Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Melihat Sejarah Munculnya Kelompok Buddha Garis Keras di Sri Lanka dan Myanmar

Melihat Sejarah Munculnya Kelompok Buddha Garis Keras di Sri Lanka dan Myanmar Buddha Sri Lanka. ©youthkiawaaz.com

Merdeka.com - Ajaran Buddha terkenal dengan nir-kekerasan atau penentangan terhadap perang atau segala bentuk kekerasan atau pasifisme. Namun belakangan, khususnya di Sri Lanka dan Myanmar, semangat nasionalisme umat Buddha telah mengesampingkan ajaran utama tersebut.

Pasca ledakan bom paskah beberapa waktu lalu di Sri Lanka, kini muncul kecurigaan umat Buddha terhadap umat Islam yang merupakan minoritas di negara tersebut. Sejumlah biksu pun kerap menyuarakan kecurigaannya, salah satunya biksu asal Gintota, Sri Lanka selatan, Ambalangoda Sumedhananda Thero.

"Tujuan umat Islam adalah mengambil alih tanah kami dan segala yang berharga bagi kami," kata dia, sebagaimana dilansir dari laman New York Times, Rabu (10/7).

Berdasarkan laporan Hannah Beech dari New York Times, saat ini umat Buddha di Sri Lanka memasuki era kesukuan militan, menjadikan diri mereka sebagai pejuang spiritual yang harus mempertahankan agama mereka melawan kekuatan luar. Pidato dari pemuka agama karismatik yang kuat secara politik seperti Sumedhananda Thero juga dinilai berpengaruh.

Di Sri Lanka dan Myanmar, dua negara yang berada di garis depan gerakan radikal nasionalis-religius, umat Buddha merupakan mayoritas. Namun beberapa umat Buddha, khususnya mereka yang mengikuti aliran kepercayaan Theravada yang puritan, semakin yakin bahwa mereka berada di bawah ancaman eksistensial, khususnya Islam.

Ketika lempeng tektonik Buddhisme dan Islam bertabrakan, sebagian umat Buddha meninggalkan ajaran damai agama mereka. Selama beberapa tahun terakhir, gerombolan umat Buddha telah melakukan serangan mematikan terhadap populasi Muslim minoritas. Bahkan otoritas spiritual yaitu biksu ekstremis meningkatkan dukungan mereka.

"Dulu umat Buddha tidak pernah begitu membenci kami," kata imam Masjid Hillur di Gontata, Mohammed Naseer, yang diserang sekelompok umat Buddha pada 2017.

"Sekarang para biksunya menyebarkan pesan bahwa kami bukan bagian negara ini dan harus pergi. Tapi kemana kami harus pergi? Ini rumah kami," lanjutnya.

Bulan lalu di Sri Lanka, seorang biksu Buddha berpengaruh melakukan mogok makan yang kemudian membuat sembilan menteri Muslim mengundurkan diri dari kabinet. Biksu itu menuding politikus Muslim terlibat dalam serangan bom paskah yang terkait dengan ISIS di gereja dan hotel di Sri Lanka yang menewaskan 250 orang.

Di Myanmar, dimana kampanye pembersihan etnis memaksa sebagian besar umat Muslim melakukan eksodus, para biksu masih mengingatkan invasi Islam, kendati penduduk Muslim di negeri itu kurang dari 5 persen. Selama Ramadhan pada Mei lalu, massa mengepung tempat salat dan menyebabkan umat Muslim melarikan diri.

“Para biksu Buddha akan mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah membiarkan kekerasan,” kata Mikael Gravers, seorang antropolog di Universitas Aarhus Denmark yang telah mempelajari persimpangan Buddhisme dan nasionalisme. "Tetapi pada saat yang sama, mereka juga akan mengatakan bahwa agama Buddha atau negara-negara Buddha harus dipertahankan dengan cara apa pun."

