Ketika Ojol Mogok Massal, Endri Memilih Tetap Jalan “Beberapa Kali Dapat Order Fiktif”
Seorang pengemudi ojol memutuskan untuk tetap beroperasi meski akhirnya sering mendapatkan order fiktif.

Di tengah hiruk-pikuk rencana demo besar-besaran para pengemudi ojek online (ojol) pada Selasa, 20 Mei 2025, tidak semua driver memilih untuk berhenti menarik penumpang. Endri, seorang pengemudi ojol di Jakarta, memutuskan tetap menyalakan aplikasinya. Alasannya sederhana: ada kebutuhan yang harus dipenuhi hari ini.
“Saya harus kerja. Anak saya tetap makan, tagihan tetap jalan,” ujar Endri sambil mengecek ponsel untuk melihat pesanan masuk.
Namun keputusan itu bukannya tanpa risiko. Sejak pagi, ia sudah beberapa kali menerima order fiktif pesanan yang tak pernah diambil oleh pemesan, sering kali memakai metode pembayaran tunai. Yang paling menyakitkan, ketika ia sudah membeli makanan, tapi nomor pelanggan tidak bisa dihubungi dan alamatnya tidak jelas.
“Hari ini aja udah beberapa kali dapet order fiktif. Ada yang gak bisa dihubungi, alamatnya ngawur, tapi saya udah beli makanannya. Rugi sendiri,” keluhnya.
Tak hanya rugi materi, Endri juga mengalami penurunan rating akun. Ia menduga, penurunan itu berasal dari pengguna yang sengaja memberi ulasan buruk karena ia tidak ikut mogok. Dalam sistem kerja berbasis algoritma, rating rendah bisa berpengaruh besar terhadap jumlah order dan insentif harian.
Demo Massal 25.000 Driver Ojol

Sementara itu, ribuan pengemudi lain dari berbagai kota memilih turun ke jalan. Diperkirakan lebih dari 25.000 pengemudi ojol baik roda dua maupun roda empat bergabung dalam aksi mogok nasional, yang difasilitasi oleh Asosiasi Pengemudi Ojol Garda Indonesia.
“Teman-teman sudah mulai masuk Jakarta sejak kemarin. Akan ada aksi di lima titik utama seperti Kemenhub, Istana Negara, DPR RI, dan kantor aplikator,” kata Ketua Umum Garda, Raden Igun Wicaksono.
Aksi ini tidak hanya simbolik. Para pengemudi melakukan shutdown aplikasi massal, artinya tidak akan ada layanan ojek, pesan antar makanan, maupun pengiriman barang sepanjang hari.
“Mulai pukul 00.00 sampai 23.59 WIB, kita matikan aplikasi sebagai bentuk protes,” imbuh Igun.
Tuntutan: Dari Regulasi hingga Potongan Aplikasi

Unjuk rasa ini adalah puncak dari ketidakpuasan yang telah lama terpendam. Para pengemudi menilai sistem yang berlaku di perusahaan aplikasi semakin eksploitatif dan merugikan.
Berikut sejumlah tuntutan utama yang disuarakan massa ojol:
Presiden dan Menteri Perhubungan diminta memberi sanksi tegas pada aplikator yang melanggar regulasi PM No. 12 Tahun 2019 dan KP No. 1001 Tahun 2022.
Komisi V DPR RI diminta menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Kemenhub, asosiasi, dan aplikator.
Potongan aplikasi diminta diturunkan maksimal 10%.
Penghapusan sistem kategori tarif seperti “aceng”, “slot”, “hemat”, dan “prioritas”.
Penetapan tarif layanan makanan dan pengiriman barang melalui pembahasan bersama regulator, asosiasi, aplikator, dan YLKI.