Awas, Pasar Indonesia Berpotensi Dibanjiri Produk China Akibat Kebijakan Tarif Impor Trump
Pelemahan ekonomi China akibat kebijakan tarif impor oleh Trump dapat mengancam kinerja ekspor Indonesia.

Bank Indonesia (BI) buka suara terkait dampak kebijakan pengenaan tarif impor 2.0 oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap ekonomi Indonesia.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya menyampaikan, dampak kebijakan tarif impor oleh Presiden AS tidak secara langsung menyasar ekonomi Indonesia.
Menurutnya, dampak kebijakan tarif oleh Trump baru akan terasa ke perekonomian Indonesia apabila perekonomian China sebagai negara sasaran tarif impor AS terpuruk.
"Dampak dari peningkatan, dari ketidakpastian ini yang terutama terkait dengan tarif Trump itu di satu sisi memang ada risiko, terutama terkait dengan Tiongkok (China)," ujar Juli dalam acara Pelatihan Media di Kantor Perwakilan BI Banda Aceh, Aceh, Jumat (7/2).
Hal ini terjadi karena China merupakan salah satu negara mitra dagang utama Indonesia. Sehingga, pelemahan ekonomi China akibat kebijakan tarif impor oleh Trump dapat mengancam kinerja ekspor Indonesia.
"Tiongkok itu mitra dagang utama kita. Sehingga yang terjadi dengan Tiongkok tentunya akan berpengaruh ke kita. Risikonya bisa dari ekspor kita yang melambat. Karena pertumbuhan ekonomi Tiongkok melambat," beber dia.
Dampak lainnya ialah potensi pasar Indonesia kian dibanjiri produk buatan asal China. Hal ini karena kebijakan tarif impor AS yang lebih tinggi terhadap produk-produk China.
"Tiongkok itu tidak bisa dijual lagi ke Amerika Serikat. Sehingga bisa juga jadi membanjiri masuk ke Indonesia. Itu dari sisi risikonya ya," ujarnya.
Peluang Indonesia
Meski demikian, Indonesia tetap mempunyai peluang untuk meraup keuntungan dari kebijakan tarif impor AS. Antara lain dengan meningkatkan volume ekspor untuk mengisi pasar yang ditinggalkan China.
"Opportunity-nya bisa kita ambil dari peluang ekspor yang bisa kita ambil dari bangsa ekspor yang ditinggalkan Tiongkok," ucap dia.
Dari sisi investasi, Indonesia juga berpotensi mendapatkan limpahan investasi dari China maupun negara lainnya yang terdampak kebijakan tarif impor Trump. Fenomena ini sebagaimana terjadi saat Donald Trump menjabat presiden AS untuk pertama kalinya.
"Kalau teman-teman mungkin kita flashback pada waktu 2017-2018 waktu penerapan tarif. Pada waktu Trump 1.0. Itu kan perintahnya adalah banyak perusahaan yang merelokasi operasinya dari Tiongkok ke Vietnam," tandasnya.
Donald Trump Kenakan Tarif Impor 10 Persen ke China
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat yang baru dilantik, Donald Trump mengungkapkan bahwa pihaknya tengah membahas tarif impor sebesar 10 persen terhadap China.
Melansir CNBC International, Rabu (22/15) bea masuk tersebut mulai berlaku paling cepat pada 1 Februari tahun ini.
Trump juga mengaku ia sudah berbicara dengan Presiden China Xi Jinping melalui telepon terkait isu Fentanil dan perdagangan.
Pernyataan pihak pemerintah China mengatakan Xi Jinping mengharapkan kerja sama dan menyatakan hubungan ekonomi kedua negara saling menguntungkan.
Seperti diketahui, AS merupakan mitra dagang terbesar China. Impor China dari AS sempat menurun 0,1 persen dalam dolar 2024 lalu, sementara ekspor tumbuh 4,9 persen, menurut data resmi yang diakses melalui Wind Information.