Mengingat bahwa umat Buddha Theravada merupakan mayoritas besar di lima negara - Sri Lanka, Myanmar, Kamboja, Laos dan Thailand - suatu hal yang aneh jika mereka merasa begitu terkepung. Tetapi Buddhisme, yang penganutnya hanya 7 persen secara global, adalah satu-satunya agama besar yang populasinya tidak diperkirakan akan tumbuh dalam jumlah signifikan selama beberapa dekade mendatang, menurut Pusat Penelitian Pew.

Sementara itu, populasi Muslim, yang jumlahnya kurang dari seperempat dari populasi dunia, tumbuh dengan cepat, didukung demografi anak muda dan tingkat kesuburan yang tinggi. Pada tahun 2050, Pew memproyeksikan jumlah umat Muslim di dunia sama dengan jumlah penganut Kristen.

Kompleks Militer-Monastik

Ribuan orang berkumpul di Yangon, kota terbesar Myanmar, pada bulan Mei ketika Ashin Wirathu, seorang biksu Buddha yang pernah dipenjara karena pidato ujaran kebencian, memuji tentara negara itu.

Sejak Agustus 2017, lebih dari 700 ribu warga Rohingya meninggalkan Myanmar menuju Bangladesh. Ashin Wirathu menolak ajaran nir-kekerasan yang diajarkan Buddha. Pada protes lain Oktober lalu, Ashin Wirathu mengecam keputusan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas militer Myanmar terkait penganiayaan terhadap Rohingya.

Para pakar di PBB mengatakan para jenderal tingkat tinggi di Myanmar harus diadili karena genosida. Sementara beberapa biksu Buddha Myanmar menyebut Rohingya sebagai penjajah yang tidak manusiawi.

Pada akhir Mei, pemerintah sipil Myanmar, yang berbagi kekuasaan dengan militer, mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Ashin Wirathu. Tuduhan itu bukan untuk pidato kebencian terhadap agama minoritas. Wirtahu dituduh mengeluarkan hasutan terhadap Aung San Suu Kyi.

Selain biksu garis keras seperti Wirathu, biksu lainnya yang lebih dihormati juga kerap menyuarakan narasi kebencian. Ashin Nyanissara (82), yang lebih dikenal sebagai Sitagu Sayadaw, adalah biksu paling berpengaruh di Myanmar. Pada tahun 1988, Sitagu Sayadaw adalah salah satu dari sejumlah biksu yang mendukung gerakan demokrasi, mengirim ratusan ribu orang ke jalan-jalan mengikuti aksi damai. Penguasa militer Myanmar merespons dengan membantai ratusan orang. Setelah 1988, Sitagu Sayadaw mengaisingkan diri ke Tennessee sebelum kembali ke Myanmar membuka sekolah dan universitas kebiksuan.

Tetapi ketika ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri dari desa-desa mereka yang terbakar, Sitagu Sayadaw duduk di depan para perwira militer dan menyatakan dukungannya. Dia juga disebut menyiapkan para biksu untuk mendukung pasukan militer.

"Ada lebih dari 400.000 biarawan di Myanmar. Jika Anda membutuhkannya, saya akan memberitahu mereka untuk memulai. Mudah," katanya di hadapan komandan militer Myanmar.

"Ketika seseorang yang disegani seperti Sitagu Sayadaw menyampaikan sesuatu, bahkan jika itu sangat mengabaikan kelompok tertentu, orang-orang mendengarkan," kata antropolog sosial kelahiran Myanmar dari Universitas Oxford, Khin Mar Mar Kyi.

"Kata-katanya menjustifikasi kebencian," tambahnya.

Ada beberapa biksu, meskipun minoritas, yang menentang ujaran kebencian yang disuarakan sesama biksunya.

Di Yangon dalam beberapa pekan terakhir, aktivis perdamaian membagikan mawar putih kepada umat Islam untuk mengampanyekan kerukunan antaragama.

