Unjuk Ketangkasan Pedang di Tarian Perang Cakalele Maluku
Merdeka.com - Aura berperang begitu kental terasa, bahkan tak jarang penari larut dalam momen kesurupan. Gerakan penari sangat lincah beriringan dengan irama musik beritme tinggi. Semangat mereka membara, diikuti ekspresi mata melotot menggambarkan ambisi memenangkan pertarungan.
“Aulee... aulee…” teriak sang penari lantang di tanah lapang. Mempunyai arti darah yang membanjir. Teriakan tersebut membuat suasana pagelaran tarian Cakalele semakin meriah. Bertemakan perang, darah, dan perjuangan, tari ini menjadi sebuah ritual yang dilakukan untuk memberikan semangat kepada patriot Maluku. Mengingat sejarah Maluku begitu erat dengan perjuangan melawan para penjajah.
Tombak, pedang, dan tameng menggambarkan betapa sengitnya perjuangan nenek moyang mereka berperang.
-
Apa itu tari tradisional? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Tari tradisional merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah.
-
Bagaimana ciri khas tari tradisional? • Diiringi oleh musik tradisional khas daerah tersebut • Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti • Mengandung filosofi yang berassal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
-
Apa keahlian Suku Kalang? Tak hanya itu, mereka juga mahir membuat perabotan interior dan gerabah dari kayu jati.
-
Siapa yang menciptakan tari tradisional? Tari tradisional adalah tari yang lahir, tumbuh, berkembang dalam suatu masyarakat yang kemudian diturunkan atau diwariskan secara terus menerus dari generasi kegenerasi.
-
Bagaimana tarian ini digunakan? Tarian ini awalnya digunakan untuk acara penyambutan tamu kerajaan. Apabila tarian ini tak ditampilkan, maka tamu kerajaan tidak akan naik ke istana.
-
Apa ciri khas gerakan Tari Muang Sangkal? Ciri Khas Gerakan tarian muang sangkal seperti gerak-gerak dari Keraton Sumenep yang bertitik tolak dari gaya Yogyakarta. Gerakan itu dipadukan dengan ciri-ciri yang ada di Keraton Sumenep.
©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Lebih jauh lagi, tari Cakalele dibawakan untuk memberikan penghormatan para leluhur nenek moyang Maluku yang merupakan pelaut. Sebelum dan sesudah mengarungi lautan, para pelaut akan mengadakan pesta yang di dalamnya terdapat tarian Cakalele. Kini tari Cakalele dibawakan sebagai ritual untuk menyambut tamu agung hingga acara adat yang ada di Maluku.
Pedang atau tombak melambangkan perjuangan menjaga martabat masyarakat Maluku hingga titik darah penghabisan. Biasanya diletakkan pada tangan kanan sang penari.
Sedangkan tameng atau perisai dan teriakan keras mereka merupakan bentuk protes melawan pemerintahan yang tidak memihak kepada rakyat.
©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Kostum yang dipakai penari identik dengan warna cerah seperti kuning dan merah. Sang kapitan dilengkapi dengan ikat kepala yang terbuat dari bulu burung cendrawasih atau bulu ayam. Sedangkan penari prajurit mengenakan ikat kepala yang terbuat dari kain.
Tari Cakalele umumnya dibawakan oleh para penari pria. Dalam perkembangannya penari wanita juga diperkenankan ikut tampil dalam pementasan. Perempuan diibaratkan sebagai pendukung kaum pria selama di medan perang.
Penari perempuan biasanya mengenakan pakaian adat Maluku berwarna putih. Sapu tangan atau lenso menjadi properti mereka selama tarian berlangsung. Berbeda dengan pria, gerakan penari perempuan lebih halus. Mengayunkan tangan ke depan dan belakang secara perlahan.
©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Genderang, suling, tifa, bia (alat musik tiup dari kerang), dan gong mengiringi setiap gerakan para penari Cakalele. Suara tabuhan musik keras bernada tinggi selaras dengan gerakan lincah para penari. Mewujudkan jiwa patriotis dan semangat juang yang heroik. Tarian ini biasanya dimainkan dalam durasi 5 hingga 7 menit.
Jumlah penari yang dibutuhkan bisa mencapai 30 orang. Lengkap dengan pemegang umbul-umbul yang terbuat dari daun nipa hingga daun kelapa. Namun dalam skala kecil, tarian cakalele biasa dibawakan oleh dua orang penari, sisanya sebagai pengiring musik. Selain itu juga ikut serta pemuka adat yang mengawasi jalannya tari Cakalele.
©2021 Merdeka.com/Eddie Likumahua
Dalam skala tertentu, tari Cakalele memiliki nuansa yang sarat akan aura magis. Tari Cakalele tradisional dipercaya sebagai ritual pengobatan alternatif. Daun sirih dan buah pinang digunakan sebagai sarana roh untuk memasuki tubuh penari.
Berbeda dengan tari Cakalele yang berkembang saat ini, tarian skala kecil hingga tujuan menjamu para tamu. Peran tari Cakalele menjadi sebuah hiburan yang sarat akan nilai moral dan sejarah di dalamnya.
Hingga kini, tari Cakalele masih dilestarikan keberadaannya. Ketenaran cakalele membuat tradisi ini meluas dari Maluku Utara, Maluku Tengah, bahkan beberapa daerah di Sulawesi. (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tari Dulang, kesenian tradisional penuh makna warisan dari Kesultanan Langkat.
Baca SelengkapnyaCiri khas dari tarian ini adalah gerakannya yang diubah, dalam artian ada yang maju, mundur, ke kiri, atau ke kanan.
Baca SelengkapnyaTari tradisional klasik dari Lampung Timur ini dibawakan oleh penari pria dan wanita dengan iringan musik kolintang yang terbuat dari bahan perunggu.
Baca SelengkapnyaTarian ini bukan hanya menjadi hiburan semata, melainkan juga ditampilkan dalam acara-acara resmi dan festival budaya Melayu di Bitan dan Kepulauan Riau.
Baca SelengkapnyaSeperti namanya, tari ini menggunakan properti mirip dengan tanduk kerbau.
Baca SelengkapnyaDaya tarik Ulin Barong ada di atraksi para pemainnya. Mereka menampikan unsur jurus bela diri pencak silat yang atraktif
Baca SelengkapnyaSalah satu tarian tradisional asli masyarakat Suku Kerinci dari daerah Hamparan Rawang ini selalu menghadirkan penampilan yang membuat decak kagum.
Baca SelengkapnyaTari Kain, kesenian tradisional yang mirip dengan gerakan-gerakan silat dan dimainkan oleh kaum pria di Pesisir Selatan.
Baca SelengkapnyaPara pemuda-pemudi Kalimantan Timur tampil memukau membawakan Tari Natana Borneo.
Baca SelengkapnyaDahulu, tarian ini hanya dimainkan oleh kalangan tertentu. Namun kini tarian ini boleh dimainkan oleh masyarakat yang tinggal di luar keraton
Baca SelengkapnyaSalah satu tarian tradisional Indonesia ini mengandung kepercayaan dan juga penuh pesan moral yang mungkin relevan dengan kehidupan kita sekarang ini.
Baca Selengkapnya