Masjid di Jakarta Ini Ditemukan Oleh Pendeta Tahun 1648, Lokasinya Ada di Dalam Gang
Banyak fakta menarik tentang masjid kuno ini.
Banyak fakta menarik tentang masjid kuno ini.
Mengutip buku Tempat-tempat Bersejarah di Jakarta karya sejarawan Adolf J Heuken, Masjid Al Anshor ini terletak di Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Jakarta Barat.
Saat ini letaknya sudah tidak lagi seluas zaman dulu, karena terhimpit rumah-rumah warga di dalam gang padat penduduk.
Walau sudah berabad-abad usianya, warga setempat masih memeliharanya dengan baik bahkan terus dilakukan renovasi agar bertahan lama dan makin nyaman dijadikan tempat untuk beribadah.
Jika dilihat sepintas, rumah ibadah umat Muslim ini tidak seperti masjid kebanyakan karena tidak memiliki menara atau bahkan kubah.
Selain itu, walau tetap direnovasi, masjid ini jauh dari megah alias tetap dibangun secara sederhana oleh masyarakat. Ini yang membuat sepintas Masjid Al Anshor lebih mirip tempat tinggal daripada lokasi peribadatan.
Sayangnya sebagai bangunan yang mempunyai nilai sejarah, masjid ini hanya bisa diakses melalui jalan kaki. Ini karena jalan masuk menuju masjid hanya berupa gang yang sangat sempit, bahkan untuk sepeda motor.
Hampir seluruh bangunan Masjid Al Anshor sudah dipugar perlahan oleh warga dan DKM masjid dalam beberapa tahun terakhir.
Namun nuansa sejarahnya bisa dilihat di beberapa titik, salah satunya pada bagian jendela utama masjid.
Terlihat ventilasi udara tersebut tidak memakai kaca, dan masih menggunakan kayu dengan motif kayu yang membentuk garis-garis.
Ini menjadi salah satu ciri dari bangunan yang dibangun sebelum era 2000 an.
Sebelumnya, masjid ini sudah berdiri di abad ke-17 namun masih dalam bentuk yang amat sederhana.
Berdasarkan sejarahnya, pada 1648, seorang pastor menemukan bangunan peribadatan Muslim dan melaporkannya kepada dewan gereja. Saat itu bangunan juga difungsikan sebagai tempat pembelajaran agama.
Diketahui, bangsa Moor lah yang membangun masjid ini. Dulunya mereka mendirikan ini untuk tempat beribadah, di sela-sela aktivitas berdagang mereka. Bangsa Moor merupakan orang-orang dari kawasan Arab, Afrika sampai Spanyol yang memeluk Agama Islam.
Masih sedikit informasi tentang masjid tersebut, termasuk siapa yang pertama kali mendirikannya.
Namun kembali lagi dalam catatan sejarah kolonial, kawasan ini dulunya merupakan salah satu titik penyebaran Agama Islam di Jakarta.
Ini merujuk ke daerah Pekojan yang mulanya ditinggali orang-orang dari Hadramout, Yaman dan India Muslim.
Diperkirakan mereka menjadi pendiri awal masjid ini, karena menurut arsip pemerintah kepemilikan tanah tercatat berasal dari lahan wakaf yang dipunyai warga India muslim pada saat itu.
Kebenaran bahwa masjid itu didirikan oleh pasukan Mataram masih diragukan.
Baca SelengkapnyaKeberadaan masjid yang berada di Provinsi Bengkulu ini tak lepas dari peran Bung Karno pada masa pengasingannya.
Baca SelengkapnyaGedung ini diklaim jadi yang tertinggi di Jakarta walau hanya terdiri dari lima lantai.
Baca SelengkapnyaTujuannya, untuk memanfaatkan aset-aset tertentu milik Pemerintah DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaMengunjungi Kampung Batik Jetis Sidoarjo yang sudah eksis lebih dari 300 tahun silam. Munculnya para pembatik andal berawal dari komunit jemaah masjid.
Baca SelengkapnyaKomite Kereta Cepat Jakarta-Bandung tetap meminta Kementerian BUMN untuk membuat skema pengawasan keuangan di tubuh PT KAI.
Baca SelengkapnyaPerlu ada pemerataan penduduk agar tidak jawa sentris dengan cara pindah ibu kota.
Baca SelengkapnyaBang Zaki sejak menjadi Bupati Tanggerang dan menahkodai Partai Golkar DKI yang sangat baik.
Baca SelengkapnyaMasjid ini dibangun diatas ukuran 13,1 m × 13,1 m yang terdiri dari 14 pintu jendela, 2 pintu besar, 8 tiang penyangga dan 1 tiang utama
Baca Selengkapnya