Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sempat Menolak, Tukang Sampah di Malang Maju Caleg PKS Demi Perbaiki Citra DPRD

Sempat Menolak, Tukang Sampah di Malang Maju Caleg PKS Demi Perbaiki Citra DPRD Tukang Sampah di Malang Maju Jadi Caleg. ©2019 Merdeka.com/Darmadi Sasongko

Merdeka.com - Cuaca kota Malang mendung disertai hujan gerimis tiada henti sejak dini hari. Namun tidak menyurutkan Dwi Hariyadi (47) menjalankan tugasnya sebagai tukang sampah di Lingkungan RW 14 Kelurahan Madyopuro, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang.

Hari itu, Dwi mengaku sedikit kesiangan lantaran semalam begadang di acara selamatan 100 hari di rumah salah satu saudaranya. Tetapi tugasnya mengambil sampah ke rumah-rumah warga tetap harus dijalankan.

Sahari saja tugasnya ditunda, sampah akan menumpuk dan membuatnya bekerja dua kali lipat lebih berat di hari berikutnya. Karenanya, tanpa penyebab yang bersifat darurat, Dwi tidak akan meninggalkan tugasnya sebagai petugas sampah di 300 Kepala Keluarga (KK) di lingkungannya.

"Saya tak ambil gerobak dulu di Balai RW pakai sepeda motor, dekat sini saja kok," kata Dwi Hariyadi kepada merdeka.com di rumahnya, Jalan Danau Rawa Pening H5F-7 RT 02 RW 14 Kelurahan Madyopura, Kota Malang.

Selain sebagai petugas sampah, Dwi Hariyadi adalah seorang calon legislatif (Caleg) DPRD Kota Malang. Ia maju dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan mendapatkan nomor urut 9 di Daerah Pemilihan (Dapil) Kedungkandang, Kota Malang.

Dwi sendiri mengaku maju sebagai caleg bukan dari jalur kader PKS, tetapi kebetulan mengenal pengurus partai tersebut. Ia sendiri tidak pernah tahu alasan dipilih dan diterima menjadi salah satu caleg partai nomor urut 8 itu.

Jauh sebelum musim penjaringan, Dwi mengaku sudah ditawari tetapi selalu ditolaknya. Saat itu banyak pertimbangan yang membuatnya enggan ikut dalam kontestasi.

"Jangan saya lah, kondisinya kan seperti ini. Caleg kan membutuhkan dana ratusan juta, dengarnya Rp 150 juta saja itu nggak ada apa-apanya. Jangankan segitu, Rp 5 juta saja ke mana saya carinya. Beberapa kali saya menolaknya," kisahnya.

tukang sampah di malang maju jadi caleg

Dwi juga berpikiran tentang calon pemilihnya kalau benar-benar maju sebagai caleg. Walaupun banyak dikenal luas di masyarakat, tetapi belum tentu menjadi pemilihnya.

"Percuma saja, siapa yang akan memilih saya nanti," katanya.

Dwi sendiri selain sebagai tukang sampah yang menjadi pekerjaan sehari-harinya, juga menjadi komandan peleton (Danton) Hansip di Kelurahan. Tugas Dwi salah satunya juga mengantarkan surat-surat kelurahan, sehingga hampir seluruh warga mengenalkannya.

Pria kelahiran Paiton, Probolinggo, 6 Januari 1973 itu awalnya juga berpikir bahwa jabatan politik sebagai anggota DPRD sangat berat. Selain itu juga sebagai 'jabatan kotor' dengan bukti 41 anggota DPRD Kota Malang ditangkap karena mengambil uang rakyat atau korupsi.

"DPR itu kan kotor, kerjanya gitu-gitu," tegasnya.

Hingga pendaftaran pencalegkan oleh KPU ditutup, Dwi positif tidak mendaftarkan diri sebagai calon anggota legislatif (Caleg). Tetapi kemudian ditawari kembali, lantaran satu caleg tidak melengkapi persyaratan. Ganjalan Dwi tentang biaya dan praktik-praktik kotor di DPRD disampaikan kepada PKS selaku pengusungnya.

"Pertama dana, katanya nggak usah dipikirkan. DPR kan kotor, kira-kira bisa nggak bersih awal sampai akhir jabatan. Katanya, ya memang itu yang diinginkan dan diharapkan partai. Kalau begitu bisa, saya siap," ceritanya.

"Asalkan bersih jalannya, saya juga dananya seperti ini. Cuma mempunyai keinginan saja. Ingin menunjukkan pada masyarakat bukan seperti itu. Saya akan buktikan kalau dipercaya, akan betul-betul mengabdi. Itu muncul dari hati saya," urainya.

