Merdeka.com - Pembunuhan jurnalis senior Al Jazeera, Shireen Abu Aqla oleh tentara Israel menuai kecaman internasional. Shireen ditembak saat meliput penggerebekan pasukan Israel di kota Jenin, Tepi Barat yang diduduki pada Rabu (11/5) pagi, bersama enam jurnalis lainnya.
Shireen ditembak di kepala dan tewas tak lama setelahnya. Sementara salah seorang rekannya, Ali Samoudi ditembak di punggung tapi kondisinya stabil. Tentara Israel tetap menembaki sekelompok jurnalis ini walaupun mereka memakai rompi yang bertuliskan "pers" dengan terang dan jelas.
Shireen adalah penduduk Yerusalem dan juga warga negara Amerika Serikat (AS). Kendati mengecam pembunuhan Shireen, namun sikap AS tidak tegas dan lantang menyebut pasukan Israel sebagai pelaku penembakan.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price melontarkan kecamannya dan menyerukan penyelidikan. Alih-alih menyerukan penyelidikan independen, Price justru mengatakan Washington mempercayai Israel untuk melakukan penyelidikan sendiri.
Seruan AS ini dinilai hanya "tong kosong" oleh direktur eksekutif US Campaign for Palestinian Rights, Ahmad Abuznaid.
"Anda tidak bisa meminta Israel menyelidiki sendiri ketika mereka yang justru melakukan pelanggaran HAM selama 70 tahun lebih," cetusnya kepada Al Jazeera, dikutip Kamis (12/5).
"Ini adalah kekejaman yang disaksikan komunitas internasional lagi dan lagi, apakah direkam dalam video siaran langsung atau tidak, dan kami tidak pernah melihat adanya pertanggungjawaban."
"Sejarah dan tindakan telah menunjukkan bahwa Israel tidak bisa dipercaya untuk menyelidiki kejahatan perang dan pelangggaran HAM-nya," kata direktur hukum Komite Anti Diskriminasi Amerika-Arab (ADC), Abed Ayoub kepada Al Jazeera.
"Kami menuntut penyelidikan independen, bebas dari tekanan politik dan pengaruh kepentingan Amerika dan Israel."
Standar ganda AS, termasuk media-media Barat dalam menarasikan pembunuhan Shireen dikritik banyak pihak. Sikap AS dan juga media Barat terhadap kejahatan Israel di Palestina dibandingkan ketika mereka menyikapi korban invasi Rusia di Ukraina.
Mengapa AS selalu lunak terhadap Israel dan membela negara zionis itu dalam menindas Palestina?
Sejarahnya cukup panjang. Saat pendirian Israel pada 1948, pemimpin dunia pertama yang mengakui negara Yahudi itu adalah mantan Presiden AS Harry Truman. Salah satunya karena hubungan personal Truman dengan mantan rekan bisnisnya, Edward Jacobson. Jacobson berperan penting dalam meletakkan dasar bagi AS untuk mengakui Israel sebagai sebuah negara. Selain itu ada juga pertimbangan strategis yang mendorong keputusan tersebut.
Timur Tengah yang kaya minyak merupakan medan pertempuran utama untuk memperebutkan pengaruh negara adidaya. AS ingin merebut pengaruh tersebut dari kekuatan Eropa. Dukungan AS untuk Israel semakin kuat setelah perang 1967 di mana Israel dikalahkan secara telak oleh pasukan Mesir, Suriah, dan Yordania yang kemudian menguasai sebagian wilayah Palestina yang bersejarah, termasuk beberapa wilayah di Suriah dan Mesir.
AS mulai mendukung kekuatan militer Israel di kawasan tersebut dan ingin mencegah negara-negara Arab menyerang Israel.
Israel adalah negara penerima bantuan asing terbesar AS di era pasca Perang Dunia II. Pada 2016, Barack Obama menandatangani perjanjian pertahanan di mana AS menggelontorkan bantuan militer sebesar USD 38 miliar atau setara Rp 556,2 triliun untuk Israel selama 10 tahun, termasuk mendanai pembangunan sistem pertahanan rudal Iron Dome.
Ada sejumlah organisasi di AS yang mengadvokasi dukungan AS terhadap Israel, salah satunya Komite Urusan Publik Orang Amerika Israel atau AIPAC yang paling berpengaruh secara politik. Setiap tahun AIPAC menggelar konferensi tahunan di Washington, DC yang dihadiri sekitar 20.000 orang. Para pejabat tinggi atau politikus AS juga kerap hadir, seperti Presiden Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump. Mantan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga menjadi peserta tetap konferensi ini.
