Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Dikenal Kejam, Pasukan Baret Hijau Belanda Buru Panglima Siliwangi untuk Dibunuh

Dikenal Kejam, Pasukan Baret Hijau Belanda Buru Panglima Siliwangi untuk Dibunuh Para prajurit Baret Hijau dari KST tengah melakukan parade. Arsip Nasional Belanda©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Bernafsu meringkus Panglima Divisi Siliwangi, satu kompi pasukan khusus Belanda mengobrak-abrik sebuah desa di Sumedang.

Penulis: Hendi Jo

April 1949. Markas Besar Divisi Siliwangi digeser ke kawasan Buah Dua, Sumedang. Itu dilakukan guna menghindari operasi penghancuran yang terus dilakukan oleh militer Belanda. Sejak Divisi Siliwangi melakukan long march dari Jawa Tengah dan Yogyakarta pada 19 Desember 1948, tak henti-hentinya tentara Belanda memburu keberadaan Panglima Divisi Siliwangi, Letnan Kolonel Sadikin.

"Sebelumnya di wilayah Banyumas, mereka telah berhasil menawan panglima Siliwangi terdahulu yakni Letnan Kolonel Daan Jahja," ungkap sejarawan Rushdy Hoesein.

Dikenal Ganas pada Pejuang Indonesia

Sebagai pasukan kawal, dipercayakan kepada Batalyon II Tarumanegara pimpinan Mayor Abdurachman Natakusumah, yang membawahi Sumedang dan sekitarnya. Karena itu, otomatis selama berada di Sumedang, keamanan Sadikin dan jajarannya menjadi tanggungjawab batalyon tersebut.

"Pengawalan dari Yon II itu dilaksanakan Kompi III yang dikomandani oleh Kapten Edi Soemadipradja," tulis Amirmachmud dalam otobiografinya Prajurit Pejuang.

Namun intelijen militer Belanda rupanya sudah mencium keberadaan Letkol Sadikin. Secara diam-diam, mereka telah menyusun rencana perburuan. Tak main-main, sebagai eksekutor, mereka menunjuk salah satu unit dari Korps Speciale Troepen (KST) yakni Kompi Eric (Compagnie Eric). Di kesatuan Baret Hijau, kompi yang dipimpin oleh Letnan Henk Ulrici itu dikenal ganas terhadap para pejuang Indonesia.

"Saya tidak pernah memelihara tawanan perang, saya memburu mereka memang untuk dibunuh," ujar Ulrici seperti dikutip Haagse Post edisi Agustus 1965.

Memburu Panglima Divisi Siliwangi

Kompi Eric memulai aksinya awal April 1949. Dalam catatan Letkol J.J. Malta, mereka bersiap di sekitar kaki Gunung Tampomas, tempat terdekat ke Buah Dua.

"Dengan berjalan kaki, mereka mengatasi medan berat Gunung Tampomas yang saat itu sering dilanda hujan dan menunggu kesempatan baik untuk melakukan pendadakan," tulis J.J. Malta dalam De Geschiedenis van 4-3 R.I. in Indonesie (Sejarah Yon 4-3 Resimen Infantri di Indonesia).

Meski sudah berupaya menjalankan operasi senyap, gerak-gerik Kompi Eric di kaki Gunung Tampomas tak lepas dari pantauan telik sandi Yon II Tarumanegara. Berdasarkan informasi itu, Mayor Abdurachman segera mengevakuasi Letkol Sadikin dan jajarannya ke wilayah Kompi II pimpinan Kapten Komir Kartaman di Sumedang Timur. Hari-H evakuasi adalah Senin, 11 April, sedang jam 03.00.

Menurut Oyo Salya Sukatma, sebagai antispasi, Mayor Abdurachman menugaskan ajudannya, Letnan Dua Dadang Mirtaatmadja, untuk menyertai rombongan Letkol Sadikin.

"Dia memimpin satu seksi pasukan lengkap untuk memperkuat satu seksi pengawal khusus panglima yang dipimpin oleh Letnan II R. Otje Djundjunan," ujar Oyo Salya Sukatma, penulis buku Sejarah 11 April.

Abdurachman sendiri tak ikut rombongan karena penyakit malarianya mendadak kambuh. Tanpa pasukan pengawal, dia memutuskan beristirahat di Kampung Lencang (masuk Desa Cibubuan) dan berencana menyusul begitu malarianya reda.

Sementara itu, dari garis belakang Yon II, Kompi Eric dalam senyap bergerak menuju Lencang. Target mereka adalah meringkus dahulu Mayor Abdurachman dan Kapten Edi Soemadipradja lalu memaksa mereka memberitahu posisi Letkol Sadikin.

Minggu, 10 April 1949. Sepucuk surat dari pos terdepan Yon II di Conggeang (yang bertetangga dengan Buah Dua) diterima Soemawidjaja, kepala desa Cibubuan di Lencang. Isinya pendek saja: harap waspada, satu kompi Baret Hijau telah terlihat di sekitar Conggeang. Namun entah lupa atau “mengecilkan” informasi itu, Soemawidjaja justru tak pernah menyampaikan peringatan tersebut kepada Kapten Edi atau Mayor Abdurachman.

