5 Komentar lucu Jokowi dan tokoh RI terkait Trump dan kebijakannya
Merdeka.com - Kemarin, Menteri Keuangan era Presiden SBY, Chatib Basri angkat bicara terkait fenomena ekonomi global saat ini, khususnya sejak Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS. Banyak pihak yang merasa takut dengan kebijakan Trump, seperti proteksi ekonomi, larangan muslim masuk AS dan lain sebagainya.
Menurut Chatib, kebijakan Trump tidaklah semenakutkan yang dia umbar-umbar. Semua pemimpin akan bicara lantang, namun kenyataannya tidak akan mudah dijalankan.
"Apa yang dibicarakan tidak akan seperti itu. Semua negara memang berbeda, tapi kalau budget sulit naikkan BBM juga walaupun awal ada pemimpin bilang tak mau," ucap Chatib mencontohkan saat menjadi pembicara dalam acara investor gathering LPEI di Hotel Ritz Carlton, Jakarta.
Selain Chatib, Presiden Jokowi juga pernah berkomentar mengenai Presiden Trump dengan kebijakannya. Kemudian, beberapa tokoh negeri ini pun tak ketinggalan. Uniknya komentar mereka terbilang lucu dan nyeleneh.
Simak beberapa komentar tersebut yang dirangkum merdeka.com berikut ini.
Jokowi kirim setnov jika ada masalah dengan AS
Presiden Joko Widodo belum ingin berkomentar banyak mengenai rencana Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump menarik diri dari perjanjian perdagangan Kemitraan Trans-Pasifik (TPP) pada hari pertama menjabat. Jika keputusan itu diambil diyakini tak terlalu berdampak pada Indonesia."Kan belum. Nanti kalau sudah, baru kita bicara," ujar Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (22/11). Jokowi mengatakan, kalau pun ada persoalan pelik yang melanda Tanah Air, Jokowi bisa minta bantuan kepada Trump melalui Setya Novanto. Novanto memang sempat bertemu saat masa kampanye calon presiden AS. "Yang jelas kita senang karena kedekatan Pak Setnov (Setya Novanto) dengan Donald Trump. Jadi nanti kalau ada apa-apa, ya bisa minta tolong ke pak Setnov," ujar Jokowi sambil tertawa.
Menteri Susi bakal kalahkan Trump jika jadi warga AS
Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) menyatakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mungkin bisa mengalahkan Donald Trump dalam pemilihan presiden, jika sang menteri itu hidup di Amerika Serikat (AS)."Orang bilang, Amien Rais yang kuliah sampai S3 di Amerika tidak bisa menjadi Presiden RI, tapi Barack Obama yang cuma lulus SD di Jakarta, bisa menjadi Presiden AS. Jadi, kalau tinggal di AS, Bu Susi mestinya bisa mengalahkan Donald Trump, sebab Bu Susi sekolahnya sampai SMA," kelakar Gus Sholah.
Jokowi siap ajarkan Trump Tax Amnesty
Jokowi menyebut bahwa Donald Trump akan menarik USD 2,5 triliun dari luar negeri melalui program Tax Amnesty. Jokowi menyebut, program Trump tersebut mirip seperti yang dilakukan Indonesia saat ini.Kemudian, Jokowi berkelakar siap memberi tips kepada Trump jika ingin program Tax Amnesty-nya sukses seperti di Indonesia."Saya paham di AS, Bapak Trump sekarang sedang mempertimbangkan beberapa kebijakan seperti meluncurkan program pengembangan infrastruktur, deregulasi aturan dan persyaratan bisnis, dan meluncurkan program Tax Amnesty besar-besaran untuk menarik modal USD 2,5 triliun dari perusahaan dalam bentuk uang tunai yang berada di luar negeri. Saya harus mengatakan kok kedengarannya saya seperti mengenal semua program tersebut," ucap Jokowi.Jokowi secara tegas mengatakan akan mengajarkan Trump soal kebijakan tersebut. "Kalau Trump ingin mendapatkan kiat dari saya, kami akan senang hati untuk membagikan pengalaman yang sudah kami dapatkan," katanya seraya tertawa.
Perusahaan AS minta maaf atas kelakuan Trump
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong angkat bicara terkait kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang di kenal America First atau mengutamakan AS. Menurut Thom Lembong, negara di dunia saat ini masih memantau dan menunggu realisasi kebijakan proteksionis Trump tersebut.Lebih lanjut mantan Menteri Perdagangan ini menyebut banyak perusahaan-perusahaan AS yang meminta maaf ke Indonesia kerena kebijakan Presiden Trump yang proteksionis."Jadi justru banyak perusahaan AS yang minta maaf ke kami jadi investasi itu pada dasarnya kemitraan, gak perlu saling tunjuk jari, harus selalu cari solusi bersama, kalo saling menyalahkan malah tidak produktif," tutupnya.
Jokowi sebut Trump tak akan berani macam-macam dengan Indonesia
Di sela-sela kejuaraan panah di Bogor, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat ke-45 kemarin Jumat kemarin. Jokowi mengucapkan selamat atas pelantikan itu dan optimistis hubungan Amerika Serikat dan Indonesia akan semakin baik."Kalau kita mencermati dan kita mengikuti pidato (Trump) yang disampaikan kemarin yang saya garis bawahi adalah saling menguntungkan, sehingga kita optimis hubungan AS dan Indonesia akan terjalin dengan baik," kata Jokowi di Lapangan Pusdikzi TNI AD, Bogor."Saat saya telepon Presiden Trump beliau mengatakan hubungan Indonesia dan AS akan lebih baik karena Presiden Trump mengatakan kawan saya di Indonesia banyak, hahaha. Saya punya bisnis di Indonesia, dia mengatakan seperti itu. Jadi saya optimis hubungan AS dan Indonesia akan lebih baik tapi harus saling menguntungkan kedua belah pihak, kedua belah negara," ujar Jokowi.
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam menghadapi ketidakpastian global, Jokowi menekankan pentingnya menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi mengatakan kondisi ini disebabkan ketidakpastiaan ekonomo dan konflik geopolitik yang tak kunjung usai.
Baca SelengkapnyaDia melihat masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi menekankan pentingnya persatuan dan kerukunan antar masyarakat agar Indonesia menjadi negara maju.
Baca SelengkapnyaProyeksi ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2022 yang mencapai 5,31 persen (yoy).
Baca SelengkapnyaHal tersebut disampaikan Jokowi dalam agenda 2 Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perayaan 50 Tahun Hubungan Persahabatan dan kerja sama ASEAN-Jepang.
Baca SelengkapnyaJokowi bakal menggelontorkan anggaran agar populasi produktif S2 dan S3 di Indonesia bisa meningkat drastis.
Baca SelengkapnyaJokowi Tanggapi Putusan MK: Tuduhan Kepada Pemerintah Tidak Terbukti
Baca SelengkapnyaIndonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca Selengkapnya