Ilmuwan Ini Mencoba Menguak Keberadaan Es di Permukaan Bulan yang Masih Misterius
Ilmuwan telah menemukan fakta tentang keberadaan es di permukaan Bulan sejak lama. Tetapi hingga kini, asal-muasalnya masih belum jelas.
Namun penelitian terbaru memberikan suatu teori yang menghubungkan gelombang elektron yang berasal dari Bumi dan Matahari dengan pembentukan es di Bulan.
Diduga, gelombang elektron ini mencapai Bulan saat Bulan melintas masuk dan keluar dari ekor magnet Bumi yang ditinggalkan saat Bumi bergerak melalui ruang angkasa. Lalu mengapa hal ini diduga berpengaruh?
Dilansir dari Science Alert, Rabu (20/9), hal ini disebabkan karena di dalam ekor magnet terdapat plasma yang mengandung elektron dan ion-ion bermuatan tinggi yang ditarik dari atmosfer Bumi dan dari radiasi angin surya Matahari.
Selain ekor magnet, magnetosfer yang terbentuk saat medan magnet pelindung Bumi menolak angin surya dari Matahari juga diduga memiliki peran penting dalam pembentukan es di Bulan. Terbentuknya magnetosfer akan menimbulkan berbagai efek tertentu di belakangnya.
Foto: NASA
Ilmuwan planet Shuai Li dari University of Hawai’i di Mānoa mengatakan, ketika Bulan berada di luar ekor magnet, permukaan Bulan terkena angin surya.
“Di dalam ekor magnet, hampir tidak ada proton angin surya dan pembentukan air diharapkan turun hampir menjadi nol,” ungkap dia.
Foto: NASA
Sayangnya, analisis jarak jauh menunjukkan bahwa hal ini tidak terjadi. Sebelum penelitian ini, ada studi lain yang menunjukkan bahwa ion hidrogen dari angin surya menghasilkan air di Bulan.
Tetapi tampaknya air ini masihlah terbentuk bahkan saat permukaan Bulan dilindungi dari angin surya, di dalam ekor magnet.
Selain hydrogen, elektron juga memiliki peran penting di dalam pembentukan air di Bulan.
Para peneliti menduga bahwa salah satu mekanisme yang mungkin terjadi adalah reaksi elektron berenergi tinggi dengan tanah Bulan, yang melepaskan hidrogen terperangkap dan membentuk air.
berita untuk kamu.
"Di dalam ekor magnet, mungkin ada proses pembentukan tambahan atau sumber air baru yang tidak secara langsung terkait dengan implantasi proton angin surya,"
Ilmuwan planet Shuai Li dari University of Hawai’i.
Ia kemudian menyatakan bahwa adiasi oleh elektron berenergi tinggi juga memiliki efek serupa dengan proton angin surya. Tentunya diperlukan pengamatan dan eksperimen lebih lanjut untuk membuktikan keakuratan teori-teori ini.
“Secara keseluruhan, temuan ini dan temuan saya sebelumnya mengenai kutub Bulan yang berkarat menunjukkan bahwa Bumi dan Bulan memiliki kaitan yang erat dalam banyak aspek yang tidak diakui,”
Ilmuwan planet Shuai Li dari University of Hawai’i.
Keberadaan es di Bulan tentu menarik perhatian para ilmuwan, karena hal ini dapat mengajarkan manusia tentang masa lalu Bulan dan mungkin membuka pintu soal hal yang sudah lama dicari tahu manusia: bagaimana kita dapat tinggal di Bulan dalam jangka waktu yang lama.
- Fauzan Jamaludin
Zaman Mesir Kuno ada beragam dewa dan dewi yang mereka sembah. Berikut daftarnya.
Baca SelengkapnyaKegiatan pertanian sudah dilakukan umat manusia ribuan tahun lalu.
Baca SelengkapnyaIlmuwan melakukan ini demi mengetahui material apa saja yang membuat dinding tersebut.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tak menduga di sinilah lempengan tektonik kuno ditemukan.
Baca SelengkapnyaBaru kali ini ilmuwan menemukan hal-hal yang tidak biasa saat mereka mengamati Bulan.
Baca SelengkapnyaSudah berkali-kali ilmuwan menghitungnya. Setiap kali diukur hasilnya tak sama.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah letak 'Benua Hilang' yang disebut ilmuwan untuk berwisata.
Baca SelengkapnyaBerikut adalah sekte zaman mesir kuno yang tak lazim.
Baca SelengkapnyaRiset dilakukan sejak 2001, namun pada 2020 para ilmuwan baru memberanikan diri survei lokasi.
Baca Selengkapnya