Wantimpres ajak ulama dan pesantren bersama-sama bangkitkan nilai Pancasila
Merdeka.com - Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sidarto Danusubroto menilai peran para ulama dan pesantren diperlukan dalam membangun manusia religius yang memiliki spiritualitas, maju, rasional, meritokrasi, demokratis, toleran, bisa menerima perbedaan, dan berkepribadian Indonesia.
Sebab, selain memberikan kekuatan yang menjadi perekat bangsa, juga merefleksikan wajah Islam yang membangun peradaban berazaskan rahmatan lil alamin yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila.
Apalagi, dalam beberapa waktu terakhir, bermunculan konten negatif seperti ujaran kebencian dan hoaks yang disebarkan melalui media sosial. Hal ini dapat menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat yang berdampak pada kerukunan antar umat beragama di tanah air.
Hal ini disampaikan Sidarto saat memberikan sambutan pada acara Haul Al-Maghfurlah KHR Zamruddin yang digelar oleh Pokja Toleransi dengan Pesantren Al-Falahiyyah, Sleman, DIY.
"Fakta sejarah di Indonesia menunjukkan, selama ini Islam mampu menyatu dengan kearifan lokal tanpa harus mengakibatkan gesekan. Inilah wajah Islam Indonesia yang tumbuh sejak berabad-abad silam, yaitu wajah yang terbuka, toleran, dan sadar akan kemajemukan. Di atas fondasi inilah semestinya dakwah Islam berpijak," kata Sidarto yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Jumat (2/3).
Sidarto mengatakan, dalam realitas masyarakat yang bercorak multikultural, perihal cara berdakwah, Rasulullah SAW telah memberikan tauladan dalam sejarah Islam disebut sebagai Piagam Madinah. Masa itu, masyarakat Madinah terdiri dari berbagai macam suku dan agama. Dengan piagam itu Rasulullah berhasil menyatukan masyarakat Madinah yang majemuk.
Perlu ditegaskan, bahwa akar dari nasionalisme di Indonesia adalah tumbuh dari agama. Istilah 'hubbul wathan minal iman' merupakan benih perasaan nasionalisme bangsa Indonesia. Banyak negara-negara maju di dunia yang menerapkan sikap hidup 'berketuhanan' yang bukan hanya sekedar ritual, namun dalam perilaku sehari-hari.
"Di negara Barat maju, bukan saja dalam teknologi dan industri, tetapi juga dalam kemanusiaan, mereka memiliki program-program sosial negara kesejahteraan, bagaimana memuliakan semua yang hidup dan menjaga keseimbangan semesta," ujarnya.
Politisi Senior PDIP tersebut menambahkan, Pancasila sebagai nilai-nilai yang hidup dan tumbuh di tengah masyarakat Indonesia, ternyata dalam kehidupan sehari-hari masih belum optimal, termasuk dalam kehidupan bernegara saat ini.
"Kita melihat adanya defisit nilai Pancasila yang tercermin dalam hampir setiap aspek politik, hukum, ketatanegaraan, hingga kesejahteraan rakyat. Ini yang sangat perlu kita bangkitkan kembali," kata Sidarto.
Oleh karena itu, aktivitas berdakwah tentu boleh menawarkan jalan kebenaran, tapi seorang penyeru jalan kebenaran tidak dibenarkan merasa paling benar. Dalam sebuah masyarakat Islam, hak setiap individu sangat dihormati, termasuk hak orang-orang yang berbeda agama.
Sidarto pun mencontohkan, Nabi Muhammad SAW saat tinggal, hidup, berjuang dan berdinamika sekitar 10 tahun di Madinah. Di kota suci tersebut puncak kesuksesan dakwah Rasullulah. Maka, sangat manusiawi ketika Nabi pun sangat mencintai Madinah yang sekaligus mencerminkan Nabi mencintai tanah airnya, baik Mekkah maupun Madinah.
"Ini menunjukkan cinta tanah air dan nasionalisme adalah fitrah dan naluri yang Allah SWT sematkan secara kuat di dalam diri manusia. Penolakan dan antipati terhadap kebangsaan/nasionalisme, justru bertentangan dengan fitrah suci tersebut dan tidak memiliki landasan sama sekali di dalam Islam, baik secara doctrinal maupun historical," ujarnya.
Anggota Wantimpres lain, Malik Fajar yang turut hadir memberikan tausiah di acara tersebut, mengatakan bahwa Allah SWT sudah mentakdirkan bahwa manusia diciptakan secara beragam dari suku, bangsa, dan agama yang berbeda-beda.
"Hal ini sebuah perbedaan yang harus diterima dan diyakini oleh umat Islam. Untuk itu kita perlu menjaga kerukunan antar umat beragama," tukasnya.
(mdk/rzk)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perlu ada pertemuan antara perwakilan partai politik, termasuk tokoh-tokoh nasionalis dan agamis.
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaHal ini bisa dilihat langsung di media sosial, banyak yang melakukan framing pihak lawan dengan citra negatif.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Bagya mengakui teguran itu sudah disampaikan ke Presiden. Namun, Bagya enggan menjelaskan teguran itu.
Baca SelengkapnyaPara capres-cawapres harus tampil sebagai sosok penuh kedamaian.
Baca SelengkapnyaMomen pertemuan Lettu Windra Sanur dengan Kombes Yudhi Sulistianto Wahid.
Baca Selengkapnya"Keliatannya bisa jadi usulan hak angket ini akan layu sebelum berkembang, akan diblok, ya akan di bendung oleh kubu koalisi pemerintahan Jokowi,"
Baca SelengkapnyaSamukrah mengingatkan bahwa terdapat jutaan masyarakat yang menggantungkan hidupnya di sektor pertembakauan.
Baca SelengkapnyaPerkuat juga solidaritas, empati, dan tolong-menolong antar-sesama tanpa memandang perbedaan agama atau kepercayaan.
Baca Selengkapnya