Serangan Subuh

Keesokan harinya, saat subuh, Cibubuan didera hujan rintik-rintik. Di tengah udara dingin yang membekap tulang sumsum, ratusan prajurit Baret Hijau mengepung Lencang. Mereka merayap pelan dan bergerak cepat tanpa suara.

Sementara itu, di pinggir kampung, sejumlah bocah tanggung tengah memeriksa jebakan belut yang mereka pasang. Salah satunya bernama Yasin, anak angkat Kapten Edi. Begitu melihat orang-orang berseragam dan mengenakan baret bergerak di kegelapan, sang bocah mengira mereka sebagai rekan-rekan bapak angkatnya.

"Eh, Jang. Kamu tahu rumah Pak Edi Soemadipradja dan Pak Abdurachman?" tanya salah seorang anggota Baret Hijau bumiputra dalam bahasa Sunda."Tahu, Pak…," jawab Yasin dengan wajah sumringah."Kamu beri tahu ya."

Yasin mengangguk. Dia membimbing 'rombongan teman-teman bapaknya' itu ke arah kampung dan menunjuk satu per satu rumah yang didiami anggota Yon II.

Begitu situasi medan terkendali, Letnan Ulrici memberikan aba-aba penyerangan. Dari segala arah, berhamburanlah prajurit Kompi Eric sambil menembakkan senjata. Menghadapi serangan mendadak itu, tentu saja para prajurit Yon II tak bisa berbuat banyak. Sebagian malah langsung tewas seketika, sedangkan sebagian lagi bertahan seadanya lalu mundur dari Lencang.

Pertempuran berlangsung sekira satu jam. Karena kehabisan amunisi, para prajurit Yon II akhirnya menyerah, termasuk Mayor Abdurachman dan Kapten Edi Soemadipradja.

(mdk/noe)
ATAU
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Kabupaten Bandung dan Sumedang Diterjang Puting Beliung, Sejumlah Bangunan Rusak dan Warga Terluka

Kabupaten Bandung dan Sumedang Diterjang Puting Beliung, Sejumlah Bangunan Rusak dan Warga Terluka

Puting beliung menerjang wilayah Kabupaten Bandung dan Sumedang, Rabu (21/2). Sejumlah rumah rusak serta belasan warga terluka akibat bencana ini.

Baca Selengkapnya
Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat

Sosok Guru Somalaing Pardede, Panglima Perang Sisingamangaraja XII yang Terkuat

Pria panglima perang ini dianggap penjajah Belanda sangat berbahaya dan kuat dibandingkan dengan pemimpinnya sendiri.

Baca Selengkapnya
BRI Sigap Salurkan Bantuan Sembako Ke Korban Puting Beliung Sumedang

BRI Sigap Salurkan Bantuan Sembako Ke Korban Puting Beliung Sumedang

BRI Cabang Sumedang sigap menyalurkan bantuan bagi masyarakat yang terdampak bencana angin puting beliung di daerah Cimanggung dan Jatinangor.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Menjelajahi Desa Cibeureum Ciamis yang Memesona, Bisa Lihat Budidaya Sapi di Alam Terbuka Mirip di Selandia Baru

Menjelajahi Desa Cibeureum Ciamis yang Memesona, Bisa Lihat Budidaya Sapi di Alam Terbuka Mirip di Selandia Baru

Hamparan terasering sawah begitu memanjakan mata, terutama saat musim tanam tiba.

Baca Selengkapnya
Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten

Sosok Nyi Mas Gamparan, Panglima Muslimah Asal Serang yang Tolak Keberadaan Belanda di Banten

Wanita ini memimpin 30 perempuan dalam pertempuran melawan Belanda.

Baca Selengkapnya
Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Heboh Pohon Beringin Tua di Alun-Alun Kota Blitar Tumbang, Puluhan Orang Luka-Luka

Kejadian itu bertepatan dengan hujan disertai angin kencang yang melanda Blitar.

Baca Selengkapnya
Pulang Kampung Ke Kuningan Jawa Barat, Capres Anies Baswedan Tak Malu Sarapan Serabi Panas di Pinggir Jalan

Pulang Kampung Ke Kuningan Jawa Barat, Capres Anies Baswedan Tak Malu Sarapan Serabi Panas di Pinggir Jalan

Sosoknya menyempatkan diri mendatangi penjual serabi langganan.

Baca Selengkapnya
Jalan di Kampung Ini Bersih dan Mulus Banget Karena Sering Dipel, Viewnya Menakjubkan Bikin Melongo

Jalan di Kampung Ini Bersih dan Mulus Banget Karena Sering Dipel, Viewnya Menakjubkan Bikin Melongo

Warga Kampung Pakuan, Desa Sukasari, Kecamatan Dawua, Kabupaten Subang Jawa Barat, bahu membahu membersihkan jalan raya dengan cara mengepel.

Baca Selengkapnya
Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda

Sejarah Orang-orang Jawa Imigrasi ke Pulau Sumatera, Bekerja Jadi Buruh Tani Milik Belanda

Sejak tingginya aktivitas imigrasi orang-orang Jawa ke Sumatera, mereka menetap dan membentuk sebuah komunitas.

Baca Selengkapnya