Kepala BNPT: Penyebaran paham radikal di kampus sudah sangat gawat
Merdeka.com - Generasi muda bangsa harus tetap waspada dalam menerima segala informasi yang masuk sebagai upaya mempertahankan jati diri. Jangan sampai kemajuan teknologi yang pesat menggerus nilai-nilai kebangsaan.
Kepala BNPT Komjen Suhardi Alius juga mengingatkan kepada generasi muda untuk mewaspadai bahaya paham radikalisme dan terorisme terutama di lingkungan pendidikan. Dia melihat penyebaran itu sudah semakin masif.
"Penyebaran paham radikal di lingkungan kampus sekarang ini sudah sangat gawat sekali. Sudah tidak ada sekat. Kalau tidak gerak cepat untuk mengawasinya tentunya ini akan membahayakan terhadap anak-anak kita nantinya dan tentunya bangsa ini sendiri," ujar Suhardi dalam keterangannya, Kamis (9/11).
Untuk itu, menurutnya, para mahasiswa bersama para dosen, dekan hingga rektor memiliki peran yang sangat penting dalam melakukan upaya pencegahan, mengidentifikasi radikalisme serta langkah-langkah yang harus diambil untuk memecahkan suatu masalah jika terjadi hal tersebut di lingkungan pendidikan.
"Jangan sampai peristiwa deklarasi khilafah oleh salah satu organisasi massa di salah satu kampus perguruan tinggi negeri di Jawa Barat beberapa hari lalu terulang lagi. Pihak kampus harus bisa mendeteksi dan mencegah jika ada kegiatan tersebut. Jika melihat ada indikasi seperti itu cepat laporkan ke aparat berwajib," tuturnya.
Suhardi meminta agar perekrutan tenaga pendidik juga harus benar-benar diperhatikan. Jangan sampai penyebaran radikalisme justru masuk melalui ajaran-ajaran dari tenaga pendidiknya itu sendiri.
"Penyaringan harus benar-benar ketat dalam merekrut tenaga pendidik. Jangan ada ideologi-ideologi lain yang diajarkan dosen kepada mahasiswanya," katanya.
Mantan Kabareskrim Polri ini mengatakan, dengan revolusi khususnya di bidang informasi yang membuat dunia tanpa batas atau border ini betul-betul menjadi sesuatu yang harus diwaspadai bersama.
"Dengan kemajuan teknologi kita semua mendapatkan manfaat kemudahan untuk mengakses informasi secepat mungkin, tapi bukan berarti tidak ada eksesnya yang dapat merugikan kita semua," ujar mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas ini
Dia mengingatkan kepada para generasi muda calon penerus bangsa untuk lebih berhati-hati dalam menerima segala informasi yang masuk. Terhadap masalah kebangsaan, dirinya melihat bagaimana bangsa Indonesia ini didirikan dengan air mata, perjuangan, darah sampai pengorbanan oleh para pendahulu.
"Untuk itu lah kami meminta kepada para generasi muda untuk mengingat kembali sejarah bahwa Indonesia ini didapat tidak dengan dengan cuma-cuma, tetapi dengan perjuangan. Sebagai generasi muda tentunya punya kewajiban untuk mengisi kemerdekaan dengan baik," tuturnya.
Mantan Kadiv Humas Polri ini meminta kepada generasi muda untuk tidak melupakan identitas kita sebagai bangsa Indonesia yang beragam. Apalagi dengan informasi digital yang sangat luar biasa ini sudah banyak sekali hal-hal yang kita lihat bersama seperti gangguan dan cobaan lain yang ingin memecah belah bangsa.
"Tentunya dibutuhkan kewaspadaan, rasa nasionalisme yang tinggi untuk dapat memilih dan memilah sehingga kerukunan dalam umat beragama, kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan eksistensi NKRI dapat kita pertahankan demi kejayaan bangsa," tutur alumni Akpol tahun 1985 ini.
Tidak lupa, di dalam kuliah umum yang juga menjadi mata kuliah Stadium Generali KU4078 ini
Suhardi memberikan kuliah umum di hadapan sekitar 500 mahasiswa dari beberapa perguaruan tinggi yang ada di Bandung dengan tema 'Resonansi Kebangsaan dan Bahaya serta Pencegahan Radikalisme' yang berlangsung di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Rabu (8/11).
Beberapa mahasiswa yang hadir selain dari ITB yakni dari perguruan tinggi lain seperti Institut Pemerintahan Dalam negeri (IPDN), Universitas Lang-Lang Buana, Universitas Sanggabuana, Universitas Komputer Indonesia (Unikom). Sementara pejabat dari ITB sendiri diwakili oleh Wakil Rektor bidang Administrasi, Umum, Alumni dan Komunikasi, Miming Miharja dan beberapa staf dosen lainnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
BPIP: Bangsa Ini Sudah Biasa Bertindak dengan Menghargai Perbedaan
Dengan perilaku toleransi tinggi, Indonesia diyakini kebal dengan serangan paham radikal terorisme ingin pecah belah NKRI.
Baca Selengkapnya"Perundungan dengan Dalih Apa pun Tak Boleh Dibiarkan!"
Dirjen HAM menyebut tindakan merundung bisa mencederai martabat dan merugikan seseorang.
Baca SelengkapnyaPolisi Benarkan Rektor Kampus Swasta Diduga Lecehkan 2 Anak Buah di Ruangan
Begini duduk perkara kejadian versi korban. pelaku memanggil korban ke ruangannya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pj Kepala Daerah Dicopot karena Tak Netral Jelang Pemilu, BKN Beri Penjelasan Begini
BKN terus mengimbau seluruh pegawai ASN untuk berhati-hati di tahun politik, karena banyak hal yang dapat menyebabkan pegawai ASN terlibat politik praktis.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Kepala BNPT: 148 Teroris Ditangkap
Penangkapan teroris itu berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPesan Jenderal Polisi Bintang Dua ke Anak Buahnya untuk Pengamanan TPS di Jakarta
“Bersama-sama kita mempersiapkan hal ini dengan baik guna mencegah terjadinya potensi gangguan keamanan," katanya
Baca SelengkapnyaPerangi Radikalisme dan Terorisme dengan Moderasi Beragama
Di tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaPerkara 8 Siswa Binus School Serpong Pelaku Perundungan Segara Dilimpahkan ke Kejaksaan
Lantaran upaya diversi yang dilakukan pihak Kepolisian tidak menemui kesepakatan antara korban dengan 8 anak berhadapan hukum (ABH).
Baca SelengkapnyaGencarkan Narasi Damai, Perbedaan Jangan Dianggap Permusuhan
Narasi-narasi provokatif dapat memicu perpecahan harus dihindari terlebih di tahun politik.
Baca Selengkapnya