Dampak Pandemi Covid-19, Penjualan Rumah Anjlok 60 Persen
Hari mengatakan, pil pahit ini tercermin dari turunnya tingkat penjualan rumah hingga sebesar 60 persen. Bahkan, untuk perhotelan penurunan tingkat penjualan telah menembus angka 95 persen
Hari mengatakan, pil pahit ini tercermin dari turunnya tingkat penjualan rumah hingga sebesar 60 persen. Bahkan, untuk perhotelan penurunan tingkat penjualan telah menembus angka 95 persen
Pada 2018 DMS Propertindo telah membuat MoU dengan Persatuan Guru Republik Indonesia Jabar. Pada MoU tersebut DMS Propertindo berkomitmen menghadirkan hunian dengan rencana luas lahan sekitar 63 hektare.
Tahun ini, pengaduan sektor perumahan hanya 487 kasus atau 39,92 persen. Sedangkan sepanjang tahun 2017-2019 terdapat 1.988 pengaduan atau 83,6 persen dari total pengaduan.
Dampak pandemi Covid-19 terhadap pasar properti nasional tercermin lewat turunnya indeks suplai properti pada kuartal I 2020. Di mana secara tahunan, indeks suplai properti biasanya justru mengalami kenaikan pada kuartal I setiap tahun dibandingkan kuartal IV tahun sebelumnya.
Direktur Utama PT Repower Asia Indonesia Tbk (Repower) melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama pembangunan Perumahan Botanical Puri Asri Tahap II yang berlokasi di Jalan Perdamaian 3, Tanah Baru, Beji, Depok, Jawa Barat.
Ketua Real Estate Indonesia (REI) Sumsel Zewwy Salim mengungkapkan, anjloknya pembangunan perumahan disebabkan daya beli masyarakat dan ketatnya seleksi pinjaman kredit kepemilikan rumah (KPR) oleh perbankan. Hal itu imbas dari merosotnya perekonomian dampak corona.
Perumahan bersubsidi tersebut rencananya akan dibangun di beberapa daerah diantaranya Kabupaten Bandung, Cirebon, Sumedang, dan Indramayu. Program tersebut pun akan diluncurkan langsung oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Krystal membeli sebuah bangunan baru seluas 1.850 kaki persegi yang memiliki tiga kamar tidur, dua setengah kamar mandi yang baru dibangun dengan kocek sekitar USD 250.000 dengan membayar uang muka terlebih dahulu sebanyak 1,8 persen dari total keseluruhan.
Dua pengelola proyek perumahan ditetapkan sebagai tersangka karena diduga melakukan tindak penipuan. Dalam kasus ini, ada sekitar 201 korban yang merugi dengan total sekira Rp 8 miliar.
Masyarakat paling banyak mencari properti di Kawasan Tangerang dengan jumlah sebanyak 27 persen, Bekasi 25 persen, Bogor 24 persen, Depok 14 persen, sisanya tersebar ke seluruh penjuru Indonesia.
Totok mewakili para pengembang lainnya mengajukan tujuh usulan untuk menyelamatkan kelangsungan usaha sektor properti di tengah pandemi Covid-19. Pertama, mendorong BP Tapera bisa segera dioperasikan secara efektif.
Menurut Totok, hanya rumah bersubsidi yang mampu bertahan saat pandemi Covid-19. Hal ini karena ada dua faktor utama yang menjadi penopang atas tren positif kinerja segmen rumah bersubsidi.
Rumah layak adalah kebutuhan dasar semua orang di seluruh dunia yang akan memperkuat keluarga, sebagai pilar utama kekuatan bangsa, sekaligus berperan sebagai benteng pertahanan pertama melawan berbagai risiko kesehatan termasuk pandemi Covid-19.
Pemerintah resmi memberikan subsidi bunga kepada debitur kredit perumahan rakyat dan kendaraan bermotor. Insentif ini merupakan bagian dari program pemulihan ekonomi nasional. Pemberian insentif ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 138/PMK.05/2020.
Pertama, usulan untuk Pajak pusat, REI meminta sewa Penurunan tarif PPh Final Sewa Tanah dan Bangunan sebesar 10 persen menjadi 5 persen selama masa pandemi atau untuk jangka waktu antara 12-18 bulan.
Segmen rumah subsidi masih bertahan karena ada anggaran stimulus Subsidi Selisih Bunga (SSB) dan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) yang sudah dikucurkan sebesar Rp1,5 triliun, sehingga rumah subsidi masih bisa bertahan dan diminati oleh masyarakat.
Ketersediaan akses internet dan protokol kesehatan serta kebersihan properti hunian menjadi pertimbangan baru konsumen. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan pelanggan.
Kawasan Bogor adalah salah satu wilayah yang banyak diincar oleh pembeli dari kalangan menengah dan menengah bawah di wilayah penyangga Jakarta karena harganya relatif rendah, namun memiliki sarana transportasi yang lebih memadai dan lebih beragam.