Berusia Lebih dari 300 Tahun, Kampung Batik Jetis Sidoarjo Berawal dari Kegiatan Jemaah Masjid
Perintisnya adalah kerabat kerajaan.
Perintisnya adalah kerabat kerajaan.
Kampung Batik Jetis bermula dari seorang pendatang dari kerabat kerajaan yang tinggal di kampung Jetis. Dulu pria yang dikenal dengan panggilan Mbah Mulyadi itu menyamar jadi pedagang di pasar kaget yang berada di Kampung Jetis.
Beliau melakukan pendekatan dengan masyarakat kampung Jetis dengan mengajak salat berjemaah dan mengajarkan Al-Qur’an. Pada 1674, Mbah Mulyadi mendirikan masjid di Kampung Jetis dan diberi nama Masjid Jamik Al-Abror.
Seiring waktu, penduduk sekitar masjid aktif menjalankan ibadah. Daerah tersebut kemudian dinamakan Desa Pekauman, tempat bermukimnya para kaum (sebutan bagi pemeluk Agama Islam).
Mbah Mulyadi juga mengajarkan cara membatik kepada komunitas jemaah masjid. Komunitas jemaah masjid ini berkembang menjadi beberapa perkumpulan pengajian, hubungan persaudaraan antar para pengrajin batik pun semakin erat.
Hubungan harmonis itu diabadikan dalam motif batik gadag. Motif ini merupakan wujud dari persatuan dan persaudaraan antar pengrajin batik Sidoarjo yang digambarkan dalam bentuk rangkaian bunga.
Seiring perjalanan waktu, perdagangan di pasar Jetis semakin ramai. Banyak pedagang asal Madura menyukai batik tulis buatan warga Jetis. Mereka sering memesan batik tulis dengan permintaan motif dan warna khusus khas Madura. Batik tulis asal Jetis ini kemudian juga dikenal orang sebagai batik corak Madura.
Tahun 1675, batik Jetis Sidoarjo menggunakan warna dasar gelap, yaitu coklat soga. Pola gambarnya juga masih sederhana. Seiring berjalannya waktu, motif batik yang diproduksi warga Jetis semakin beragam. Perajin batik juga menyesuaikan keinginan konsumen.
Konsumen kebanyakan masyarakat pesisir menyukai warna terang dan cerah, maka perajin batik Sidoarjo mengikuti permintaan tersebut. Maka muncul warna-warna mencolok seperti merah, biru, hitam dan sebagainya.
Motif yang populer pada tahun 1980-an yakni motif Beras Utah dan Kembang Tebu. Motif ini visualisasi hasil bumi yang paling banyak di Sidoarjo.
Ciri khas batik Jetis ditunjukkan dengan warna yang berani atau mencolok. Motif beras utah mempunyai banyak warna, lebih dari tiga warna yang digunakan. Biasanya pembatik menggunakan teknik colet (kuas) untuk membuat warna batik yang lebih bervariasi.
Awal kemunculan batik Jetis Sidoarjo, motif yang paling dikenal adalah sekardangan dengan warna coklat, biru tua, dan jingga tua. Selain itu, ada motif beras utah dan kembang tebu yang semuanya menggunakan warna gelap.
(Foto: Instagram @batikjetissidoarjo)
Para perajin kemudian membuat motif sekardangan dengan warna cerah dan menyolok seperti merah, kuning, biru muda, merah muda, dan jingga. Modifikasi motif dan warna batik bertujuan untuk mendatangkan lebih banyak konsumen. Salah satu modifikasi yang dilakukan adalah batik motif beras utah dihiasi dengan motif kipas.
(Foto: Instagram @batikjetissidoarjo)
Keberadaan masjid yang berada di Provinsi Bengkulu ini tak lepas dari peran Bung Karno pada masa pengasingannya.
Baca SelengkapnyaKondisinya sangat memprihatinkan terdampak kemarau panjang. Seperti apa penampakannya saat ini?
Baca SelengkapnyaMasjid kuno ini jadi salah satu wisata religi yang menarik untuk dikunjungi saat di Cirebon
Baca SelengkapnyaKakek berusia 80 tahun tersesat di bawah tanah Masjid Nabawi yang gelap dan sepi. Ia pun diantar pulang oleh pasutri asal RI tinggal di Madinah.
Baca SelengkapnyaDi Kota Medan terdapat masjid berusia ratusan tahun yang hingga kini masih berdiri kokoh.
Baca SelengkapnyaGempa di Maroko yang terjadi pada Jumat malam lalu mengakibatkan kerusakan serius pada salah satu situs bersejarah terpenting di Pegunungan Atlas Tinggi.
Baca SelengkapnyaKeputusannya untuk membantu proses pembangunan sebuah masjid justru mendatangkan rezeki lain yang tak terkira.
Baca SelengkapnyaKawasan masjid ini masih begitu asri karena berada di perbukitan hijau dan sejuk pada ketinggian 1.152 meter di atas permukaan laut.
Baca SelengkapnyaKebenaran bahwa masjid itu didirikan oleh pasukan Mataram masih diragukan.
Baca Selengkapnya