Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Mengenal Didong, Kesenian Tradisi Lisan Khas Masyarakat Gayo Aceh

<b>Mengenal Didong, Kesenian Tradisi Lisan Khas Masyarakat Gayo Aceh</b>

Mengenal Didong, Kesenian Tradisi Lisan Khas Masyarakat Gayo Aceh

Masyarakat Gayo memiliki budaya yang tak kalah menarik, yaitu Didong.

Tak melulu soal kopi, Gayo ternyata memiliki sebuah kesenian rakyat yang dikenal dengan nama Didong. Kesenian ini memadukan unsur tari, vokal dan juga sastra.

Mengutip acehprov.go.id, eksistensi Didong di lapisan masyarakat Gayo sudah cukup terkenal dan bahkan kesenian ini sangat diminati.

Didong sudah melahirkan para pemain atau pemerannya yang terkenal seperti Ceh Lakiki, Che Toeet, Ceh Daman, Ceh Ibrahim Kadir, Ceh Ujang Lakiki, Ceh Tuju, dan lain sebagainya.

Berikut asal-usul kesenian Didong khas rakyat Gayo yang dihimpun dari beberapa sumber.

Asal Usul Didong

Kata Didong merupakan pengertian dari kata "Denang" atau "Donang" yang artinya sebuah nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati dengan sebuah bunyi-bunyian.

Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa Didong berasal dari "Din" yang artinya agama, sedangkan "Dong" berarti dakwah.

Didong biasa dibawakan dalam bentuk pentas yang berlangsung di tempat atau ruang khusus.

Mengutip warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Didong dulunya dipentaskan di sebuah ruangan luas yang ada di rumah panggung atau uma sara. Selain itu, Didong juga dibawakan di panggung buatan, halaman, atau lapangan.

Pertunjukan Didong

Setiap pelaksanaan Didong, lazimnya dipertunjukan oleh dua kelompok yang masing-masing beranggotakan 20 sampai 30 orang. Bagi yang ingin menyaksikan Didong, harus siap-siap begadang karena pertunjukan ini berlangsung semalam suntuk.

Dalam satu kelompok, biasanya terdapat "Ceh" dan "Penunung". Ceh terdiri dari 4 sampai 5 orang dan sisanya adalah Penunung. Para anggota kelompok tersebut hanya diisi oleh laki-laki dewasa saja.

Didong juga diiringi tepukan bantal dan tepukan tangan dari seluruh anggota pemain Didong itu sendiri.

Seiring dengan berjalannya waktu, pengiring Didong semakin berkembang dengan menggunakan alat-alat musik. Lazimnya, menggunakan seruling, harmonika, dan lain-lain yang disisipi dengan gerak pengiring, yaitu menggerakkan badan ke depan atau ke samping.

Sampai saat ini, seni pertunjukan khas Gayo ini masih terus bertahan di tengah perkembangan teknologi. Hal ini dikarenakan masyarakatnya masih gemar dan tidak bosan menyaksikan para Ceh tampil di atas panggung.

Saling Adu Kemampuan

Setiap pelaksanaannya, dua kelompok tersebut akan adu kemampuan mulai dari kefasihan bahasa, keindahan sastra, kemurnian irama, kemerduan suara, gaya gerak, tepuk tangan sebagai ritme dari lagu atau irama serta tata tertib dan adab.

Saat di atas panggung, para Ceh akan diuji skill atau kemampuan menciptakan lirik-lirik secara spontan atau hasil dari improvisasi.

Didong bak balas-balasan berbalut sastra. pasalnya, lirik-lirik spontan dan improvisasi itu dilakukan untuk menyerang atau menangkis serangan lawan terkait isu-isu atau tema yang tak diduga sebelumnya.

Kemampuan menciptakan lirik secara spontan dan improvisasi inilah menjadi kemampuan luar biasa yang dimiliki seorang Ceh. Maka dari itu, kesenian Didong ini tak sembarang orang bisa memainkannya. Selain butuh skill yang tinggi, pastinya harus memiliki nilai-nilai sastra yang tinggi.

Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang
Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang

Tradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah

Baca Selengkapnya
Ganjar Hadiri Tradisi Ya Qowiyyu di Klaten: Luar Biasa, Dua Tahun Pandemi Tak Bisa Kita Rayakan
Ganjar Hadiri Tradisi Ya Qowiyyu di Klaten: Luar Biasa, Dua Tahun Pandemi Tak Bisa Kita Rayakan

Ganjar menyampaikan tradisi Yaa Qowiyyu juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar tokoh setempat dan masyarakat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Sejarah Tari Zapin, Tarian Tradisional Asal Riau yang Kini Populer
Mengenal Sejarah Tari Zapin, Tarian Tradisional Asal Riau yang Kini Populer

Tari zapin merupakan salah satu kesenian tradisional Riau yang begitu terkenal.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Mengenal Dongkrek, Kesenian Tradisional dari Madiun yang Hampir Punah
Mengenal Dongkrek, Kesenian Tradisional dari Madiun yang Hampir Punah

Kemunculan dongkrek awalnya sebagai upaya menolak bala atas pagebluk atau wabah penyakit.

Baca Selengkapnya
Mengenal Famasulo, Tradisi Gotong Royong Antar Masyarakat di Nias
Mengenal Famasulo, Tradisi Gotong Royong Antar Masyarakat di Nias

Famasulo, tradisi gotong royong antar masyarakat di Nias ketika pesta pernikahan akan berlangsung.

Baca Selengkapnya
Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan
Mengenal Peresean, Tradisi Adu Kuat Para Lelaki di Lombok Sambut Hari Kemerdekaan

Tarian adu kekuatan dan ketangkasan kaum laki-laki dengan menggunakan senjata berupa rotan sebagai alat pukul dan tameng yang terbuat dari kulit sapi.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tradisi Toktok, Aduan Sapi Musim Kemarau di Masalembu Sumenep
Mengenal Tradisi Toktok, Aduan Sapi Musim Kemarau di Masalembu Sumenep

Tradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.

Baca Selengkapnya
Tari Tradisional Adalah Tari yang Berasal dari Daerah, Berikut Ciri-ciri dan Jenisnya
Tari Tradisional Adalah Tari yang Berasal dari Daerah, Berikut Ciri-ciri dan Jenisnya

Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu.

Baca Selengkapnya
Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu
Tradisi Masyarakat Sunda saat Musim Kemarau, Pasang Kincir Angin dari Bambu

Semaking bising suaranya, semakin senang warga mendengarnya.

Baca Selengkapnya