Melihat Akulturasi Budaya Cirebon dan Arab di Kesenian Brai, Simbolkan Rasa Cinta Manusia terhadap Allah
Brai jadi kesenian bernapaskan Islam asal Cirebon yang masuk Warisan Budaya Tak Benda 2023
Brai jadi kesenian bernapaskan Islam asal Cirebon yang masuk Warisan Budaya Tak Benda 2023
Brai termasuk kesenian tertua yang ada di wilayah Cirebon, Jawa Barat. Di masa silam, Kesenian ini menjadi salah satu media dakwah untuk mengenalkan ajaran Islam sehingga mudah diterima oleh masyarakat setempat.
Kesenian Brai termasuk kreasi musik, dengan syair puji-pujian terhadap sang pencipta.
Ada pesan kecintaan dari manusia terhadap Tuhannya ketika memainkan kesenian Brai.
Sampai sekarang, Brai masih dipentaskan di acara-acara kebudayaan dan keislaman di wilayah Cirebon dan sekitarnya.
Mengutip laman Budaya Indonesia, asal usul kesenian ini konon berasal dari wilayah Muara Jati Cirebon, pada 1420 Masehi.
Ketika itu terdapat rombongan penyebar Agama Islam dari Baghdad yang mendarat dan bekerja sama dengan ulama terkemuka setempat, Syekh Datul Kafi atau Syekh Idafi atau Datuk Kafi.
Mereka lantas mencari cara untuk mengenalkan ajaran Islam, salah satunya melalui pendekatan seni.
Terdapat berbagai versi penamaan Brai. Versi pertama, Brai berasal dari rombongan Syekh Datuk Kahfi bersama rombongannya yang salah satunya bernama Brai. Saat itu Ia tengah menabuh alat musik terbang sembari melantunkan puji-pujian.
Kemudian versi kedua, Brai berasal dari rasa cinta yang mendalam akan Tuhan (Allah), dengan wewujudkannya melalui kesenian Brai.
Kesenian ini kental dengan syair Islam yang dinyanyikan.
Ini yang kemudian mendorong munculnya istilah Brai Maring Pangeran atau rasa cinta terhadap gusti Allah.
Merujuk laman warisanbudaya.kemdikbud.go.id, pertunjukkan kesenian Brai biasanya dilakukan dengan cara duduk bersila dan membentuk formasi setengah lingkaran maupun memanjang.
Di sini terdapat dua saf, di mana sisi pertama diisi oleh beberapa vokalis perempuan dan saf berikutnya adalah penabuh alat musik.
Alat musik yang dimainkan saat pertunjukan Kesenian Brai adalah alat musk terbang yang terdiri dari rebana, kendang sedang serta dogdog (kendang besar berfungsi sebagai suara bass).
Pola nada akan mengikuti nada shalawat dan puji-pujian terhadap Allah SWT.
Di samping sebagai sebuah kesenian dan media penyebaran agama Islam, Brai rupanya lahir dari akulturasi budaya Cirebon dan Arab (Timur Tengah).
Ini terlihat dari adanya penggunaan syair bahasa Arab dan Cirebon yang saling berkaitan satu sama lain.
Uniknya, bahasa Cirebon di sini bukan berasal dari terjemahan Arab, melainkan sengaja dibuat dengan tema-tema ajakan menuju keislaman.
Dalam laman Disparbud Jabar, Kesenian Brai digambarkan mirip dengan kesenian rebana atau hadroh, melalui komposisi pemain alat musik tepuknya.
Yang membedakan adalah adanya alat musik gamelan sebagai unsur melodi yang mengalun harmonis.
Kini Brai masuk kategori Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang ditetapkan pemerintah pada 2023.
Tarian ini dibawa langsung oleh para pedagang Arab.
Baca SelengkapnyaTujuan dari Rabu Wekasan adalah untuk menolak bencana, atau dalam bahasa Jawa disebut "Tolak Balak," juga menjadi wujud rasa syukur.
Baca SelengkapnyaDalam Islam, surat yasin kerap dibaca untuk mendoakan orang yang telah meninggal.
Baca SelengkapnyaAda semangat perjuangan dan keislaman masyarakat Cirebon di balik bendera Macan Ali.
Baca SelengkapnyaNegeri yang satu ini juga punya tradisi unik. Salah satunya yakni berjoget ria usai akad nikah hingga pemisahan area bagi tamu wanita dan pria.
Baca SelengkapnyaTradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
Baca SelengkapnyaTiba-tiba Ansari terlihat tidak berdiri. Dia tampak tergeletak di kursinya.
Baca SelengkapnyaBekasem terus dilestarikan selama bertahun-tahun, dan menjadi salah satu sajian menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW di Cirebon.
Baca SelengkapnyaBolehkah sebenarnya seseorang meminta ditraktir hingga oleh-oleh dari orang lain yang tengah bepergian?
Baca Selengkapnya