'Kami Tidak Melihat Mayatnya', Teori Konspirasi Beredar Usai Kabar Kematian Baghdadi
Merdeka.com - Di Irak dan Suriah, berita kematian pemimpin kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi menimbulkan beragam reaksi, dari yang gembira sampai yang ketakutan.
Sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan kematian Baghdadi dalam penggerebekan pasukan khusus AS di Suriah pekan lalu, para pengamat berusaha menimbang apa dampak yang mungkin terjadi ketika kelompok ISIS kehilangan pemimpinnya dan wilayahnya di Irak dan Suriah.
Tapi di lokasi ISIS pernah berkuasa, teori konspirasi mulai bermunculan. Sebagian warga senang dengan berita kematian Baghdadi, namun sebagian lagi masih mempertanyakan soal rincian kematian Baghdadi dan apakah dia benar-benar sudah mati. Sebagian lagi bahkan meragukan apakah Baghdadi adalah sosok yang benar-benar ada. Pandangan terakhir ini memperlihatkan betapa warga sangat tidak percaya dengan pemerintah Amerika.
"Pertama, Bush datang dan dia bilang Abu Musab al-Zarqawi sudah dibunuh, lalu Obama datang dan dia bilang Bin Ladin sudah tewas, sekarang orang ini bilang dia membunuh Baghdadi. Masing-masing presiden membunuh mereka," ujar Zekko Zuhair, pemilik toko hewan peliharaan di Mosul, Irak, seperti dilansir laman NPR, Selasa (29/10).
Mosul adalah kota di Irak yang pada 2014 lalu Baghdadi mengumumkan kekhalifahan dan mengklaim dirinya sebagai pemimpin umat Islam. Baghdadi kemudian bersembunyi ketika ISIS merajalela di Irak dan Suriah dengan pemahaman Islam mereka yang ekstrem, merekrut anggota dari seluruh dunia dan membantai warga serta musuh sekaligus menjadikan tawanan sebagai budak seks.
Tanyalah Donald Trump
Mahmud Said, seorang imam masjid, masih ingat ketika pada suatu hari Baghdadi datang ke kota itu dikelilingi para pengawalnya dan mengumumkan dimulainya kekhalifahan dari Masjid al-Nuri.
"Kami tidak memilih dia," kata Said.
Hingga kabar kematiannya, Said dan teman-temannya masih membahas soal apakah Baghdadi sebenarnya ciptaan Amerika.
Ketika ditanya siapa Baghdadi, Said menjawab: "Kami tidak tahu--tanya Amerika. Tanyalah Donald Trump."
Warga Mosul lainnya, Marwa Khalid, yang sedang mengasuh putranya berusia lima tahun, Muhaiman, merasa senang atas kabar kematian Baghdadi. Suaminya, seorang polisi tewas dibunuh ISIS.
"Saya senang tapi tidak yakin dengan berita itu. Kami tidak melihat mayatnya. Kami tidak melihat apa-apa."
Tidak Ada Bukti Dia Sudah Mati
Warga di Suriah yang pernah mengalami bertahun-tahun hidup di bawah kekuasaan ISIS mengaku senang dengan tewasnya Baghdadi.
"Ini berita yang menggembirakan karena rasanya dia adalah musuh tiap orang," ujar Muhammad Khidir, kepala peneliti yang mendokumentasikan kekejaman ISIS.
"ISIS melakukan kejahatan kepada anak-anak kami. Orang yang bertanggung jawab atas kematian anak-anak itu kini sudah mati."
Khidir merasa keluarganya sudah membalaskan dendam meski itu dilakukan oleh orang yang juga bertanggung jawab atas kematian anak-anak mereka, yaitu pasukan koalisi pimpinan Amerika di kota Raqqa, Suriah. Menurut kelompok pembela hak asasi, pasukan koalisi membunuh rakyat sipil lebih banyak ketimbang ISIS.
"Orang percaya penjahat membunuh penjahat lainnya," kata dia.
NPR menghubungi seorang pekerja kemanusiaan Suriah yang punya kontak dengan para tahanan di kamp penampungan keluarga bekas anggota ISIS di al-Hol, timur laut Suriah. Mereka mengetahui kabar kematian Baghdadi lewat ponsel yang diselundupkan ke kamp.
"Kami semua prajurit Baghdadi, tapi jihad tak pernah berhenti," kata seorang perempuan Irak. "Dan tidak ada bukti dia sudah mati. Kami mendengar beritanya. Sudah sering berita semacam itu. Sebagai pejuang kami yakin jika benar Baghdadi mati, kekhalifahan tidak akan berakhir. Kami di sini bukan hanya demi seseorang."
"Kalau Baghdadi mati masih ada puluhan ribu Baghdadi lain," ujar seorang tahanan berbahasa Prancis. "Jangan kira kami sudah berakhir. Kami seperti gunung api yang siap meledak kapan saja."
Sebagian perempuan di kamp itu mengatakan mereka senang Baghdadi sudah tewas.
"Dia akan masuk neraka," kata seorang perempuan Tunisia.
Namun sebagian perempuan itu tidak percaya dengan kabar disampaikan Trump yang menyebut Baghdadi mati seperti orang pengecut.
"Tidak ada orang yang percaya dongengan Trump."
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kalimat tertua di dunia yang ditulis menggunakan abjad pertama berhasil ditemukan pada sebuah sisir yang terbuat dari gading binatang.
Baca SelengkapnyaIstana menegaskan, Presiden Joko Widodo atau Jokowi tak terganggu dengan munculnya wacana pemakzulan Jokowi.
Baca SelengkapnyaRasa kesepian bisa kita alami secara tiba-tiba, penting untuk mengenalinya secara tepat walau kadang kondisi ini tidak disadari.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Sebelum ada istilah presiden, seorang pemimpin biasanya disebut dengan 'kaisar', 'raja', dan 'sultan'.
Baca SelengkapnyaSebelum dtemukan jadi mayat, korban sempat ditemani suaminya berobat ke sebuah rumah sakit tapi tiba-tiba saja menghilang.
Baca SelengkapnyaMantan Jenderal Ungkap Kondisi Sebenarnya Tentara Israel di Gaza yang Selama Ini Ditutup-tutupi Media
Baca SelengkapnyaPolisi ungkap detik-detik peristiwa tewasnya eks calon siswa Bintara Iwan oleh anggota TNI AL Serda Adan.
Baca SelengkapnyaMayat laki-laki ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di Mal Kelapa Gading
Baca SelengkapnyaBegini detik-detik intelijen Turki gerebek persembunyian agen Mossad Israel yang hendak bunuh petinggi Hamas.
Baca Selengkapnya