Dwi pernah kuliah jurusan Pendidikan Bahasa Inggris dari sebuah universitas swasta di kota Malang dan sempat menjadi guru bahasa Inggris di SMA Wisnuwardana. Ia juga pernah menjadi guru di SD Madyopuro 5 selama 3 tahun.

"Sekarang saya juga mengajar di SD Saptorenggo 3 dari tahun 2001 sampai sekarang," katanya.

tukang sampah di malang maju jadi caleg

Dwi lulus SMA tahun 1990 dan sempat mengadu nasib ke Jakarta, sebelum kemudian ke Malang. Ia menjadi tukang sampah sejak kuliah semester 2, tahun 1996. Awalnya seperti mahasiswa biasa, kuliah sambil mondok.

Tetapi sampai semester 2 kehabisan biaya, antara pulang atau melanjutkan kuliah. Pernah ikut kerja dengan teman jualan kerajinan.

"Suatu ketika ditawari narik sampah tahun 1996 oleh RT di sini yang kebetulan dosen. Bayarannya Rp 50 ribu, saya pun mau hingga sekarang," katanya.

(mdk/lia)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Cerita Komeng Sejak Lama Mimpi Jadi Anggota Dewan

Cerita Komeng Sejak Lama Mimpi Jadi Anggota Dewan

Wajah Komeng di kertas suara DPD RI Dapil Jawa Barat bikin salfok warga

Baca Selengkapnya
Tak Terima Ditegur karena Bawa Pacar ke Rumah, Pemuda di Maros Tega Bunuh Kakak Kandung

Tak Terima Ditegur karena Bawa Pacar ke Rumah, Pemuda di Maros Tega Bunuh Kakak Kandung

Seorang pemuda di Maros, Sulawesi Selatan, MA (22) gelap mata setelah ditegur karena membawa pacarnya ke rumah. Dia tega membunuh kakak kandungnya AA (31).

Baca Selengkapnya
Sederet Para Pesohor dari Dapil Jabar I Lolos ke Senayan, Ada Melly Goeslaw hingga Istri Ridwan Kamil

Sederet Para Pesohor dari Dapil Jabar I Lolos ke Senayan, Ada Melly Goeslaw hingga Istri Ridwan Kamil

Tujuh caleg dipastikan lolos dari Dapil Jawa Barat I.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Modus Berbagi Takjil, Ratusan Pelajar Bikin Onar dan Hendak Tawuran Ditangkap di Jakpus

Modus Berbagi Takjil, Ratusan Pelajar Bikin Onar dan Hendak Tawuran Ditangkap di Jakpus

Modus Berbagi Takjil, Ratusan Pelajar Bikin Onar dan Hendak Tawuran Ditangkap di Jakpus

Baca Selengkapnya
Marak Beredar Sejumlah Nama Caleg Depok Lolos ke Kursi Dewan, Bawaslu Minta Masyarakat Tak Percaya

Marak Beredar Sejumlah Nama Caleg Depok Lolos ke Kursi Dewan, Bawaslu Minta Masyarakat Tak Percaya

Ditegaskannya, sejauh ini belum ada hasil akhir penghitungan.

Baca Selengkapnya
Pemudik Balik ke Jakarta, Surabaya dan Bandung Masih Padati Enam Stasiun Daop 4, Tertinggi Stasiun Tawang

Pemudik Balik ke Jakarta, Surabaya dan Bandung Masih Padati Enam Stasiun Daop 4, Tertinggi Stasiun Tawang

Jumlah penumpang di Stasiun Tawang rata-rata 8.139 penumpang per hari.

Baca Selengkapnya
Detik-Detik Dramatis Penyelamatan Siswi SMP di Lampung Disekap dan Diperkosa 10 Remaja

Detik-Detik Dramatis Penyelamatan Siswi SMP di Lampung Disekap dan Diperkosa 10 Remaja

Seorang siswi SMP di Lampung inisial NA, disekap dan diperkosa secara bergilir oleh 10 pria selama tiga hari.

Baca Selengkapnya
Modus Pura-Pura Disuruh Menjemput dari Sekolah, Pria Berjaket Ojol Diduga Cabuli Siswa SD

Modus Pura-Pura Disuruh Menjemput dari Sekolah, Pria Berjaket Ojol Diduga Cabuli Siswa SD

Seorang bocah perempuan yang masih duduk di bangku SD diduga dicabuli pemuda di sebuah rumah kosong di Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang.

Baca Selengkapnya
Paksa Istri Minum Pembersih Lantai hingga Tewas, Suami di Malang jadi Tersangka

Paksa Istri Minum Pembersih Lantai hingga Tewas, Suami di Malang jadi Tersangka

Peristiwa KDRT tersebut terjadi pada 24 Januari 2024 di Perumahan BMR Blok GO, Desa Watugede, Singosari, Kabupaten Malang.

Baca Selengkapnya