan memfasilitasi tes rapid antigen secara cuma-cuma bagi setiap penghuni baru sebelum masuk ke unit. Sedangkan penghuni lama yang akan kembali ke unit dari luar kota, wajib menyertakan hasil tes rapid antigen yang negatif atau non-reaktif dalam waktu 3x24 jam.

"Kami berharap dengan komunitas Rukees yang akrab dan beragam program lainnya dapat mengobati rasa rindu mereka akan rumah (homesick),” ujarnya.

Psikolog klinis Tara de Thouars mengatakan, mengutip pernyataan WHO, salah satu penyebab masalah kesehatan mental yaitu isolasi mandiri, yang mana sejak pandemi ruang gerak kita menjadi terbatas. Berbagai aktivitas lebih banyak dilakukan dari rumah. mulai dari bekerja, belajar, beribadah, dan sebagainya. Hal ini tentu berpengaruh pada kesehatan mental, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan interaksi. Kebiasaan baru yang tiba-tiba harus dijalani tentu sedikit banyak akan berpengaruh pada kesehatan mental. Namun, risiko itu dapat diminimalisasi dengan menciptakan suasana menyenangkan di hunian.