Mengenal Jampe Harupat, Cara Orang Tua Zaman Dulu agar Anaknya Tumbuh Sehat dan Baik
Tradisi ini sudah termasuk langka.
Tradisi ini sudah termasuk langka.
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya tumbuh sehat sekaligus baik.
Biasanya mereka akan melakukan berbagai upaya, termasuk pola asuh yang tepat untuk mencapai itu.
Ternyata cara ini sudah dipraktikkan orang tua Sunda di zaman dahulu, salah satunya membacakan sajak khusus bernama Jampe Harupat.
Kira-kira apa sebenarnya Jampe Harupat itu? Yuk, kenalan lebih lanjut dengan warisan lokal ini.
Mengutip laman Budaya Indonesia, ternyata Jampe Harupat merupakan tradisi lisan orang tua Sunda di zaman dahulu kepada anaknya agar tumbuh dengan kondisi sehat dan baik.
Biasanya, lisan tersebut mirip dengan sajak doa atau harapan yang dibacakan orang tua terhadap anaknya. Di setiap bait yang diucapkan, akan diselipkan kata-kata positif dan motivasi dalam bahasa Sunda.
Jampe-jampe harupat, geura gede, geura lumpat. Sing jauh tina maksiat, ngarah salamet dunya akherat.
Artinya, Jampe-jampe harupat, cepat besar, cepat berlari. Semoga jauh dari maksiat, agar selamat dunia akhirat.
Orang tua Sunda membacakan Jampe Harupat kepada anaknya yang masih kecil atau balita.
Anak-anak dibacakan Jampe Harupat saat hendak tidur, sembari diusap-usap kepalanya.
Umumnya para ibu yang membacakan akan melantunkan nada tertentu sambil membacakan bait-bait Jampe Harupat.
Sesuai artinya, orang tua Sunda percaya jika rutin membacakan Jampe Harupat akan berdampak positif terhadap tumbuh kembang anak.
Saat dewasa, sang anak akan diberikan kesehatan dan tumbuh kembang dengan baik. Selain itu, anak juga dijauhkan dari perbuatan yang melanggar moral serta perintah agama.
Sayangnya tradisi ini mulai jarang dilakukan dan perlu dikenalkan kepada khalayak luas agar tetap lestari.
Jampe Harupat cukup populer di berbagai daerah wilayah Jawa Barat, salah satunya Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Orang-orang di daerah itu masih membacakan Jampe Harupat, khususnya mereka yang tinggal di pedesaan terpencil.
Saking uniknya mantra ini, musisi legendaris tanah Sunda, Doel Sumbang menyanyikannya lewat lagu yang ia ciptakan.
Pria tua ini bukanlah orang sembarangan. Dia masih memiliki darah keturunan Kerajaan Majapahit. Pesan leluhurnya juga masih dipegang teguh. Bahkan kakek ini juga masih menjunjung tradisi ageman Jawa Kuno.
Baca SelengkapnyaTradisi ini bertujuan agar sang anak dan keluarganya terhindar dari kesialan
Baca SelengkapnyaDalam tradisi lokal masyarakat Batak, terdapat upacara khusus untuk orang tua sebagai bentuk penghormatan dan balas budi.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Baca SelengkapnyaTradisi nadran yang dilakukan masyarakat pesisir Indramayu menyimpan makna khusus.
Baca SelengkapnyaMereka masih mempertahankan tradisi ini karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya.
Baca SelengkapnyaPacu Kude, tradisi balap kuda dalam menyambut hari kemerdekaan yang dilakukan masyarakat Aceh Tengah.
Baca SelengkapnyaPemanfaatan jamu sebagai obat tradisional sudah dilakukan sejak era Kerajaan Mataram Kuno
Baca SelengkapnyaTradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah
Baca Selengkapnya