Menurut Amnesty, sekitar satu juta etnis warga Uighur, Kazakh, dan kelompok etnis minoritas lainnya ditahan di sebuah tempat pengasingan di sebelah barat Xinjiang.

Muslim Uighur alami diskriminasi, baik agama, sosial maupun ekonomi. Semua berawal dari kecurigaan pemerintah China pada Uighur. Ini penyebabnya:

Dugaan pelanggaran HAM yang dialami masyarakat muslim etnis Uighur di China jadi sorotan dunia. Pemerintah Indonesia didesak untuk bersuara membela muslim Uighur di Xinjiang yang sedang mengalami pelanggaran HAM.

Menurut koran resmi Partai Komunis China, sebanyak 1,1 juta pejabat daerah dikerahkan untuk selama satu pekan dalam dua bulan sekali untuk hidup bersama di rumah penduduk muslim Uighur.

Bungkamnya pemimpin dunia saat warga Muslim Uighur ditindas di China. Warga Muslim Uighur diperlakukan sebagai orang yang menderita penyakit mental. Setelah dikirim ke pusat penahanan, para tahanan dipaksa untuk mematuhi propaganda Partai Komunis. Mereka diperintahkan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan dan slogan komunis

Tahun lalu, China melarang jenggot "yang terlalu panjang" dan kerudung Muslim di Xinjiang - yang berbatasan dengan Afghanistan dan Pakistan - dan memerintahkan semua pemilik mobil di wilayah itu untuk memasang perangkat pelacak GPS.

Komite HAM PBB: Sejuta Muslim Uighur disekap, dipaksa ikut partai komunis China. "Para tahanan (warga Uighur) ditahan tanpa batas waktu, tanpa tuntutan, dan dipaksa untuk meneriakkan slogan-slogan Partai Komunis," ungkap Kongres Uighur Dunia.

Ini serangan pisau kesekian kalinya dari etnis mayoritas muslim itudi kawasan pertambangan Xinjiang

Rata-rata ditangkap karena pelanggaran imigrasi. Rata-rata divonis empat tahun penjara, ada yang seumur hidup

Para ahli menganalisis pelaku berasal simpatisan Uighur yang disebut dengan Serigala Abu-abu atau Gray Wolves.

RRC menuding gerakan separatis di Provinsi Xinjiang dibantu ISIS

Dari segi fisik dan budaya, mereka lebih mirip orang Turki. Uighur di Xinjiang selalu dituduh berniat merdeka

Hal ini dilakukan demi keamanan.

Bukannya mengusir, namun hanya meminta kepastian kewarganegaraan muslim Uighur.

Diplomat RRC menyebut isu negatif itu cuma propaganda media Barat.