Nilai Tukar Rupiah Kembali di Bawah Rp16.000, Asalkan Bisa Penuhi Syarat Berikut Ini
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Mengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Nilai tukar Rupiah masih mengalami tren pelemahan terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip data Bloomberg, nilai tukar Rupiah diperdagangkan di level Rp16.255 per USD pada Senin (29/4).
Lantas kapan nilai tukar Rupiah kembali berada di bawah level Rp16.000 per dolar AS?
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Samuel mengatakan, nilai tukar Rupiah masih memiliki potensi untuk kembali berada di level Rp16.000 per dolar AS.
Namun, terdapat sejumlah syarat agar mata uang Garuda terus melanjutkan tren penguatan.
"Mungkin saja (di bawah Rp 16.000), kan karena perkembangannya sangat dinamis," kata David kepada awak media di Pulau Samosir, Sumatra Utara, ditulis Senin (29/4).
Pertama, tren penurunan ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah akibat konflik Iran dan Israel harus sebisa mungkin di jaga. Sehingga, tidak mengganggu perekonomian global yang berdampak pada stabilitas nilai tukar Rupiah.
Selanjutnya, kondisi fundamental ekonomi nasional juga harus terjaga dengan baik.
Dengan begitu, pelemahan nilai tukar Rupiah diharapkan tidak terlalu dalam akibat sentimen asing.
ucapnya.
David menilai saat ini pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara lainnya.
Dalam catatannya, mata uang Garuda melemah di kisaran 5 persen secara year to date (ytd).
"Kita lihat (Yen) Jepang melemah sekitar tadi 10 persen, Yuan (China) juga melemah, Korean Won juga enggak mau diam atau produknya enggak bersaing," ujar David.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengklaim pelemahan nilai tukar Rupiah lebih masih lebih baik dibandingkan krisis ekonomi tahun 2008 maupun krisis moneter tahun 1998 silam.
Meskipun, saat ini pelemahan nilai tukar Rupiah masih melampaui level Rp16.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya mencatat, nilai tukar Rupiah hanya terdepresiasi 5,07 persen secara year to date (ytd) per 23 April 2024.
Sementara pada krisis ekonomi 2028 nilai tukar Rupiah melemah hingga 35 persen. Bahkan, pada krisis moneter tahun 1998 nilai tukar Rupiah melemah hingga 197 persen.
"Sekarang depresiasi (Rupiah) hanya 5,07 persen, dibandingkan krisis-krisis sebelumnya yang pelemahan Rupiah lebih dalam," kata Juli dalam acara Pelatihan Wartawan di Pulau Samosir, Sumatra Utara, ditulis Minggu (28/4).
Antara lain peningkatan stabilisasi nilai tukar Rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Pada Selasa (14/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca SelengkapnyaPergerakan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang Dolar AS lebih baik dibandingkan dengan Bath Thailand hingga Ruppe India.
Baca SelengkapnyaNilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Kamis (16/5) dibuka naik di tengah surplus neraca perdagangan domestik pada April 2024.
Baca SelengkapnyaGubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar Rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaKetidakpastian ekonomi global membuat masyarakat melakukan langkah masif yang makin memperburuk keadaan.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaGubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, nilai tukar Rupiah hingga 19 Maret 2024 relatif stabil.
Baca Selengkapnya