Pengusaha sepatu dorong pemerintah terapkan perdagangan bebas dengan Eropa
Merdeka.com - Wakil Ketua Sport Shoes dan Hubungan Luar Negeri Aprisindo, Budiarto Tjandra mendorong pemerintah untuk segera menyelesaikan perjanjian perdagangan bebas seperti Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA).
Menurut dia, dengan ada perjanjian perdagangan bebas semacam itu, akan meningkatkan daya saing industri Indonesia, khususnya industri alas kaki di pasar global.
"Kita mau dorong competitiveness-nya. Bisa ada free trade agreement, sehingga kita butuh seperti Indonesia-EU CEPA," ungkapnya dalam Konferensi Pers, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis (3/5).
Jika Indonesia menjalin kerja sama dengan Uni Eropa, maka bea masuk ekspor alas ke Eropa dapat menjadi 0 persen. Sementara itu tanpa FTA, dikenakan bea masuk ekspor alas kaki sebesar 11 persen.
Karena itu, perjanjian perdagangan bebas menurut dia bakal berpengaruh pada harga sepatu asal Indonesia yang masuk ke negara lain. Tanpa perjanjian perdagangan alas kaki Indonesia akan lebih mahal dibandingkan produk alas kaki dari negara eksportir lainnya.
Sebagai contoh, dia membandingkan Indonesia dengan Vietnam. Vietnam, kata dia, sudah menandatangani Free Trade Agreement dengan Eropa. Walau belum diimplementasikan karena belum efektif, tapi itu mempengaruhi para pembeli dari luar.
"Ada pemain selain Indonesia. Pembeli sensitif pada harga, beda 20 sen saja mereka bisa kabur. Vietnam secara trade agreement lebih maju. Dengan Uni Eropa mereka sudah conclude. Kita sudah terlalu lama EU CEPA," tegasnya.
Padahal menurut Tjandra, Uni Eropa termasuk pasar utama produk alas kaki Indonesia, mengingat 31 persen ekspor alas kaki Indonesia adalah ke Eropa.
Untuk diketahui, Perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (Indonesia-EU CEPA). Indonesia-EU CEPA merupakan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Uni Eropa
Perundingan telah memasuki putaran ke-empat yang berlangsung pada 19-23 Februari 2018 di Surakarta, Jawa Tengah dan ditargetkan dapat disepakati pada tahun ini.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indonesia Harus Lebih Tegas Melawan Diskriminasi Perdagangan Global
Indonesia kini menghadapi diskriminasi perdagangan dari banyak negara terkait kebijakan ekspor minyak kelapa sawit.
Baca SelengkapnyaCara Negara Beri Keistimewaan Perusahaan Lokal Agar Punya Daya Saing di Pasar Global
Barang yang diimpor mendapatkan penangguhan bea masuk
Baca SelengkapnyaKebijakan Uni Eropa Berdampak Besar ke Industri Baja Dalam Negeri, Ini Harus Dilakukan Pemerintah
Pemerintah harus memberi dukungan yang kuat kepada industri baja di Indonesia, termasuk melalui regulasi yang tepat.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Tolak Angin Sido Muncul Masuk Pasar Modern UEA dan Jadi Andalan Warga Arab Saudi
Sido Muncul memperluas penjualan produk produk Tolak Angin ke luar negeri, salah satu tujuan ekspor selanjutnya adalah Uni Emirat Arab.
Baca SelengkapnyaJual Rokok Ketengan Bakal Dilarang, Apindo: Timbulkan Kegelisahan di Industri Tembakau
Sejumlah pedagang sembako juga menolak rencana pelarangan penjualan rokok eceran atau ketengan.
Baca SelengkapnyaPenjual Sepatu Asal Bogor yang Tembus Ekspor Ini Raih Shopee Super Awards 2023!
UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaDorong Pelaku UMKM Tembus Pasar Internasional, Perbankan Ciptakan Wadah untuk Menetaskan Bisnis Potensial
Pelaku UMKM diharapkan bukan saja maju di bidang bisnis, tapi dapat berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaKisah Pabrik Asal Gresik Jual Sarung hingga Rp 9 Juta, Dulu Usaha Tenun Kecil Kini Hasilkan Sarung Bergengsi
Tak hanya menguasai pasar Indonesia, pabrik ini berhasil mengekspor produknya
Baca SelengkapnyaPenjualan Rokok Ketengan Bakal Dilarang, Pedagang Asongan Mengeluh
Penjualan Rokok Ketengan Bakal DIlarang, Pedagang Asongan Mengeluh
Baca Selengkapnya