Kelompok kepentingan yang pro Israel juga kerap menyumbangkan jutaan dolar untuk para kandidat calon legislatif federal. Selama musim kampanye 2020, kelompok pro Israel menyumbang USD 30,95 juta di mana 63 persen mengalir ke Demorkat dan 36 persen ke Republik. [pan]
Baca juga:
Ribuan Warga Palestina Hadiri Pemakaman Jurnalis Al-Jazeera yang Ditembak Israel
Daftar Jurnalis Palestina dan Asing yang Tewas Dibunuh Israel
Palestina Tolak Permintaan Israel Kembalikan Peluru yang Menewaskan Shireen Abu Aqla
Shireen Abu Aqla, Gugurnya Srikandi Penyambung Suara Palestina
Wartawan Al Jazeera Tewas Ditembak Tentara Israel Saat Liputan di Tepi Barat
Tangis Wartawan Arak Jenazah Jurnalis Senior Al Jazeera yang Ditembak Pasukan Israel
Bentrokan di Komplek Masjid Al-Aqsa Kembali Pecah
Advertisement
Presiden Ukraina Ganti Panglima Perang Tanpa Beri Alasan
Sekitar 6 Menit yang laluPeneliti Ungkap Kemungkinan Asal Muasal Penyakit Hepatitis Akut
Sekitar 49 Menit yang laluFosil Buaya Zaman Purba yang Hidup 7 Juta Tahun Lalu Ditemukan di Peru
Sekitar 1 Jam yang laluWHO: Wabah Covid-19 di Korea Utara Dikhawatirkan Munculkan Varian Baru
Sekitar 2 Jam yang laluDaftar Negara di Dunia yang Telah Cabut Aturan Pakai Masker
Sekitar 4 Jam yang laluPertama dalam 50 Tahun, Kongres AS akan Dengar Kesaksian Soal UFO
Sekitar 17 Jam yang laluPelaku Penembakan Massal di Buffalo AS Pernah Jalani Pemeriksaan Kesehatan Mental
Sekitar 17 Jam yang laluAS Klaim Berhasil Uji Coba Rudal Hipersonik
Sekitar 19 Jam yang laluKejagung Jebloskan Lin Che Wei, Tersangka Kasus Ekspor CPO ke Rutan Salemba
Sekitar 16 Jam yang laluBlusukan ke Bogor, Jokowi Tinjau Harga Minyak Goreng di Pasar dan Bagikan Bansos
Sekitar 16 Jam yang laluKejagung Tetapkan Lin Che Wei Tersangka Kasus Ekspor CPO, Ini Perannya
Sekitar 17 Jam yang laluAksi Petani Sawit Protes Larangan Ekspor Minyak Goreng dan CPO
Sekitar 23 Jam yang laluInflasi Indonesia 2022 Diproyeksi Bisa Capai 6 Persen, ini Alasannya
Sekitar 5 Hari yang laluKonsumsi Pertalite Naik 46 Persen Saat Arus Mudik Lebaran 2022
Sekitar 6 Hari yang laluSyarat Target Pertumbuhan Ekonomi 2022 5,2 Persen Bisa Tercapai
Sekitar 6 Hari yang laluHati-Hati Ada Solar Tumpah di Tanjakan Gentong
Sekitar 1 Minggu yang laluRatusan Pejuang Ukraina Menyerah usai Dikepung Rusia di Pabrik Baja Azovstal
Sekitar 2 Menit yang laluProfesor Biologi Ukraina Ubah Gudang Sayuran Jadi Bunker
Sekitar 6 Jam yang laluKonflik Rusia-Ukraina Rugikan Indonesia, Neraca Perdagangan Alami Defisit
Sekitar 21 Jam yang laluMcDonald's Tutup Seluruh Restorannya di Rusia
Sekitar 1 Hari yang laluPeneliti Ungkap Kemungkinan Asal Muasal Penyakit Hepatitis Akut
Sekitar 40 Menit yang laluAturan Perjalanan Luar Negeri Terbaru: Harus Tes PCR jika Belum Vaksin Covid-19
Sekitar 55 Menit yang laluMenteri Bahlil Akui Keberhasilan RI Tangani Pandemi Dongkrak Pertumbuhan Investasi
Sekitar 1 Jam yang laluKemenhub Catat 16 Masalah Lalu Lintas saat Arus Mudik Lebaran 2022
Sekitar 16 Jam yang laluImbas One Way saat Mudik, Bus Antar Kota Telat Datang hingga Semalam
Sekitar 18 Jam yang laluPer 10 Mei, KAI Tolak Berangkatkan 707 Penumpang Terkait Covid-19
Sekitar 1 Minggu yang laluFrekuensi Belanja Masyarakat Meningkat Tajam di Ramadan 2022
Sekitar 1 Minggu yang laluAdvertisement
Advertisement
Ingatlah untuk menjaga komentar tetap hormat dan mengikuti pedoman komunitas kami