Warga di Tabang Kukar Berburu Emas Demi Menambah Penghasilan saat Pandemi
Merdeka.com - Beragam cara dilakukan masyarakat untuk menambah penghasilan di masa pandemi Covid-19 ini. Di kecamatan Tabang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur misalnya. Selain bertani, sebagian masyarakat kini juga menjadi penambang bijih emas.
Kecamatan Tabang berpenduduk sekitar 1.715 jiwa dari 503 kepala keluarga. Menuju ke Tabang sebagai salah satu daerah terjauh dari pusat pemerintahan Kabupaten Kutai Kartanegara di Tenggarong, diperlukan 6 jam perjalanan darat.
"Dulu sebelum ada akses jalan darat, dari Tenggarong ke Tabang 3 hari 2 malam naik kapal lewat sungai. Sekarang, 6 jam dari Tenggarong tembus lewat darat," kata Kepala Desa Sidomulyo di Tabang, Saidina Aswat kepada merdeka.com, Kamis (5/11).
Aswat menerangkan, sebagian besar masyarakat di Tabang, tidak terkecuali di Sidomulyo, memang adalah petani. Apalagi dari 19 desa di Tabang, Desa Sidomulyo satu-satunya yang memiliki areal sawah.
Meski berada di daerah jauh di Kalimantan Timur, masyarakat secara umum juga sangat terdampak pandemi Covid-19.
"Sangat berdampak. Bagi masyarakat, adanya protokol kesehatan misal larangan berkumpul, jadi membingungkan," ujar Aswat.
Dari mata pencaharian juga misalnya, masyarakat sekarang pun mulai beralih ke hutan untuk mendulang bijih emas secara manual.
"Alhamdulillah, ada saja rezekinya masyarakat, satu hari bisa dapat 1 gram emas mentah, itu dijual dan dihargai Rp500 ribu tengkulak," tambah Aswat.
"Ya mulai beralih jadi pencari emas sejak Covid diumumkan pemerintah. Sejak Maret 2020 lalu kalau tidak salah. Buat tambahan penghasilan. Tapi pertanian tetap jalan," terang Aswat.
"Ke lokasi pencarian emas, 2 jam dari pusat Desa Sidomulyo, naik motor atau mobil. Kemudian kembali jalan kaki masuk ke hutan, ke lokasi pencarian emas," jelas Aswat.
Apalagi, lanjut Aswat, harga kebutuhan pokok belakangan ini merangkak naik setelah satu jembatan dari Tenggarong ke Tabang terputus. Warga pun membuat akses jalan darurat dan memungut bayaran Rp100 ribu bagi kendaraan/mobil pengecer sembako.
"Itu yang membuat harga-harga naik. Karena angkutan sembako jarang ke Tabang. Pulang pergi kan jadi Rp200 ribu. Elpiji misalnya. Untuk 3 kilogram, harga normal Rp42 ribu naik jadi Rp50 ribu, sekarang Rp60 ribu," jelas Aswat.
"Seharusnya, jembatan dibangun lagi pemerintah, atau bangun jalan alternatif. Supaya, masyarakat utamanya angkut sembako tidak dipungut bayaran," demikian Aswat.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Terkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaUntuk menyambut Ramadan dan Hari Raya, menjaga kebersihan kulkas agar makanan tetap segar menjadi sangat penting. Berikut adalah tips untuk membersihkannya.
Baca SelengkapnyaEmas ini ditemukan di bawah bak mandi yang sedang dibongkar.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Mulanya ia membeli dua ekor kambing perah untuk konsumsi pribadi. Namun kini sudah memiliki 140 ekor dengan omzet capai Rp40 juta per bulan
Baca SelengkapnyaJenderal Bintang Empat tersebut pun mewanti-wanti pentingnya menjaga kerukunan dan perdamaian selama proses pemilu.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaPenyakit Jantung Bawaan ada yang sembuh dengan sendirinya, namun ada juga yang harus menjalani tindakan intervensi.
Baca SelengkapnyaPenangkapan di beberapa tampat baru-baru ini semakin menguatkan rasa aman bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca Selengkapnya