Trump Soal Bisnis dengan Huawei: Ini Ancaman Keamanan Negara
Merdeka.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa dirinya menolak berbisnis dengan perusahaan teknologi raksasa dari China Huawei.
"Saya tidak ingin melakukan bisnis sama sekali karena ini adalah ancaman keamanan negara. Kita lihat apa yang akan terjadi nanti. Saya akan membuat keputusan besok," kata Trump dilaporkan CNBC.com, Senin (18/8).
Pernyataan ini terlontar pasca Wall Street Journal dan Reuters melaporkan bahwa Departemen Perdagangan berencana untuk memperpanjang lisensi bisnis sepanjang 90 hari. Dalam laporan itu, lisensi itu akan memperbolehkan Huawei untuk membeli produk dari perusahaan-perusahaan di AS. Lisensi berakhir Senin ini.
Sebelumnya, Departemen Perdagangan memasukkan Huawei dalam daftar blacklist pada Mei lalu setelah Trump mendeklarasikan adanya ancaman nasional pada teknologi AS. Blacklist ini membuat perusahaan teknologi AS tidak bisa menjual atau mengirim piranti keras ke Huawei kecuali memiliki lisensi spesial.
Kemudian saat konferensi puncak G-20 pada Juni lalu di Jepang, Trump bertemu dengan Xi Jinping dan setuju untuk menghentikan perang dagang dan memulai kembali negosiasi dagangnya.
"Satu hal yang saya akan perbolehkan. Banyak orang kaget kami mengirim dan menjual pada Huawei bermacam produk dalam jumlah besar termasuk berbagai produk yang mereka produksi. Saya bilang oke, kami akan tetap menjual produk-produk tersebut," kata Trump kala itu.
Komentar tersebut menuai kritik dari kedua partai dalam kongres di bulan yang sama. Penasehat ekonomi White House Larry Kudlow mengatakan bahwa Departemen Perdagangan masih belum mengeluarkan amnesti umum, hanya terus mengeluarkan lisensi baru pada perusahaan teknologi AS untuk menjual produknya pada Huawei selama dinilai tidak mengancam keamanan nasional.
Sejak Juni, perang dagang justru meningkat antara AS dan Cina. Pada awal Agustus lalu, Trump mengatakan akan memberikan bea cukai 10 persen untuk USD300 miliar untuk barang-barang yang diimpor dari Cina. Dia kemudian menunda beberapa bea cukai hingga 15 Desember karena khawatir akan belanja masal yang akan terjadi saat masa liburan.
Reporter Magang: Joshua Michael
(mdk/faz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Habiskan USD1,4 Miliar, Mobil Listrik Xiaomi Siap Bersaing dengan Tesla
Xiaomi dikabarkan sudah mendaftar izin penjualan mobil listrik pertamanya yang diberi nama SU7.
Baca SelengkapnyaJokowi Akui Banyak Pelaku Bisnis Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024
Jokowi bersyukur karena pelaksanaan pemilihan umum 2024 berjalan lancar. Jokowi menargetkan arus modal masuk dan investasi kembali masuk ke Indonesia.
Baca SelengkapnyaCerita Konglomerat China Gagal Melamar Kerja 30 Kali hingga Akhirnya Punya Kekayaan Ratusan Triliun
Mereka bilang ini ide paling bodoh yang pernah saya lakukan. Saya tidak peduli selama orang dapat menggunakannya
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Jokowi Bersyukur Pemilu Berjalan Lancar di saat Geopolitik Global Kurang Kondusif
Dia melihat masyarakat riang gembira berbondong-bondong ke TPS.
Baca SelengkapnyaPunya Ratusan Mobil Mewah, Ini Pekerjaan Sultan Ibrahim Iskandar Sebelum Dinobatkan Jadi Raja Malaysia
Bloomberg pernah menulis bahwa Sultan Ibrahim juga memiliki seperempat saham U Mobile, sebuah provider terbesar di Malaysia.
Baca SelengkapnyaApple Tawarkan Diskon Besar-besaran hingga Jutaan Rupiah, Termasuk iPhone 15 Pro Max
Ini lokasi Apple berikan diskon besar-besaran gadget besutannya.
Baca SelengkapnyaJokowi Terima Surat Kepercayaan 9 Duta Besar Negara Sahabat
Presiden Jokowi menerima surat kepercayaan dari sembilan duta negara-negara sahabat
Baca SelengkapnyaVIDEO: Jokowi Ungkap Para Pengusaha 'Ngeri-Ngeri Sedap' Takut Politik Panas Jelang Pemilu
Presiden Jokowi mengakui banyak pelaku bisnis wait and see karena khawatir situasi politik
Baca SelengkapnyaPesan Jokowi ke MA: Hakim Harus Peka Terhadap Rasa Keadilan Masyarakat
Jokowi mengingatkan hakim agar peka terhadap rasa keadilan masyarakat dan mengikuti perkembangan teknologi.
Baca Selengkapnya