Keunikan Tari Ngebeng Khas Jambi, Seni Pertunjukan yang Dulunya Dianggap Tabu
Salah satu kekayaan tradisi dan budaya bertajuk seni pertunjukan di Indonesia adalah Tari Ngebeng dari Provinsi Jambi.
Salah satu kekayaan tradisi dan budaya bertajuk seni pertunjukan di Indonesia adalah Tari Ngebeng dari Provinsi Jambi.
Tari Ngebeng merupakan seni pertunjukan yang berasal dari Desa Rambutan Masam, Kecamatan Muara Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
Desa tersebut menjadi salah satu desa tertua di pinggiran Sungai Batanghari. Menurut masyarakat setempat, kata "Ngebeng" sama dengan "Nyoget" atau joget dalam bahasa Indonesia.
Pertunjukan Tari Ngebeng menggambarkan cerita percintaan muda-mudi atau seorang pria yang sedang mendekati perempuan.
Penasaran dengan keunikan Tari Ngebeng khas Jambi ini? Berikut rangkuman selengkapnya yang dihimpun merdeka.com dari berbagai sumber.
Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, pada zaman dahulu tarian ini dianggap tabu apabila dipertunjukkan di sebuah desa atau dusun. Hal ini disebabkan masyarakat setempat masih memegang teguh ajaran yang ditentukan oleh agama dan adat istiadat.
Selain itu, terdapat stigma bahwa wanita dilarang menjadi seniman karena dilihat oleh bukan muhrimnya.
Adapun sebuah pepatah adat yang menganggap Tari Ngebeng tabu:
"Adat Bersendikan Syarak, Syarak bersendikan kitabullah. Syarak mengato adat memakai. Diasak layu dianggo mati. Elok mati anak dari pado mati adat. Sumbang mato sumbang Pengliatan, tapijak di gunung arang hitam telapak, tapijak digunung kapua putih telapak"
Dari pepatah tersebut, warga Rambutan Masam sampai sekarang masih berpegang teguh dengan ajaran agama dan adat istiadat yang berlaku. Maka, sosok wanita tadi diganti dengan laki-laki yang didandani seperti wanita atau dalam bahasa lokal disebut Babancian.
Tari Ngebeng lazimnya ditampilkan pada waktu baselang nugal di talang (kebun) atau baselang nandur (menanam padi) dan baselang nuwe (panen padi) di humo (sawah).
Kemudian, tarian ini juga ditampilkan saat istirahat siang di humo tersebut. Lalu, saat di talang biasanya dipertunjukkan pada malam bakintang (masak-memasak) untuk keperluan baselang nugal keesokan harinya.
Pertunjukan Tari Ngebeng ini mencerminkan kisah percintaan dua insan muda. Lebih tepatnya perumpaan pria yang sedang mendekati sesosok wanita yang dicintainya.
Masyarakat setempat mengibaratkan ayam jantan mengepek ayam betina atau lawan jenisnya.
Busana yang digunakan saat pertunjukan Tari Ngebeng ini hanyalah busana biasa saja. Seperti baju yang pada umumnya digunakan ke sawah. Saat ini, tarian tersebut sudah tampil di atas panggung, sehingga menggunakan kostum tari.
Sejak 2017, Tari Ngebeng asli Jambi ini sudah tampil dalam format baru, alias dalam bentuk seni pertunjukan (di atas panggung) dan ditonton oleh masyarakat. Bahkan, sebuah sanggar bernama Bakalontang masih menjaga keorisinilan Tari Ngebeng dengan menggunakan penari laki-laki.
Di Provinsi Jambi terdapat sebuah kesenian tradisional sebagai ungkapan rasa syukur kepada nenek moyang yang telah dilakukan turun-temurun.
Baca SelengkapnyaJambi memiliki beragam kesenian tradisional yang sampai ini masih terus dilestarikan, salah satunya Tari Pisang.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar setahun sekali, tepatnya pada hari Rabu terakhir di Bulan Safar.
Baca SelengkapnyaPanitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.
Baca SelengkapnyaTradisi Cembengan merupakan tradisi yang diadopsi dari etnis Tionghoa, yaitu Cing Bing.
Baca SelengkapnyaKemunculan dongkrek awalnya sebagai upaya menolak bala atas pagebluk atau wabah penyakit.
Baca SelengkapnyaKupatan Jolosutro merupakan tradisi yang telah berlangsung lama di daerah Piyungan, Bantul..
Baca SelengkapnyaRombongan Kajati ini disambut dengan tradisi Injak Tanah, serta pengalungan bunga dan Tarian Cakalele.
Baca SelengkapnyaRombongan penggotong keranda diharuskan meyakinkan juru kunci yang membawa golok agar diizinkan masuk makam
Baca Selengkapnya