Kebijakan Tarif Donald Trump Bikin Ekonomi Amerika Serikat Hancur Lebur, Lebih Buruk dari Perang Dunia II
Investor Ray Dalio memperingatkan, AS kini "sangat dekat dengan resesi."

Kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump soal tarif impor kembali jadi sorotan tajam. Di tengah ketegangan perang dagang dengan China, Trump memberikan sinyal yang membingungkan yaitu sebagian produk elektronik seperti iPhone dan laptop dikecualikan dari tarif, tapi hanya sementara.
Senator Demokrat Elizabeth Warren menilai tindakan Trump tersebut sebagai bentuk kekacauan dalam kebijakan dagang AS.
"Investor tidak akan berinvestasi di Amerika saat Trump main 'lampu merah, lampu hijau' dengan tarif," kata Warren dalam wawancara di CNN, Minggu (14/4).
Analis pasar menyebut pengecualian tarif untuk produk elektronik jadi kabar baik bagi sektor teknologi. Saham Apple, Nvidia, hingga Microsoft sempat naik tajam karena keputusan tersebut. Namun, Menteri Perdagangan Howard Lutnick menegaskan, ini bukan pengecualian permanen.
"Produk elektronik akan tetap kena tarif semikonduktor satu atau dua bulan lagi," ucapnya.
Trump Klarifikasi, Tapi Makin Membingungkan
Melalui media sosial Truth Social, Trump mencoba meluruskan pernyataan soal tarif.
"Tidak ada yang bebas dari tarif. Produk-produk ini tetap kena tarif 20%, hanya beda kelompok," tulis Trump.
Ia juga menuding media menyebar “berita palsu” soal adanya pengecualian.
Kesalahan Paling Besar Sejak Perang Dunia II
Sebagai respons, China menetapkan tarif hingga 125% untuk impor dari AS. Presiden Xi Jinping menyatakan negaranya "tidak takut," tapi para pejabat memastikan tarif tidak akan dinaikkan lebih dari itu.
Kebijakan tarif Trump membuat bursa saham anjlok. Sentimen konsumen AS merosot ke titik terendah kedua sejak 1952. Analis dan investor khawatir Amerika akan masuk resesi.
Ekonom Larry Summers menyebut tarif Trump sebagai kesalahan ekonomi terbesar sejak Perang Dunia II.
"Itu salah dalam semua aspek daya saing, pengangguran, inflasi," katanya.
Investor Ray Dalio pun memperingatkan, AS kini "sangat dekat dengan resesi."
Kendati dikritik luas oleh para ekonom, Gedung Putih menyatakan bahwa saat ini ada lebih dari 130 negara yang sedang merundingkan ulang tarif perdagangan dengan AS, kecuali China.
"Untuk negara lain, prosesnya jelas dan tertib. Tapi untuk China, masih sangat awal," ujar Kevin Hassett, penasihat ekonomi Trump.