Rupiah melemah, BI buka ruang penyesuaian suku bunga acuan
Merdeka.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo membuka peluang penyesuaian 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) atau suku bunga acuan jika pelemahan nilai tukar Rupiah dinilai berdampak buruk terhadap stabilitas keuangan. Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir Rupiah terus melemah, bahkan hampir menyentuh Rp 14.000 per USD.
"Kita melihat bahwa itu tidak tertutup, terbuka kemungkinan itu. Tetapi kita meyakinkan, kalau kita perlu melakukan penyesuaian 7-day Reverse Repo Rate apabila kondisi ekonomi termasuk nilai tukar itu depresiasinya bisa mempunyai dampak buruk pada stabilitas keuangan," ujarnya di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (26/4).
Agus mengatakan, penyesuaian tersebut dapat terjadi apabila komponen ekonomi lainnya seperti inflasi juga mengalami kenaikan. "Dan kalau seandainya ada dampak yang tidak kita harapkan perihal inflasi kita. Jadi itu, kalau kita membuka ruang artinya nanti kita tentu akan mengkaji secara baik dan dalam," jelasnya.
Depresiasi Rupiah yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh penguatan mata uang AS (USD) terhadap hampir semua mata uang dunia (broad based). Penguatan USD tersebut adalah dampak dari berlanjutnya kenaikan yield UST (suku bunga obligasi negara AS) hingga mencapai 3,03 persen, tertinggi sejak tahun 2013.
"Selain itu, depresiasi Rupiah juga terkait faktor musiman permintaan valas yang meningkat pada triwulan II antara lain untuk keperluan pembayaran utang luar negeri, pembiayaan impor, dan dividen," jelasnya.
Pelemahan nilai tukar Rupiah masih terjadi hingga Kamis, 26 April 2016. Hari ini, Rupiah tercatat melemah sebesar -0,88 persen. Persentase tersebut masih lebih rendah apabila dibandingkan beberapa negara lainnya seperti Malaysia, Singapura, Thailand, India dan Korea Selatan.
"Rupiah sampai 26 april 2016 terdepresiasi -0,88 persen month to date (mtd). Lebih rendah dibandingkan mata uang negara lain termasuk Thailand -1,12 persen, Malaysia -1,24 persen, Singapura -1,17 persen, Korea Selatan -1,13 persen, India -2,4 persen. Itu semua month to date," jelasnya.
Ke depan, untuk memperkuat upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dengan tetap mendorong mekanisme pasar, Bank Indonesia akan menempuh beberapa langkah-langkah. Pertama, senantiasa berada di pasar untuk memastikan tersedianya likuiditas dalam jumlah yang memadai baik valas maupun Rupiah.
"Kita juga terus memantau dengan seksama perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik. Lalu kita mempersiapkan second line of defense bersama dengan institusi eksternal terkait," tandasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gubernur BI Beberkan Penyebab Menguatnya Nilai Tukar Dolar AS, Buat Rupiah Tak Berdaya
Hal itu tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi risiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas prakiraan pasar.
Baca SelengkapnyaMengungkap Alasan Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan di Februari 2024
Keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini sejalan dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga Acuan, Ternyata Ini Alasannya
Perry mengatakan, keputusan mempertahankan suku bunga acuan ini untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak tingginya ketidakpastian global.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Rupiah Lebih Perkasa dari Ringgit Malaysia dan Baht Thailand, Ini Buktinya
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengakui nilai tukar Rupiah masih tertekan oleh dolar AS.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Putuskan Tahan Suku Bunga Acuan di Level 6 Persen
kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran tetap pro-growth untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani Dapat Bisikian soal The Fed Bakal Turunkan Suku Bunga Acuan
Saat ini, The Fed selalu Bank Sentral Amerika Serikat (AS) masih melakukan kajian terkait potensi penurunan tingkat suku bunga.
Baca SelengkapnyaPemerintah Tarik Utang Rp72 triliun per 15 Maret 2024, Turun Drastis Dibanding Tahun Lalu Mencapai Rp181 Triliun
Secara rinci, pembiayaan utang tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp70,2 triliun atau setara dengan 10,5 persen terhadap APBN.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia Siapkan Uang Tunai Rp197 Triliun untuk Kebutuhan Ramadan dan Lebaran 2024
Rencananya pada lebaran tahun ini pengedaran uang akan dilakukan di 4.675 titik penukaran.
Baca SelengkapnyaHati-Hati, Mencoret Uang Rupiah Bisa Kena Denda Rp1 Miliar Hingga Pidana Penjara
Perusakan terhadap Rupiah bisa berujung ancaman pidana.
Baca Selengkapnya