Sudan Tangkap Tentara yang Dianggap Terlibat Pembunuhan Demonstran
Dalam pernyataan, Dewan Militer juga menegaskan semua yang yang terlibat dalam insiden itu harus segera bertanggung jawab sesuai aturan dan perundangan yang berlaku.
Dalam pernyataan, Dewan Militer juga menegaskan semua yang yang terlibat dalam insiden itu harus segera bertanggung jawab sesuai aturan dan perundangan yang berlaku.
Kondisi Ibu Kota Khartoum, Sudan, kemarin kian mencekam setelah para pemimpin unjuk rasa mendesak orang-orang untuk berpartisipasi ikut pembangkangan sipil.
Uni Afrika membekukan keanggotaan Sudan hingga pemerintahan sipil di negara itu terbentuk. Pada Kamis (6/6), Uni Afrika meningkatkan tekanan global agar pemimpin baru militer Sudan mundur.
Warga dan aktivis juga mengatakan telah mengangkat sembilan jenazah dari Sungai Nil pada hari Rabu. Beberapa foto yang diterima The Guardian menunjukkan beberapa jenazah sengaja diikatkan beton pada kakinya agar segera tenggelam.
Sebanyak 35 orang demonstran Sudan tewas setelah pasukan keamanan menyerbu tempat protes duduk (sit-in protest) di ibu kota Khartoum. Insiden ini disebut sebagai kekerasan terburuk sejak penggulingan Presiden Omar al-Bashir.
Ribuan pengunjuk rasa telah melakukan aksi duduk di luar markas militer di ibu kota Khartoum selama berminggu-minggu, menuntut agar para jenderal militer mundur.
BBC melaporkan, rakyat Sudan hingga kini masih berunjuk rasa di luar markas militer menuntut agar angkatan bersenjata tidak mengambil alih kekuasaan.
Kepala Dewan Militer Transisi (pemerintahan interim) Sudan, Abdul Fattah Al-Burhan Minggu lalu mengatakan uang tunai dalam tiga mata uang, bernilai lebih dari USD 113 juta ditemukan di rumah mantan presiden itu.
Bashir yang sudah berkuasa hingga 30 tahun itu ditahan dengan pengawalan ketat di sel tersendiri.
Bashir diburu oleh Mahkamah Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan, dan genosida terhadap para pemberontak di Darfur.
Ribuan rakyat Sudan berkumpul di luar kantor Kementerian Pertahanan di Ibu Kota Khartoum untuk menuntut pembentukan pemerintahan sipil. Mereka menolak jam malam dan menyerukan salat Jumat berjemaah. Militer Sudan kemarin menggulingkan kepemimpinan Presiden Umar al-Bashir yang sudah berkuasa 30 tahun.
Setelah berbulan-bulan menggelar aksi unjuk rasa, rakyat Sudan akhirnya bisa melengserkan Presiden Umar al-Bashir yang sudah berkuasa selama 30 tahun. Mereka kini tengah berada dalam suasana suka cita.
Wakil Presiden Pertama yang sekaligus Menteri Pertahanan Sudan Ahmad Awad Ibn Auf dalam stasiun televisi hari ini mengumumkan Presiden Umar al-Bashir yang sudah berkuasa selama 30 tahun ditangkap. Militer Sudan hari ini memaksa Bashir mundur.
Stasiun televisi Sudan hari ini melaporkan, pihak militer akan menyampaikan 'pengumuman penting' dan meminta rakyat menunggu kabar itu. Dua pejabat senior militer mengatakan angkatan bersenjata memaksa Presiden Umar al-Bashir untuk mundur.
Sejauh ini, terdapat 10 wilayah di Ibu Kota Khartoum yang menjadi pusat aksi unjuk rasa.
Ribuan orang kemarin turun ke jalan-jalan di banyak kota di Sudan menuntut Presiden Umar al-Bashir yang sudah berkuasa 30 tahun mundur.
Alasannya karena jika mereka menabung di bank, akan sulit untuk menariknya kembali akibat banyak mesin ATM yang sering kosong.
Menteri Dalam Negeri Sudan Ahmad Bilal kemarin mengumumkan kepolisian negara mendukung penuh Presiden Umar al Bashir yang saat ini tengah didemo rakyat untuk segera turun.