Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Warga di Jombang Ini Mengaku Keturunan Majapahit, Bahasa Sehari-hari Bukan Bahasa Jawa

Warga di Jombang Ini Mengaku Keturunan Majapahit, Bahasa Sehari-hari Bukan Bahasa Jawa

Warga di Jombang Ini Mengaku Keturunan Majapahit, Bahasa Sehari-hari Bukan Bahasa Jawa

Mereka mengaku keturunan Aria Wijaya, salah satu petinggi Majapahit era pemerintahan Raden Wijaya.

Warga di Jombang Ini Mengaku Keturunan Majapahit, Bahasa Sehari-hari Bukan Bahasa Jawa

Desa Manduro terletak 22 km di sebelah utara pusat Kota Jombang, Jatim. Warga di desa itu dipercaya masih keturunan Kerajaan Majapahit. Sehari-hari warga di sana tidak menggunakan Bahasa Jawa.

Warga di Jombang Ini Mengaku Keturunan Majapahit, Bahasa Sehari-hari Bukan Bahasa Jawa

Nuansa Majapahit begitu terasa saat berada di Desa Manduro. Gapura Balai Desanya dibuat menyerupai gapura Kerajaan Majapahit. Di kedua gapura tersebut ada lambang bintang yang dikenal dengan nama "Surya Majapahit".

Warga di Jombang Ini Mengaku Keturunan Majapahit, Bahasa Sehari-hari Bukan Bahasa Jawa

Seperti banyak penduduk desa di Pulau Jawa, warga di sana banyak yang bermata pencaharian sebagai petani. Apalagi lokasinya berada di pelosok dan letak desanya persis berada di pinggir hutan.

"Warga desa di sini keturunan Majapahit, dari Aria Wiraraja. Bahasa Madura yang digunakan tidak sama dengan bahasa yang biasa digunakan orang Madura."

ungkap Armin, salah seorang warga di sana mengungkapkan kalau penggunaan bahasa Madura oleh warga Desa Manduro sudah diterapkan sejak zaman nenek moyang.

Warga di Jombang Ini Mengaku Keturunan Majapahit, Bahasa Sehari-hari Bukan Bahasa Jawa

Seperti diketahui sebelumnya, warga Desa Manduro mengaku masih keturunan Majapahit, tepatnya dari garis keturunan Aria Wiraraja. Aria Wiraraja diketahui merupakan tokoh pemimpin pada abad ke-13 di Jawa dan Madura.

Dalam sejarahnya, Aria Wiraraja merupakan tokoh kunci di balik jatuhnya Kerajaan Singasari dan berdirinya Kerajaan Majapahit. Sewaktu usianya masih 30 tahun, ia telah diangkat sebagai penasihat raja Kerajaan Singasari pada masa pemerintahan Raja Kertanegara. Aria Wiraraja kemudian dipindahkan ke Sumenep karena ada konflik intern di dalam kerajaan dan menjadi Adipati Sumenep pada usia 37 tahun.

Karena konflik intern itu, menantu Raja Kertanegara, Raden Wijaya, mengungsi ke Sumenep dan meminta perlindungan dari Aria Wiraraja. Apalagi semasa muda, Wiraraja pernah mengabdi pada Nangasingamurti yang tak lain adalah kakek Raden Wijaya. Saat Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit, Aria Wiraraja memperoleh jabatan sebagai pasangguhan dengan gelar Rakryan Mantri Aria Wiraraja Makapramuka. Kecerdikan Aria Wiraraja dalam mengatur siasat perang membuat Majapahit berhasil mengusir pasukan Mongol Tartar yang datang menyerang pada waktu itu.

Warga Pedalaman Jombang Ini Tak Pakai Bahasa Jawa, Diduga Keturunan Tokoh Penting Kerajaan Singasari
Warga Pedalaman Jombang Ini Tak Pakai Bahasa Jawa, Diduga Keturunan Tokoh Penting Kerajaan Singasari

Warga salah satu desa di Kabupaten Jombang Jawa Timur ini tidak menggunakan bahasa Jawa. Begini sejarahnya.

Baca Selengkapnya
Jejak Peninggalan Bung Karno dan Fatmawati di Rumah Guruh Soekarnoputra
Jejak Peninggalan Bung Karno dan Fatmawati di Rumah Guruh Soekarnoputra

Rumah itu disita setelah Guruh setelah kalah sengketa di pengadilan.

Baca Selengkapnya
Warga Lamongan Gambarkan Kejamnya Kerja Rodi Zaman Penjajah saat Karnaval Agustusan, Bikin Merinding
Warga Lamongan Gambarkan Kejamnya Kerja Rodi Zaman Penjajah saat Karnaval Agustusan, Bikin Merinding

Warga Lamongan tampilkan kekejazam kerja rodi zaman penjajahan Belanda. Bikin nangis.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Lubang Jepang, Saksi Bisu Kekejaman Zaman Penjajahan di Bukittinggi
Lubang Jepang, Saksi Bisu Kekejaman Zaman Penjajahan di Bukittinggi

Lubang Jepang, tempat saksi bisu praktik Romusha terhadap warga pribumi yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat.

Baca Selengkapnya
Gaji Naik 8 Persen, PNS Jangan Lagi Sibuk Rapat Sana-Sini
Gaji Naik 8 Persen, PNS Jangan Lagi Sibuk Rapat Sana-Sini

Menteri Anas menginginkan agar kinerja PNS dalam mengurusi birokrasi harus berdampak langsung kepada rakyat.

Baca Selengkapnya
Begini Momen Pengajian 'Sultan' di Bojonegoro, Jemaah Pulang Bawa Kipas Angin Baru
Begini Momen Pengajian 'Sultan' di Bojonegoro, Jemaah Pulang Bawa Kipas Angin Baru

Bukan main, buah tangan yang dibawa para jemaah diketahui yakni berupa satu buah kipas angin baru.

Baca Selengkapnya
Puluhan Sumur Zaman Majapahit Ditemukan, Diyakini sebagai Tempat Jebakan Kuda
Puluhan Sumur Zaman Majapahit Ditemukan, Diyakini sebagai Tempat Jebakan Kuda

Seorang warga pengrajin batu bata di Mojokerto, Jawa Timur tidak sengaja menemukan puluhan sumur saat mencangkul tanah.

Baca Selengkapnya
MK Tolak Uji Masa Jabatan Ketum Parpol 10 Tahun, Ini Pertimbangannya
MK Tolak Uji Masa Jabatan Ketum Parpol 10 Tahun, Ini Pertimbangannya

Penolakan itu disampaikan majelis hakim MK dalam sidang digelar hari ini.

Baca Selengkapnya
Ternyata Ini yang Bikin Ganjar Terganggu Usai Diteriaki Mahasiswa S3 UI
Ternyata Ini yang Bikin Ganjar Terganggu Usai Diteriaki Mahasiswa S3 UI

Ganjar diteriaki mahasiswa S3 UI saat wawancara dengan wartawan.

Baca Selengkapnya