"Para ekstrimis hanya sebagian kecil dari agama Buddha di Myanmar, tetapi mereka memiliki suara yang lantang," kata Ashin Sein Di Ta, kepala biara Asia Light. "Kita harus mengatakan dengan jelas bahwa jika ada biksu, bahkan yang dihormati seperti Sitagu Sayadaw, menganjurkan pembunuhan, mereka harus dipecat," tegasnya.

Media sosial dinilai sangat berperan dalam meningkatkan sentimen anti Muslim ini.

“Saya telah mewawancarai begitu banyak biksu, dan jelas bahwa Facebook lah yang telah mendorong kebencian mereka,” kata Khin Mar Mar Kyi.

(mdk/pan)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Arti Garis Tangan Lurus, Lengkap Beserta Karakteristiknya

Arti Garis Tangan Lurus, Lengkap Beserta Karakteristiknya

Setiap orang memiliki garis tangan yang unik dan berbeda-beda.

Baca Selengkapnya
Mengenal Ritual Pabbajja Samanera di Candi Borobudur, Latihan Umat Buddha Tinggalkan Keduniawian

Mengenal Ritual Pabbajja Samanera di Candi Borobudur, Latihan Umat Buddha Tinggalkan Keduniawian

Dalam ritual ini, mereka wajib melepaskan pakaian umat awam, dan kemudian menggantinya dengan jubah.

Baca Selengkapnya
Sejarah Candi Prambanan yang Eksotis, Sarat Nilai Budaya Hindu

Sejarah Candi Prambanan yang Eksotis, Sarat Nilai Budaya Hindu

Candi Prambanan adalah peninggalan agung dari masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno yang masih eksis hingga sekarang.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
17 April Memperingati Hari Sirkus Sedunia, Kenali Sejarahnya

17 April Memperingati Hari Sirkus Sedunia, Kenali Sejarahnya

Hari Sirkus Sedunia adalah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus.

Baca Selengkapnya
Kalahkan Thailand dan Indonesia, Negara Ini Jadi Paling Populer di Asia Tenggara

Kalahkan Thailand dan Indonesia, Negara Ini Jadi Paling Populer di Asia Tenggara

Sepanjang tahun 2023 jumlah turis asing yang datang ke negara ini mencapai 29 juta kunjungan.

Baca Selengkapnya
Kisah Eks Pegawai Maskapai Pilih jadi Pendakwah di Jalanan, Ujian Hidup Anak Istri Pindah Agama

Kisah Eks Pegawai Maskapai Pilih jadi Pendakwah di Jalanan, Ujian Hidup Anak Istri Pindah Agama

Ternyata, ia pernah mengalami ujian hidup yang begitu hebat. Pria itu mengaku bahwa istri dan anaknya sampai pindah keyakinan.

Baca Selengkapnya
Berkas Dua Tersangka Penganiayaan Santri di Kediri Diserahkan ke Kejari, Sisanya Masih Diproses

Berkas Dua Tersangka Penganiayaan Santri di Kediri Diserahkan ke Kejari, Sisanya Masih Diproses

Berkas Dua Tersangka Penganiayaan Santri di Kediri Diserahkan ke Kejari, Sisanya Masih Diproses

Baca Selengkapnya
Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955

Sejarah Pemilu Indonesia dari Masa ke Masa Sejak Tahun 1955

Mengetahui sejarah Pemilu di Indonesia dari masa ke masa sejak tahun 1955 sampai 2024.

Baca Selengkapnya
Mengulik Sejarah Tahu Gejrot yang Jadi Kuliner Khas Cirebon, Namanya Muncul dari Proses Meraciknya

Mengulik Sejarah Tahu Gejrot yang Jadi Kuliner Khas Cirebon, Namanya Muncul dari Proses Meraciknya

Di balik kelezatannya yang menggugah selera, tahu gejrot ternyata punya banyak fakta menarik.

Baca Selengkapnya