Kasus itu baru setahun kemudian setelah korban berinisial ACA (17) melaporkan ke polisi.

Perekeam diduga seorang WNA yang menggunakan jasa ACA.

Polisi tengah melakukan pengawasan ketat agar prostitusi tak kembali terjadi.

Pembongkaran berawal dari adanya laporan Anak Baru Gede (ABG) hilang. Hasilnya, muncikari dan Pekerja Seks Komersial (PSK) ditangkap.

Pemuda itu memesan PSK wanita sesuai yang tertera di aplikasi, namun yang didapatinya ternyata waria.

Dengan mempekerjakan 21 anak, Mami Icha memasang tarif dibagi dua klaster.

Tersangka FEA alias Icha punya kaki-tangan yang bertugas merekrut anak-anak untuk dijadikan PSK.

Mami Icha mengkategorikan para korban menjadi dua bagian yakni perawan atau tidak.

Para korban diperjualbelikan untuk melayani pria hidung belang melalui media sosial.

SK yang bekerja di dalam gang yang bangunannya tengah dirobohkan itu disebut 'anak dalam'.

Petugas membongkar puluhan kafe dan bilik kamar yang biasa digunakan untuk bercinta.

Satpol PP DKI Jakarta akan bersinergi dengan PT KAI untuk mengembalikan lahan tersebut sesuai dengan fungsinya sebagai ruang terbuka hijau (RTH).

Salah satu korban mengaku diimingi kerja di klinik kecantikan oleh perekrut sebelum dijadikan PSK.

Seorang wanita muda berinisial MJS (19) menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Dia dijadikan pekerja seks komersial (PSK) di Jakarta Utara.

Menurut Fadillah, dari transaksi prostitusi online itu para PSK mendapat upah Rp2 juta, sedangkan muncikari memperoleh untung Rp1 juta.

Tiga perempuan ditangkap karena terlibat prostitusi online di Kota Banda Aceh. Mereka diringkus polisi yang menyamar sebagai pria hidung belang.

Pelaku berkomplot menjual korban kepada lelaki hidung belang dengan tarif berkisar antara Rp300 ribu hingga Rp700 ribu melalui aplikasi media sosial MiChat.

Pelaku ditangkap polisi usai melakukan penggerebekan di salah satu hotel di Kota Batu.