Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan

Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan

Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan

Pelaksanaan upacara bertujuan sebagai bentuk penghormatan masyarakat terhadap leluhur yang telah banyak berjasa.

Apa itu Upacara Memayu?

Upacara Memayu merupakan upacara yang secara rutin diadakan oleh masyarakat Cirebon. Upacara ini diperkirakan mulai dilaksanakan pada 1615 dan berawal dari mengganti atap area situs makam Ki Buyut Trusmi. Prosesi Upacara Memayu erat kaitannya dengan istilah Trusmi dan ider-ideran. Trusmi merupakan nama dari leluhur yang berjasa pada penyebaran agama Islam dan memperbaiki kehidupan masyarakat di sana kala itu.

Setelah itu, Trusmi dijadikan nama daerah di Plered, Cirebon. Ider-ideran merupakan bagian dari prosesi Upacara Memayu yang penyelenggaraannya mirip dengan arak-arakan. Proses ini diperkirakan telah hadir sejak 1900-an dan diadakan untuk menyemarakkanUpacara Memayu yang dilakukan sehari sebelumnya. Pada Minggu pagi, akan diadakan kegiatan ider-ideran yang dilakukan dengan menggunakan kostum unik serta mengawali dan mengakhiri rute di situs makam Ki Buyut Trusmi.

Di sepanjang perjalanan, pengunjung yang hadir dapat memperebutkan padi, sayur-sayuran, dan nasi yang disusun seperti gunung serta dihiasi beragam hasil bumi. Benda-benda ini dipercaya mengandung berkah karena sudah didoakan oleh para sesepuh. Selanjutnya, pada keesokan paginya, yaitu Senin pagi, akan diadakan Upacara Memayu yang dilakukan dengan mengganti atap situs pesarean masjid Ki Buyut Trusmi.

Daun alang-alang yang sebelumnya sudah dikeringkan dan dirangkai membentuk genteng akan diletakkan di masjid Trusmi menggantikan atap yang sudah lapuk. Masyarakat Trusmi menyebut proses ini sebagai Upacara Memayu. (Foto: YouTube/Mbah Googel gondrong gelungan)

Sejarah Upacara Memayu, Tradisi Sedekah Bumi Asal Cirebon sebagai Bentuk Penghormatan

Sejarah Trusmi

Trusmi berasal dari kata terus dan semi yang berarti tumbuh terus-menerus. Asal-usul nama ini berawal dari kisah Ki Gede Bambangan (Ki Buyut Trusmi) yang tengah beristirahat di depan gubuk setelah membersihkan pelatarannya dari reremputan. Seketika terdengar suara yang tidak diketahui asalnya. Tiba-tiba, semua rerumputan yang sudah ia bersihkan tumbuh kembali dan membuatnya takjub sekaligus kesal dan heran. Ketika melihat sekeliling, ada dua laki-laki yang berjalan kearahnya sembari menyapa, “Assalamualaikum.”

Alasan Trusmi

Ternyata, kedua laki-laki itu adalah Cakra Buana dan Sunan Gunung Jati. Semenjak itu, Ki Gede Bambangan memutuskan untuk memeluk agama Islam dan daerah tersebut dinamai dengan Trusmi. Penamaan Trusmi diharapkan dapat membuat daerah memiliki rerumputan yang terus-menerus tumbuh kembali.

Tujuan Upacara Memayu

Pelaksanaan Upacara Memayu dan ider-ideran ditujukan sebagai bentuk penghormatan masyarakat Trusmi terhadap leluhur yang telah banyak berjasa. Ki Buyut Trusmi berjasa karena mengenalkan masyarakat dengan ajaran Islam, mengajari keterampilan membantik, serta bercocok tanaman yang manfaatnya dapat dirasakan hingga saat ini.

Tradisi ini juga dilakukan sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas karunia yang telah diberikan. Masyarakat juga mengharapkan kelimpahan berkah bagi kehidupan di masa yang akan datang. Selain itu, upacara ini juga dijadikan sebagai sarana untuk sedekah Bumi sebelum memulai musim tanam dengan harapan nantinya setiap langkah yang dilakukan hingga proses terakhir akan berjalan dengan baik.

Mengenal Tradisi Upah-Upah, Bentuk Ucapan Syukur Masyarakat Labuhan Batu
Mengenal Tradisi Upah-Upah, Bentuk Ucapan Syukur Masyarakat Labuhan Batu

Tradisi upah-upah biasanya dilengkapi dengan jamuan kecil maupun besar serta doa dan selamat atas tercapainya suatu hal.

Baca Selengkapnya
Mengenal Mlumah Murep, Tradisi Larangan Perkawinan di Masyarakat Ponorogo
Mengenal Mlumah Murep, Tradisi Larangan Perkawinan di Masyarakat Ponorogo

Dalam bahasa Jawa, mlumah berarti terlentang dan murep artinya tengkurap.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Tradisi Ngabungbang Asal Banjar, Mandi Suci untuk Menghilangkan Hal Buruk
Menelusuri Tradisi Ngabungbang Asal Banjar, Mandi Suci untuk Menghilangkan Hal Buruk

Tradisi dilakukan pada 14 Rabiul Awal di tempat-tempat keramat yang dianggap suci.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengulik Tradisi Ulur-Ulur Asal Tulungagung, Ungkap Rasa Syukur Masyarakat
Mengulik Tradisi Ulur-Ulur Asal Tulungagung, Ungkap Rasa Syukur Masyarakat

Upacara ini sebagai wujud dari ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap para leluhur yang dilaksanakan setiap tahun pada hari tertentu.

Baca Selengkapnya
Mengulik Nilai Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon di Kebumen, Terselip Sastra Lisan
Mengulik Nilai Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon di Kebumen, Terselip Sastra Lisan

Tradisi Kepungan Tumpeng Tawon a dilakukan oleh masyarakat Desa Mangunweni Kebumen.

Baca Selengkapnya
Menyelami Makna Tradisi Tedhak Siten Masyarakat Kendal, Gerbang Baru Kehidupan
Menyelami Makna Tradisi Tedhak Siten Masyarakat Kendal, Gerbang Baru Kehidupan

Tradisi ini diharapkan dapat membantu anak untuk mengatasi kesulitan dalam hidupnya, terhindar dari rintangan, dapat mandiri dan tanggung jawab.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Tradisi Menahan Hujan Masyarakat Tuban untuk Mengelak Turunnya Hujan, Punya Fungsi Religius
Menelusuri Tradisi Menahan Hujan Masyarakat Tuban untuk Mengelak Turunnya Hujan, Punya Fungsi Religius

Tradisi Menahan Hujan merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban.

Baca Selengkapnya
Mengetahui Tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya NTT, Kini Jadi Sorotan
Mengetahui Tradisi Kawin Tangkap di Sumba Barat Daya NTT, Kini Jadi Sorotan

Tradisi kawin tangkap merupakan perkawinan yang dilakukan dengan cara menangkap perempuan dengan paksa untuk dikawinkan dengan seorang pria yang tidak dicintai.

Baca Selengkapnya
Melihat Serunya Karapan Kerbau di Lumajang, Tradisi Jelang Musim Tanam Padi
Melihat Serunya Karapan Kerbau di Lumajang, Tradisi Jelang Musim Tanam Padi

Tradisi ini digelar para petani saat memasuki musim tanam padi. Seperti halnya para petani di Desa Selokgondang, Kecamatan Sukodono, Lumajang.

Baca Selengkapnya