Bersikap Ksatria, Rahul Gandhi Akui Kekalahan dalam Pemilu India
Merdeka.com - Rahul Gandhi, presiden Partai Kongres yang menjadi oposisi, kemarin mengakui kekalahannya dalam Pemilu India. Rahul harus kehilangan kursi parlemen di daerah pemilihan Amethi, wilayah utara India di Negara Bagian Uttar Pradesh, yang sebelumnya pernah dikuasai oleh tiga anggota keluarga Gandhi selama lebih dari 50 tahun.
"Smriti Irani (dari partai berkuasa, BJP) sudah menang di Amethi dan saya mengucapkan selamat. Rakyat Amethi sudah memutuskan mandatnya," kata Gandhi dalam jumpa pers kemarin, seperti dilansir laman Aljazeera, Jumat (24/5).
Perdana Menteri Narendra Modhi dari Partai BJP mengalahkan Partai Kongres dan sejumlah partai daerah.
Berita lengkap mengenai Pemilu bisa dibaca di Liputan6.com
Partai Kongres sudah menguasai Amethi di Uttar Pradesh sejak 1967, kecuali pada 1977-1980 dan 1998-1999.
Gandhi, 48 tahun, meraih kemenangan pada 2004, 2009, dan 2014.
Kekalahan Partai Kongres dari BJP ini memupus harapan Gandhi untuk menjadi orang keempat di keluarganya yang memimpin negara dengan demokrasi terbesar di dunia.
Hasil perhitungan pemilu sementara menunjukkan Partai Kongres hanya meraih 50 kursi dari 301 yang dimenangkan BJP.
"Saya tak bisa berkomentar dengan hasil hari ini. Saya ingin mengatakan perjuangan kami adalah perjuangan untuk ideologi. Saya ingin mengatakan kepada para pemimpin kami, baik yang menang dan kalah, jangan khawatir, jangan kehilangan kepercayaan diri. Kita akan berjuang untuk ideologi kita," kata Gandhi.
"Tidak masalah dengan apa yang sudah terjadi. Sejujurnya, rakyat India sudah memutuskan Modi harus jadi perdana menteri. Sebagai orang India, saya menerima itu," kata dia.
Rahul adalah putra dari Sonia dan Rajiv Gandhi, cucu dari mendiang Perdana Menteri India, Indira Gandhi, cicit dari Perdana Menteri India pertama Jawaharlal Nehru.
Nehru menolak keras nasionalisme Hindu dan berjuang mendirikan India sebagai negara sekuler, visi yang masih dipertahankan partai modern India.
Namun di bawah kepemimpinan Modi, kelompok nasionalis Hindu menguasai banyak kursi pemerintahan.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
40 Kata-Kata Ajakan Jangan Golput di Pemilu 2024, Jadi Warga Negara yang Patuh Melalui Suaramu
Golput bukan hanya merugikan individu saja, namun berdampak pada keberlanjutan demokrasi.
Baca SelengkapnyaTerbunuhnya Mahatma Gandhi 30 Januari 1948, Berikut Sejarahnya
Mahatma Gandhi, lahir pada 2 Oktober 1869 di Porbandar, India, dikenal sebagai pemimpin revolusioner dan arsitek gerakan kemerdekaan India.
Baca SelengkapnyaSambil Lari Pagi, Ganjar Ingatkan Warga Jangan Dikasih Bantuan Lalu Geser Pilihan
Ganjar meyakini, rakyat Indonesia bakal memilih calon pemimpin bangsa sesuai pilihan dan hati
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial mulai Diadopsi pada 21 Desember 1965
Konvensi ini lahir sebagai tanggapan terhadap tantangan yang dihadapi oleh banyak negara yang berjuang untuk melawan diskriminasi rasial.
Baca SelengkapnyaJokowi Akui Tak Akan Kampanye, Ganjar: Sangat Hormat, Apalagi Semua Netral
Terlebih, kata Ganjar, semua pihak juga ikut netral dalam menghadapi pemilu serentak 2024.
Baca SelengkapnyaIndia Robohkan Masjid Berusia 600 Tahun, Alasannya Mengada-ada
Aksi ini dilakukan tak lama setelah PM Narendra Modi meresmikan kuil Hindu yang dibangun di atas reruntuhan Masjib Babri yang bersejarah.
Baca SelengkapnyaPengamat Ungkap Tantangan Besar AHY Wujudkan Visi-Misi Demokrat: Komitmen dan Kekuasaan
Visi dan misi partainya untuk membawa Indonesia menjadi negara kuat
Baca SelengkapnyaDemokrat: Hak Angket Pemilu 2024 Tidak Menghargai Suara Rakyat
Demokrat menilai wacana koalisi 01 dan 03 menggulirkan hak angket sama artinya dengan tak menghargai suara rakyat.
Baca SelengkapnyaGanjar Tutup Debat Capres: Rakyat Dikecewakan Pemimpin dan Lawan Politik Dinasti
Ganjar mengatakan, rakyat Indonesia sudah sering dikecewakan oleh para pemimpinnya.
Baca Selengkapnya