Mengenal Retail Therapy: Apakah Belanja Benar-Benar Efektif Atasi Stres?
Merdeka.com - Saat pikiran sedang suntuk, tak sedikit orang yang berusaha menghibur diri dengan belanja. Inilah yang kemudian disebut dengan istilah retail therapy. Belanja dianggap banyak orang sebagai solusi instan untuk memperbaiki suasana hati yang buruk.
Apakah retail therapy benar-benar efektif dalam mengatasi stres? Sampai batas mana belanja bisa dianggap sebagai terapi stres yang tidak berbahaya bagi seseorang? Mari kita bahas selengkapnya.
Efektivitas Retail Therapy
Menurut sebuah studi yang dilakukan para peneliti di University of Michigan, mengatasi stres dengan belanja terbukti empat puluh kali lebih efektif dalam memberikan sensasi 'memegang kendali' dan membuat tiga kali lebih gembira daripada sekadar melihat-lihat katalog belanja.
Sementara itu, studi yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology and Community Health membuktikan kalau belanja secukupnya memang bermanfaat bagi kesehatan mental, bahkan dikaitkan dengan masa hidup yang lebih panjang.
Kaitan Belanja dengan Perubahan Hidup
©Pexels/Andrea Piacquadio
Menurut laporan The Huffington Post, para psikolog menemukan bukti bahwa orang cenderung lebih impulsif berbelanja menjelang perubahan besar dalam hidup. Misalnya sebelum menikah, menjelang persalinan, perceraian, atau kehilangan pekerjaan.
Belanja berhubungan erat dengan proses pembelian dan persiapan menuju fase hidup baru yang bakal segera dijalani. Proses ini memberikan perasaan 'memegang kendali' bagi seseorang, sehingga menurunkan level stres pula. Walaupun begitu, barang yang dibeli biasanya memang lebih banyak daripada jumlah kebutuhan yang sebenarnya.
Bisa Bermanfaat, Namun Juga Bisa Berdampak Negatif
Meskipun retail therapy terbukti bisa mengatasi stres, namun hobi ini juga bisa berdampak negatif jika dilakukan secara berlebihan. Belanja berlebihan biasanya disertai penyangkalan diri. Seseorang meyakinkan diri sendiri kalau dirinya masih berbelanja dalam batas wajar dan sesuai kebutuhan, meskipun kenyataannya dia sudah belanja melebihi batas kemampuan.
Tips Mencegah Belanja Berlebihan
Agar retail therapy tetap efektif dan tidak menambah stres baru terkait masalah finansial, Anda perlu membuat perencanaan dalam pengeluaran. Tetapkan anggaran yang masuk akal agar kondisi keuangan tetap stabil.
Catat dan lakukan penelusuran untuk setiap pengeluaran yang sudah Anda lakukan agar Anda tidak terjebak dalam fase penyangkalan diri yang membuat retail therapy berubah menjadi belanja impulsif.
Sebisa mungkin hindari belanja dengan kartu kredit. Model belanja seperti ini juga berpotensi membuat seseorang lebih ceroboh dalam mengeluarkan uang.
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Stres telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan setiap individu. Salah satu momen yang seringkali menjadi pemicu stres adalah saat menyusun resolusi.
Baca SelengkapnyaMeditasi hadir menjadi salah satu langkah alternatif yang terjangkau untuk mengatasi depresi seseorang. Yuk, simak lebih lanjut!
Baca SelengkapnyaKondisi stres merupakan hal sehari-hari yang sulit kita hindari. Sejumlah cara bisa membantu meredakan stres secara cepat hanya dalam sekejap.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Journaling atau menulis jurnal adalah kegiatan menulis pikiran dan perasaan Anda secara teratur.
Baca SelengkapnyaDepresi terselubung adalah kondisi ketika seseorang merasa tertekan, tapi tidak menunjukkan gejala atau ciri-ciri seperti orang yang depresi pada umumnya.
Baca SelengkapnyaEmotional eater adalah orang yang makan sebagai cara untuk mengatasi emosi yang kuat, seperti stres, kecemasan, kesepian, atau kebosanan.
Baca SelengkapnyaTerjadinya stress eating ini bisa sangat susah untuk diatasi dan dihentikan karena sejumlah alasan.
Baca SelengkapnyaKurang tidur atau tidur yang tidak cukup dapat menyebabkan mata mengantuk.
Baca SelengkapnyaBeberapa gejala awal depresi yang mungkin saja dialami, tapi nggak disadari. Apa saja?
Baca Selengkapnya