Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Lebih Dekat dengan Tradisi Wawacan Asli Pangandaran, Ajak Manusia Peduli dengan Alam

Lebih Dekat dengan Tradisi Wawacan Asli Pangandaran, Ajak Manusia Peduli dengan Alam

Lebih Dekat dengan Tradisi Wawacan Asli Pangandaran, Ajak Manusia Peduli dengan Alam

Adanya perpaduan satra klasik Jawa dengan tradisi Sunda melahirkan seni wawacan yang indah.

Jika mendengar kata Pangandaran maka yang biasanya tergambar adalah kawasan pesisir selatan Jawa Barat dengan deretan pantai yang indah. Namun di luar itu terdapat maha karya para kokolot (leluhur) yang tak kalah bernilai bernama wawacan.

Lebih Dekat dengan Tradisi Wawacan Asli Pangandaran, Ajak Manusia Peduli dengan Alam

Wawacan merupakan sebuah kesenian berbentuk sastra lawas khas wilayah Pangandaran. Sesuai namanya, wawacan atau bacaan ini merupakan teks berisi pesan tertentu yang dibacakan oleh tokoh setempat.

Di daerah asalnya, wawacan biasanya bertema alam dan lingkungan, serta dibacakan kepada generasi muda agar mereka bisa menjaga kelestariannya. Kesenian ini unik, karena diucapkan dengan dialek Sunda. Simak selengkapnya.

Menggunakan Nada

Satu hal yang menarik dari wawacan adalah teks berisi pesan yang disampaikan tidak sekadar dibaca.

Para tokoh sepuh di Pangandaran akan membacakannya menggunakan lantunan nada. Sepintas akan terdengar seperti seorang sinden yang tengah menyanyikan sebuah lagu.

“Wawacan ini judulnya Sulanjana yang menceritakan tentang awal mula munculnya tanaman padi lewat Nyi Dewi Pohaci (dewi kesuburan tanaman),” kata Aki Sangkeh, salah satu pegiat seni wawacan di Pangandaran seperti dilansir dari YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX.

Dibacakan oleh Lebih dari Satu Orang

Dibacakan oleh Lebih dari Satu Orang

Selain dilantunkan menggunakan nada, wawacan juga seringkali dibacakan oleh lebih dari satu orang. Bisa dua, tiga bahkan hingga lima orang, tergantung momen dan tema yang dibacakan.

Naskah Sulanjana sendiri merupakan peninggalan tahun 1950-an yang dirawat oleh Aki Sangkeh sejak zaman sekolah.

Biasanya wawacan akan dibacakan saat momen syukuran atau hajatan yang kaitannya dengan aktivitas pertanian serta kebudayaan.

Diadaptasi dari Sastra Jawa Klasik

Jika dilihat dalam naskah Sulanjana yang dicatat Aki Sangkeh, tulisannya berbentuk aksara Jawa dengan pola hanacaraka.

Uniknya, bahasa yang dibawakan justru Sunda, bukan Jawa, sehingga makin menguatkan bahwa wawacan lahir dari munculnya sastra Jawa masa klasik.

Berdasarkan catatan sejarah, wawacan pertama kali populer sejak abad ke-17, dan terus berkembang sampai awal abad ke-20. Saat itu, wawacan hanya bisa dibacakan saat masa panen maupun tanam padi.

Membahas Kondisi Zaman Kerajaan

Membahas Kondisi Zaman Kerajaan

Selain soal pertanian dan lingkungan, wawacan juga menceritakan tentang kehidupan di zaman kerajaan Padjajaran.

Beberapa di antaranya yakni pertempuran, kehidupan sosial, dan kegiatan di dalam kerajaan seperti menanak nasi.

Tradisi wawacan jadi warisan budaya nenek moyang Pangandaran yang masih dilestarikan sampai sekarang.

Makna Tradisi Nadran Khas Pesisir Indramayu, Penting Dilakukan Nelayan agar Selamat dan Hasil Tangkapan Melimpah
Makna Tradisi Nadran Khas Pesisir Indramayu, Penting Dilakukan Nelayan agar Selamat dan Hasil Tangkapan Melimpah

Tradisi nadran yang dilakukan masyarakat pesisir Indramayu menyimpan makna khusus.

Baca Selengkapnya
Mengenal Ruwatan, Tradisi Jawa yang Lahir dari Kisah Pewayangan
Mengenal Ruwatan, Tradisi Jawa yang Lahir dari Kisah Pewayangan

Tradisi ini bertujuan agar sang anak dan keluarganya terhindar dari kesialan

Baca Selengkapnya
Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan
Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan

Tarian adu kekuatan dan ketangkasan kaum laki-laki dengan menggunakan senjata berupa rotan sebagai alat pukul dan tameng yang terbuat dari kulit sapi.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengenal Tenun Siak, Kerajinan Tradisional Asli Kepulauan Riau
Mengenal Tenun Siak, Kerajinan Tradisional Asli Kepulauan Riau

Bagi masyarakat Melayu Riau, corak pada tenun Siak tidak hanya menjadi hiasan semata, tetapi juga mengandung makna yang mendalam serta berisi nilai-nilai luhur.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Buka Luwur, Momen Penggantian Kain Penutup Makam Sunan Kudus
Mengenal Tradisi Buka Luwur, Momen Penggantian Kain Penutup Makam Sunan Kudus

Panitia menyiapkan 9 ton nasi, 14 ekor kerbau, dan 80 ekor kambing untuk tradisi Buka Luwur.

Baca Selengkapnya
Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi
Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi

Tradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.

Baca Selengkapnya
Mengulik Makna Tari Tradisi Ketuk Tilu Asli Jabar, Ada Ronggeng 'Penghubung' Roh Leluhur
Mengulik Makna Tari Tradisi Ketuk Tilu Asli Jabar, Ada Ronggeng 'Penghubung' Roh Leluhur

Tarian tradisional Ketuk Tilu yang berasal dari Jawa Barat ini ternyata memiliki makna sangat mendalam.

Baca Selengkapnya
Mengenal Cembengan, Tradisi Tebu Manten yang Jadi Mulainya Gilingan PG Madukismo
Mengenal Cembengan, Tradisi Tebu Manten yang Jadi Mulainya Gilingan PG Madukismo

Tradisi Cembengan merupakan tradisi yang diadopsi dari etnis Tionghoa, yaitu Cing Bing.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Ujungan di Lebak, Warga
Mengenal Tradisi Ujungan di Lebak, Warga "Saling Pukul" untuk Perkuat Persaudaraan

Walau saling pukul pakai rotan, namun warga di sini tidak saling dendam

Baca Selengkapnya