Bahlil Blak-Blakan Polemik Gas 3 Kg: Subsidi Negara Berpotensi Tak Tepat Sasaran hingga Rp26 Triliun
Bahlil mengatakan harus mengambil kebijakan agar pengecer dijadikan sub pangkalan karena melihat kerugian yang besar dari gas 3 kg yang disubsidikan negara.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara soal polemik Gas 3 kilogram (kg) yang ramai dibahas selama sepekan terakhir.
Bahlil mengatakan harus mengambil kebijakan agar pengecer dijadikan sub pangkalan karena melihat kerugian yang besar dari gas 3 kg yang telah disubsidikan negara.
Subsidi Pemerintah
Dia menjelaskan, negara selama ini telah mensubsidi tiga kebutuhan energi untuk rakyat Indonesia yakni BBM, listrik, dan gas 3 kg. Dalam satu tahun negara mensubsidi hingga Rp87 triliun untuk gas 3 kg.
"Perintah Presiden Prabowo ke semua orang di kabinet adalah memastikan uang negara satu sen pun harus pasti sampai ke masyarakat. Penggunaannya harus tepat sasaran sampai ke rakyat. Apalagi LPG ini menyangkut hajat hidup orang banyak," kata Bahlil dalam keterangan, Sabtu (8/2).
Subsidi Rentan Kerugian
Bahlil bercerita, saat awal menjabat sebagai Menteri mendapat sejumlah laporan dari aparat penegak hukum dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bahwa program subsidi ini rentan terjadi kerugian jika tidak dilakukan penataan distribusi dan harga yang lebih jelas.
Dia menyebut, dengan subsidi yang diberikan oleh negara sebesar Rp36.000, harga gas 3 kg per tabung itu menjadi Rp12.000. Dengan harga awal tersebut, Pertamina membawa gas melon ke agen dengan harga Rp12.750.
Selanjutnya, dari agen ke pangkalan, harga pertabung seharusnya maksimal hanya Rp15.000. Selama ini, pemerintah bisa memantau langsung proses distribusi dari agen ke pangkalan karena memang terlacak oleh aplikasi, yang artinya sudah tertata dengan baik oleh sistem.
"Nah, dari pangkalan ke pengecer ini yang enggak ada sistem, enggak ada aplikasi yang bisa memantau. Yang terjadi, seharusnya rakyat maksimal membeli satu tabung seharga Rp18.000 sampai Rp19.000. Tapi fakta di lapangan, ada yang beli sampai Rp25.000 atau Rp30.000," ujar Bahlil.
Celah Oknum Cawe-Cawe
Bahlil menjelaskan, ada tiga titik celah di mana oknum bisa melakukan cawe-cawe permainan gas 3 kg, salah satunya dengan penentuan harga dari pangkalan ke pengecer yang tidak terpantau.
"Jika kita asumsikan loss-nya total ada 25-30 persen, kali Rp87 triliun, itu sama dengan Rp25-Rp26 triliun. Bayangkan. Inilah, dalam rangka implementasi apa yang diarahkan oleh Presiden Prabowo, memastikan yang dikeluarkan pemerintah harus tepat sasaran. Itu niatnya," imbuh dia.